13 Bab 13 Kenikmatan Sesaat

Detak jantung Kabayan berdebar debar semakin kencang, napasnya pun tidak beraturan, tangan Kabayan pun mulai berkeringat. Suara lembut yang terdengar dari telinganya, Sesuatu lembut dan kenyal yang menempel pada punggungnya itu membuat kaki Kabayan terasa lemas.

" Su..ha..su..ha..jangan mencoba menggoda Bayan ya setan, jangan coba coba niru Eliza dan godain Bayan, kalo berani ayo peluk coba! "

" Ho… yakin ini setan? ".. Ucap Eliza sambil mengusap dada Bayan dengan pisau yang masih menempel pada sarungnya.

" Hawawawawaw...A..Ampun Non Eliza, percaya kok percaya,sumpah!" Kabayan berbicara dengan gugup dan panik setelah melihat pisau yang sama mengusap dadanya.

" Hehe..menarik sekali.." Eliza melangkah maju ke depan Kabayan sambil mengamatinya dari ujung kepala sampai ujung kaki nya.

" Se..selamat malam Eliza, Ba..bayan pasrah kok,gak..gak bakal melawan di apa apain juga.."

" hahahaha...Aku cuma bercanda saja Bayan, aku hanya ingin mengenalmu lebih jauh saja " Eliza tertawa kecil melihat Kabayan yang membuka tangannya lebar lebar seakan menunggu Eliza untuk mendorongnya ke ranjang.

" He..hehe.. Ki..kirain mau apa gitu.. " jawab Kabayan malu malu dengan raut wajah yang sedikit kecewa.

" Hah..Kau ini Bayan, kalau ada bangsawan yang tau kau ini keturunan Wisesa dan tau jika kamu lemah terhadap wanita, mereka pasti akan memanfaatkan dan membawamu ke dalam permainan politik mereka " Jawab Eliza sambil menghela napas panjang.

" Eh.. Kenapa bangsawan bisa manfaatin saya? "

" Meskipun kamu sekarang hanya orang biasa, tapi garis keturunanmu berasal dari Wisesa dan bisa saja kamu akan sekuat dia nanti. Jika kamu menjadi sekuat Wisesa yang dulu, kamu bisa mengangkat nama keluarga mereka dan bahkan bisa menjadikan gelar bangsawan mereka naik "

" Hmm.. Jadi bisa naik ya gelar bangsawan itu "

" Tentu saja, jika keluarga Bangsawan memiliki prestasi yang baik dalam kerajaan ini dan memiliki kontribusi yang besar dalam perang atau negosiasi dengan kerajaan lain, maka seorang Raja bisa menaikan gelar Bangsawan suatu keluarga "

" Oh kaya jasa Emily di invasi iblis ya kata Ki Jones "

" Iya seperti itu, dulu Blackwood hanyalah keluarga Baron, namun berkat kontribusi Emily, keluarga Blackwood mendapatkan gelar Viscount. Bangsawan pun mendapatkan wilayah yang lebih luas dan pengaruh politik yang lebih besar dalam kerajaan. "

" Hah..ribet banget ya, kaya di dunia Bayan aja ribetnya, Aku mah ga ngerti sama politik "

" Ya memang seperti itu lah kekuasaan dan politik Bayan "

" Yang penting mah asal penduduknya aja bahagia"

Eliza tersenyum melihat kepolosan Kabayan dalam hal politik Bangsawan, dia berniat menyelidiki sifat dan sikap Kabayan pada dunia ini, dia merasa menemukan maina..hal baru yang menarik perhatiannya,ya..hal baru.

" Oh iya, Ayah pasti sudah menceritakan tentang Arya Wisesa, apa kamu tau sesuatu tentang dia ?"

" Kalo itu sih Aku gak tau secara langsung, tapi memang dari dulu keluargaku memang memakai nama Wisesa dan sepertinya dia adalah leluhurku"

" Jadi dia menetap disana dan tidak bisa kembali ke Leviana? "

" Kelihatannya sih seperti itu, di bawah pohon beringin kan ada gubuk kayu kecil yang sudah lama ada disitu, sepertinya itu buatan leluhurku, dan di pohon beringin ada tulisan bahwa dia mencintai Emily.."

" Ho..jadi dia tetap mengingat Emily, dan sepertinya pohon beringin yang kamu katakan ada hubungannya dengan pepohonan beringin yang ada di hutan Breeze "

" Iya, Aku juga datang kesini sewaktu Aku sedang tidur di bawah pohon itu. "

" Hah..baiklah kalau begitu cukup begitu saja, kau pasti sudah lelah, maaf sudah mengganggu ' aktifitasmu',hehe " Ucap Eliza sambil membasahi bibir merah tipisnya itu dengan lidahnya.

" I..iya tidak apa apa Eliza, Aku gak ngapa ngapain juga kok! "

" hehe..benarkah..? " tanya Eliza sambil mendekati Kabayan perlahan lahan, Kabayan pun malah melangkah mundur secara tidak sadar dan kini punggungnya sudah menempel pada dinding kayu, Kabayan menelan ludah ketika Eliza semakin mendekat pada tubuhnya, dan Eliza pun memeluk tubuh Kabayan dengan lembut dan berbisik lembut di telinganya:

" Ini untuk menjawab pertanyaan jika aku ini Eliza atau tidak,hehe "

" Su...ha… gak...gak dapet bonus ini?.." Jawab Kabayan dengan tegang, Eliza pun memundurkan kepalanya agar bisa berhadapan dengan wajah Kabayan, Kabayan pun secara reflex memundurkan wajah nya, dan kepalanya membentur dinding kayu ruangan ini.

Tepat diatas kepala Kabayan ada hiasan perisai milik James, Perisai itu pun terjatuh dan memotong sesuatu yang akan ia ucapkan, Kabayan melihat dengan jelas ketika Eliza, dengan senyuman yang menggoda imin itu terbentur kepalanya oleh perisai yang jatuh dan membuat Eliza terjatuh kebelakang.

Suara Eliza dan perisai yang terjatuh membuat James dan keluarga nya terbangun dan mereka berlari menuju kamar Kabayan, James memegang pedang kesayangannya dan menendang pintu kamar Kabayan dan langsung mengambil kuda kuda untuk menghunus pedangnya, pedangnya pun sudah mengeluarkan cahaya bahwa James sudah siap menggunakan mana nya itu.

" A..Ampun Pak! Saya belom mulai main kok pak sumpah! "

James terkejut melihat Eliza yang terlentang di lantai dan Kabayan yang mengangkat kedua tangannya, James bisa melihat tenda kecil di celana Kabayan. Samantha dan pun menutupi mata Mathew dari belakang untuk menyensor adegan ini.

" Ja...James.. Perisai nya jatuh sendiri, gak saya pakai untuk memukul kok, su..sumpah…"

Kabayan mencoba tersenyum dengan senyuman khas orang utan sedang menangis miliknya, namun James kembali melirik wanita yang berada di lantai itu dan menyadari bahwa itu adalah anak dari Jones yang selalu berkunjung setiap bulan untuk mengirimkan sesuatu pada nya.

"Hah...Ba..Bayan.. A..aku dan Mathew akan selalu berkunjung di makammu setiap minggu…"

------------------------------------------------------------------

Suasana ruang tamu di kediaman Jones sangatlah suram, suara hisapan dan hembusan dari pipa tembakau milik Jones menemani kesunyian di ruangan ini. Ellen sedang duduk kursi panjang dan terlihat Eliza yang sedang tidur dengan kepala yang menyender di pahanya. Jones hanya menatap Kabayan yang terlihat ketakutan dan tegang sekali sambil duduk di kursinya. Jones dan Ellen belum berbicara sepatah katapun sejak mendengar laporan dari James dan Samantha yang mengantarkan Kabayan dan Eliza.

Dia menatap Kabayan dengan mata dan wajah yang tanpa expresi itu, Kabayan masih takut dan kaget memikirkan pedang James yang bercahaya itu siap menusuknya ketika James mendobrak pintunya, dan sekarang ia pun takut Jones akan mengamuk dan menjadikannya Bayan Bakar.

" A..Anu..Ki..saya belom main kok,saya dan Eliza masih pakai baju dan ga ngapa ngapain kok ! "

avataravatar
Next chapter