1 1

Wong Yukhei

....

Suasana rumah makan seperti biasa. Yuan Li Shu selalu sibuk melayani pelanggan. Sejak dia berumur sembilan tahun, dia sudah bekerja di restoran ayahnya. Meskipun itu pekerjaan yang melelahkan, dia selalu bahagia ketika mengerjakannya. Senyumnya tak pernah luntur meskipun keringat membasahi dahinya. Dia melayani pelanggan dengan sepenuh hati. Itulah sebabnya kenapa restoran keluarga Yuan tidak pernah sepi pembeli.

"Nona pelayan."

Li Shu secara alami memutar kepalanya ke sumber suara. Lagi-lagi pemilik mata merah itu yang memanggilnya. Pemuda dengan senyum lebar dan tubuh yang tinggi. Hampir setiap hari dia selalu makan di restoran miliknya. Dari pakaiannya, Li Shu menduga bahwa dia adalah jenis orang kaya.

"Iya, ada apa?" Li Shu dengan ramah bertanya.

"Tambah lagi daging panggang dan tehnya." Pria yang sering mengenakan jubah merah itu menjawab.

"Oh tidak. Sepertinya aku akan kalah." Pria berambut perak di sampingnya tampak putus asa. Dia sudah sangat kekenyangan.

"Itu berarti kau yang harus membayarnya."

"Ha ha ha... Itu bagus."

Pria bermata merah itu, selalu membawa enam temannya ke restoran. Sesekali mereka mengadakan lomba makan. Siapa yang makan paling sedikit, dia yang akan membayarnya. Dari yang Li Shu tahu, pria yang bermata merah itu tidak pernah kalah. Tubuhnya tidaklah gemuk tapi bisa menampung banyak makanan. Mungkin karena dia adalah vampir.

Selesai mendengarkan permintaan, Li Shu pamit pergi. Dia segera memberitahukan pesananan tersebut kepada koki restoran yang tidak lain adalah ayahnya.

"Sudah berapa lama mereka di sana? Sepertinya sudah hampir dua jam." Yuan Yi Fei  berbisik.

Li Shu melirik pada kakaknya. Dia kemudian menggeleng. Soal waktu, dia tidak pernah menghitung. Entah sudah berapa lama mereka di sana, dia tidak tahu. Yang jelas, semakin lama mereka berada di restoran, semakin banyak dia mendapat uang.

"Bukankah mereka tampan-tampan?"

Li Shu tanpa sadar mengangguk. Mereka semua memang tampan. Jika dia disuruh mengatakan siapa yang paling tampan, dia benar-benar tidak bisa mengatakannya. Mereka semua tampan dengan ciri khas masing-masing. Tapi jika disuruh mengatakan siapa yang paling unik, dia akan menunjuk pria jangkung itu. Pria yang belakangan ini dia tahu bernama Wong Yukhei itu, memiliki suara paling besar dari yang lain. Di restoran, bisa dikatakan dia yang paling ribut. Bahkan suara tawanya sampai bisa terdengar ke dapur.

"Apa kau menyukai salah satu dari mereka?"

Lagi-lagi Li Shu tanpa sadar mengangguk.

"Wah... Katakan yang mana?"

Mendengar pertanyaan ini, Li Shu bingung. Tapi mengingat apa yang baru saja dia lakukan, dia menjadi terkejut. Dia tanpa sadar telah mengakui perasaannya. Oh ini buruk. Dia buru-buru mengalihkan pembicaraan.

"Ah, tidak ada. Ayo kembali bekerja." selesai mengatakan ini, dia buru-buru pergi. Dia yakin semburat merah telah mewarnai pipinya. Ah, itu sungguh memalukan.

Sementara itu, tujuh pria masih sibuk dengan makanan. Sebagian sudah menyerah. Tak sanggup lagi jika harus memasukkan makanan ke dalam perut.

"Ah.... Aku tidak kuat lagi." Qian Kun-Pria berambut perak menyandarkan punggungnya pada kursi. Dia mengelus perutnya yang sudah membulat. Percis perut seorang wanita yang hamil tiga bulan.

"Aku juga." Kali ini Liu Yangyang yang menghentakkan sumpitnya.

"Bisakah kau tidak menyiksa kami?" Xiao Dejun tampak enggan mengambil sepotong daging sebelum akhirnya dia meletakkan sumpit kemudian mengangkat tangan tanda pasrah.

Si pembuat acara hanya terkekeh. Dia masih bertahan untuk makan sementara rekan-rekannya perlahan mundur. Sebenarnya acara yang dia buat ini hanya sebagai alasan untuk berlama-lama di restoran. Dia ingin duduk lebih lama dan melihat sosok cantik yang berjalan kesana kemari.

Sebelumnya, dia tidak pernah tertarik pada gadis manapun, tapi begitu melihat gadis pelayan itu, dia merasakan sesuatu perasaan yang aneh. Melihat bagaimana dia tersenyum, itu tidak bisa berhenti membuatnya bahagia.

"Mendengarkan."

Suara Li Yong Qin berhasil menyita perhatian enam pria. Mereka secara serempak memasang telinga baik-baik untuk mendengar sebuah pembicaraan.

"Beberapa gadis telah menghilang, ada kemungkinan mereka diculik vampir."

"Bisa jadi ini adalah perbuatan Kaisar Huang. Aku mendengar, sebagian gadis yang menghilang adalah vampir."

"Tapi bisa saja ini dilakukan oleh penculik yang meminta imbalan."

"Tapi tidak menutup kemungkinan, ini adalah ulah Kaisar Huang."

"Stt... Jaga ucapanmu, Kaisar memiliki banyak telinga."

Sampai di sini, percakapan itu sudah tidak penting lagi.

"Bedebah ini!" Li Yangyang mengepalkan tangan. Dia tidak suka ada yang menjelek-jelekkan Kaisar Huang. "Biar aku beri mereka pelajaran."

"Tahan." Qian Kun menahan pergerakan Liu Yangyang. Dia kemudian menatap Wong Yukhei yang tampak tenang; masih setia mengunyah makanan.

"Jadi bagaimana?" Qian Kun bertanya. Tatapan enam pria tampak tertuju pada Wong Yukhei.

"Seperti biasa." Wong Yukhei menjawab santai.

"Tapi sepertinya dalam situasi seperti ini, aku tidak bisa banyak bergerak." Li Yong Qin mengeluh.

"Benar, sepertinya perutku akan lebih berat dari pedangku." Dong Sicheng pemilik pedang paling besar juga tidak bisa untuk tidak mengeluh.

"Baiklah. Kalian bisa melakukannya malam hari atau besok. Yang jelas pelakunya harus segera ditemukan." Wong Yukhei memberi keringanan. Lagi pula salahnya sendiri memberikan tantangan kepada mereka.

"Baik. Akan kami pastikan pelakunya segera tertangkap."

Wong Yukhei tersenyum. Selain untuk pergi melihat gadis pelayan restoran, dia juga sebenarnya mencari berbagai informasi. Restoran biasanya tempat yang baik untuk bergosip. Dia bisa mendengar berita yang tidak bisa dia dengar di lingkungan istana.

.....

Bulan di langit menggantung dengan warna keperakan. Li Shu berjalan menyusuri jalan yang sepi untuk mengantar makanan pesanan neneknya. Sambil memegangi lentera, dia berjalan begitu hati-hati. Hatinya sebenarnya di penuhi rasa khawatir. Beberapa hari yang lalu, seorang gadis dikabarkan hilang. Banyak yang mengatakan itu adalah ulah vampir, tapi tentang kebenarannya, tidak ada yang mengetahui dengan pasti. Tapi tetap saja, Li Shu merasa sangat khawatir. Bagaimana jika dia bertemu dengan penculik itu? Memikirkannya, dia benar-benar takut.

Menggeleng, Li Shu mencoba menyingkirkan pikiran buruk di kepalanya. Dia berharap dia tidak bertemu siapapun di jalan. Baik vampir maupun manusia, jika masalah kejahatan, tidak memandang vampir atau manusia, kejahatan itu akan tetap sama. Tapi sepertinya dia harus merasa kecewa, harapannya tidak terwujud. Dari kejauhan, dia melihat bayangan hitam. Semakin lama semakin dekat.

Jantung mulai berpacu dengan cepat. Dia perlahan mundur, bermaksud untuk memutar balik, tapi seorang dengan kain hitam menutup wajahnya, muncul begitu saja di depannya. Lentera di tangan spontan terjatuh begitupun dengan bungkusan makanan yang dia bawa.

"Si si siapa?"

Suara Li Shu bergetar. Orang itu tidak menjawab, hanya sorot mata mengerikan yang ditunjukkan. Namun sekejap kemudian, sebuah pedang terayun padanya, dia segera menghindar.

Seorang pria berjubah merah menyerangnya. Dia melakukan sedikit perlawanan sebelum akhirnya menghilang.

"Sialan!" Pria berjubah merah itu mengumpat. Dia kemudian mengalihkan tatapannya pada Li Shu.

Li Shu sedikit merasa tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bukankah itu pria yang sering dia lihat di restoran?

"Kamu tidak apa-apa?"

"Tuan Wong." Bukannya menjawab, Li Shu malah menggumamkan nama Wong Yukhei.

"Kamu tahu namaku?" Wong Yukhei terkejut. Dia tidak menyangka gadis yang diam-diam dia perhatian itu, mengetahui namanya.

Li Shu mengangguk. "Saya sering mendengar teman-teman Anda memanggil Anda."

Mendengar penjelasan Li Shu, Wong Yukhei tersenyum. Tapi kemudian dia kembali bertanya tentang keadaan Li Shu. Dia khawatir telah terjadi sesuatu pada gadis itu sebelum dia datang.

"Saya baik-baik saja. Saya hanya sedikit terkejut. Orang itu tiba-tiba saja muncul dan tampak menyeramkan."

Wong Yukhei tersenyum lega kemudian berkata, "Untuk keadaan seperti sekarang ini, sebaik kau jangan keluar malam. Penculik itu belum ditemukan, sangat berbahaya jika kau pergi seorang diri. Omong-omong, apa yang kau lakukan malam-malam begini?" Dia penasaran, kenapa gadis cantik di depannya keluar sendirian pada malam hari?

"Saya mengantar pesanan makanan."

"Pesanan makanan?" Dia tidak percaya mendengarnya. Seorang gadis mengantar pesanan makanan malam-malam begini?

"Iya. Nenek saya yang memesan."

"Kenapa harus dirimu? Bukankah masih ada ayahmu? Kalau tidak, setidaknya pergi berdua dengan saudaramu. Itu lebih baik daripada pergi seorang diri. Bagaimana jika orang tadi menculikmu?" Nada suaranya terdengar khawatir. Dia bahkan menatap Li Shu dengan begitu serius.

Mendengar nada suaranya, Li Shu bertanya-tanya. Apakah dia merasa khawatir untuknya? Tapi kemudian dia tidak ingin berpikir terlalu banyak. Dia tidak ingin kecewa jika mengetahui kenyataannya.

"Keluarga saya tengah sibuk di restoran, jadi saya yang mengantarkan pesanan." Dia kembali ke topik pembicaraan.

Mendengarnya, Wong Yukhei menghela napas. Dia tidak habis pikir dengan keluarga Li Shu yang membiarkan anak mereka keluar sendirian pada malam hari.

"Nanti lagi, sebaiknya jangan mengambil pekerjaan seperti ini. Itu terlalu berbahaya. Banyak penjahat keluar pada saat seperti ini."

Li Shu mengangguk. Setelah kejadian malam ini, dia tidak akan berani keluar malam lagi. Jika terpaksa, dia akan membawa orang lain bersamanya.

"Sekarang, mari kau kuantar pulang."

"Hah?" Li Shu terkejut mendengarnya. Dia mau mengantarkannya pulang?

"Kenapa? Apakah kau tidak mau?"

Li Shu menggeleng cepat. Dia bukannya menolak. Hanya saja, itu terlalu tidak nyata. Dia yang hanya sering melihatnya dari kejauhan, kini menawarkan berjalan bersama. Bukankah itu seperti mimpi?

"Kalau begitu ayo!" Wong Yukhei menggerakkan kepalanya untuk mengajaknya.

Li Shu perlahan melangkah. Wong Yukhei mengimbangi langkahnya. Hening tercipta diantara keduanya. Mereka sama-sama bingung harus mengatakan apa.

"Bukankah namamu Yuan Li Shu?" Wong Yukhei membuka pembicaraan.

Li Shu menghentikan langkahnya. Dia menoleh pada Wong Yukhei.

"Bagaimana Anda bisa tahu?"

Wong Yukhei terkekeh. Kekehan yang sama seperti yang sering Li Shu dengar di restoran.

"Bukankah aku pelanggan tetap?" Dia sedikit sombong. "Aku sering mendengar ayah, ibu dan saudaramu memanggilmu, jadi bagaimana bisa aku tidak tahu?"

"Ah, itu benar." Li Shu tersenyum.

"Jadi, bisakah aku memanggilmu Li Shu?"

Li Shu terdiam. Mendengar Wong Yukhei memanggil namanya, dia tidak pernah membayangkannya.

"Bagaimana?" Tidak mendapat jawaban, Wong Yukhei bertanya.

"Te tentu saja boleh."

"Kalau begitu, mulai sekarang panggil aku Yukhei dan jangan terlalu sopan ketika berbicara padaku. Anggap saja kita ini teman."

"Teman?" Lagi-lagi Li Shu tidak pernah berpikir akan berteman dengan Wong Yukhei. Apalagi memanggil namanya tanpa embel-embel Tuan, dia benar-benar tidak pernah memikirkannya.

"Benar. Mulai sekarang kau dan aku berteman." Wong Yukhei tersenyum.

Dua orang berdiri di bawah bayangan bulan. Saling tatap. Sebuah hubungan baru saja terjalin diantara mereka. Masing-masing dari mereka berharap hubungan itu akan berkembang lebih dari sekedar teman.

.....

avataravatar
Next chapter