1 Detik-detik hilangnya Kirana

Lolongan srigala hutan terdengar bersahutan. Bergantian seperti menciptakan instrumen kematian. Di balik rimbunan semak belukar juga terdengar seperti seseorang sedang menggali tanah. Sesekali hempasan napas kasar keluar dari bibir tipis seorang pria tampan bertubuh kekar. Kategori seksi kalau untuk kaum Adam.

Jacob, pria yang nyaris disebut sempurna. Iris mata berwarna cokelat, hidung mancung, alis pun tebal hampir menyatu, dan tinggi badan 174 senti meter. Napasnya kembali memburu, keringat mulai bercucuran ketika dia sudah berhasil membuat sebuah lubang sedalam dua meter.

Kemudian Jacob beranjak dari sana, menuju ke mobil yang sedang terpakir. Dia membuka bagasi, mengeluarkan plastik besar. Bau anyir langsung menguar ke udara, masih tercium walau kantong itu sudah diikat rapat.

"Jacob ...." Samar, tetapi suara itu membuat Jacob bergidik.

"Ah, itu hanya halusinasi," ujarnya menghibur diri.

Srek! Srek! Srek!

Jacob menyeret kantong plastik tadi. Sesekali dia tersungkur karena kakinya tersangkut akar-akar kayu yang menyembul.

"Sial!" umpatnya. Memaki akar-akar kayu itu, yang jelas tidak bersalah sama sekali.

Jacob bangkit dan mulai menyeret lagi. Lagi-lagi dia terjatuh, potongan tangan menyembul dari kantong plastik tersebut karena ikatannya lepas.

***

Gadis cantik turun dari mobil, memakai dress berwarna merah, high heels pun juga berwarna yang sama. Bibir seksinya mengulum senyum, mata indah bak mata rubah mengedar pandangan ke segala penjuru, setelah masuk ke dalam sebuah ruangan. Tatapannya berhenti pada sebuah meja, yang di mana pria pujaan hati tengah sedang sibuk dengan laptopnya.

Corner Corp, perusahaan raksasa yang menguasai saham terbesar di Asia, dimiliki oleh Kim-tan. Pria itu sudah berusia lima puluh dua tahun, memiliki seorang anak perempuan. Iya, Kirana Tan, pewaris satu-satunya.

"Hi, Jacob," sapa Kirana sembari menyunggingkan senyuman.

"Hai, Sayang. Kamu ngapain datang pagi-pagi ke kantor?" tanya Jacob membalas senyuman.

"Temani belanja, dong," ucap Kirana merengek manja.

"Nanti pas jam makan siang aja, gimana?" tanya Jacob. Ia mencubit hidung sang kekasih yang tak kalah mancung dari hidungnya.

"Yah, padahal aku maunya sekarang," jawab Kirana. Bibirnya mengerucut, lalu menghela napas berat.

"Walau calon mantu di keluarga Tan, aku harus profesional, Sayang. Ini demi masa depan kita." Jacob bangkit dari duduknya lalu mengelus lembut pipi Kirana.

"Oke deh. Tapi janji, ya, nanti siang temani aku," ujar Kirana. Walaupun mengalah, tetapi raut wajahnya tampak kecewa. Lalu, ia mendekati Jacob, hendak mendaratkan sebuah kecupan.

"Eith! Tidak boleh, para staf dan karyawan lain sedang memandangi kita," tolak Jacob lembut.

"Eh, iya, ya. Hihihi ...."

Kirana beranjak dari tempat Jacob. Semua mata tertuju padanya, mereka memberi hormat untuk putri Tuan Kim-tan. Gadis cantik itu pun membalas dengan senyuman dan melambaikan tangan. Dia memang manja, tetapi tidak pernah sombong pada semua karyawan maupun orang-orang yang dijumpai di luar sana.

Jam 12.05 Wib.

Jacob berjalan dengan sang kekasih, menggandeng mesra tangan Kirana, seakan tak mau melepaskan gadis itu, yang sangat dicintainya. Semua mata tertuju pada mereka. Siapa yang tidak kenal Kirana? Dia sering hilir mudik di stasiun televisi swasta dan tampil di sampul-sampul majalah ternama. Apalagi ia keturunan dari keluarga Tan, tentu saja orang-orang tahu siapa dia.

Kim-tan sebenarnya tidak begitu setuju dengan hubungan Kirana dan Jacob. Karena dia sudah menjodohkan sang putri dengan anak rekan kerja di Singapura. Akan tetapi, mengingat ancaman dari Kirana, jika tak disetujui maka dia akan bunuh diri. Terpaksalah Kim-tan menuruti keinginan itu dengan menyetujui Jacob yang masih berstatus pegawai biasa.

"Yang, kita makan siang dulu, yuk," ajak Kirana. Jacob menganggukkan kepalanya, tanda setuju.

Awalnya Jacob berjalan menuju resto yang harganya masih terjangkau, tetapi Kirana menolak. Tidak mau masuk ke tempat yang terlalu ramai pengunjung, berdesakan dengan pemesan yang lainnya.

"Santai aja, kali," ucap Kirana berbisik manja.

"Tapi, Sayang ...."

"Sttts!" Kirana langsung memotong ucapan, sembari meletakkan jari telunjuk di bibir Jacob.

Jacob menghela napas berat, lalu kembali menggandeng sang kekasih. Berbicara masalah harga diri, mungkin Jacob sudah tak punya lagi. Demi cintanya pada Kirana, dia terpaksa selalu menuruti permintaan gadis bertubuh gitar Spanyol tersebut. Rasa was-was pun sering terjadi ketika mata para pria memandang tubuh Kirana dengan tatapan birahi. Baju yang selalu menempel ketat, memang benar-benar tampak menggiurkan bagi siapa saja yang melihat.

Sesampainya di restoran cukup ternama, Kirana dan Jacob duduk di pojok kanan. Memilih ruang VIP agar tidak diganggu oleh wartawan mau pun para pemburu berita dari majalah dan koran.

Pelayan pun datang menyodorkan menu. Setelah memilih makan favoritnya, Kirana kembali menyandarkan kepala di bahu kekar milik Jacob. Mulai bercerita tentang rencana pernikahan mereka, memilih negeri sakura untuk berbulan madu.

"Kita makan dulu, Sayang," ucap Jacob. Kecupan hangat dilayangkan tepat di pucuk kepala gadis itu. Pelayan yang masih menyajikan makanan, senyum-senyum sendiri melihat pemandangan yang dia saksikan.

"Nona Kirana ternyata lebih cantik aslinya," puji pelayan itu.

"Terima kasih," ucap Kirana tersenyum ramah.

Jacob melirik pada pelayan tersebut, dengan pandangan tak suka. Menyadari itu, si pelayang langsung meminta maaf dan berlalu pergi.

Selesai makan, barulah Jacob dan Kirana berjalan menuju stan pakaian. Akan tetapi, Kirana memasuki tempat deretan baju pria. Jacob sudah menduga kalau kekasihnya itu bukan mau membeli kebutuhannya.

"Sayang, mari kita keluar," ajak Jacob, merasa tak enak hati.

"Aku mau belikan jas kantor keluaran terbaru, Yang. Kamu butuh warna apa?" tawar Kirana sembari memilah dan memilih deretan jas yang digantung di balik kaca.

"Enggak usah, Sayang," jawab Jacob lembut.

"Mungkin kamu lupa kalau besok adalah hari ulang tahunku." Kirana mencebik, bibirnya pun mengerucut.

"Aku tidak lupa, bahkan sudah menyediakan kado terindah buat kesayanganku," bujuk Jacob sembari membelai rambut Kirana.

Mata Kirana tampak berbinar, dia penasaran, kado apa yang akan dihadiahkan oleh pujaan hati.

"Makasih, Sayang," ucap Kirana.

"Belum, kan, hadiahnya belum diberikan." Jacob cengengesan lalu mengacak-acak rambut Kirana yang tergerai panjang dan lurus itu.

Bersambung ....

avataravatar
Next chapter