15 Chapter 4 [Part 1]

Chapter 4 [part 1]

Pagi hari pun tiba, sudah waktunya Julio dan Chelsea untuk pergi ke sekolah, namun sepanjang jalan Julio nampak kurang semangat, Chelsea sendiri pun tidak tahu apa yang terjadi dengan Kakaknya.

"Kakak." panggil Chelsea sambil menarik lengan baju Julio.

"Apa?"

"Kakak terlihat nampak kurang semangat, apa ada masalah?"

"Hmm..."

Julio terdiam sesaat dan menghela nafas.

"Kamu tahu hari ini hari apa?"

"Umm... kamis. Memang kenapa?"

"Aku tidak menyukai hari ini."

"Lah? Memangnya kenapa?"

"Pelajaran yang tidak aku suka ada di hari ini..."

"Hmm!?"

"Seni budaya dan olahraga."

Chelsea pun terdiam lalu tertawa kecil.

"Kamu kenapa?"

"Maaf,maaf. Hanya saja aku teringat betapa payah nya Kakak dalam dua pelajaran itu."

"Maaf saja kalau Kakakmu ini kurang handal dalam seni budaya dan olahraga." kata Julio dengan sinis.

Saat sampai di persimpangan, langkah Chelsea tiba-tiba berhenti, ia menoleh ke arah kiri dan kanannya, ia merasa sedang di awasi, Chelsea nampak tidak tenang dan langsung berlari memeluk lengan Kakaknya.

"Chelsea, kamu kenap—."

"Sst... Aku merasa sedang di awasi."

"Di awasi?"

Julio pun melihat ke sekelilingnya, namun ia tidak menemuka sesuatu yang aneh, ia tidak menemukan satu orang pun yang sedang memandangi mereka.

"Aku tidak menemukan apapun, mungkin hanya perasaanmu saja."

"Tidak! Aku sangat yakin ada yang sedang mengawasiku."

"Sudahlah, lagipula mana mungkin ada orang yang mau mengawasi manusia yang rewel sepertimu."

Kaki Julio pun langsung diinjak oleh Chelsea, karena Chelsea merasa tidak terima di sebut begitu.

"Aaw!"

"Aku tidak rewel tahu!" kata Chelsea, sambil melepaskan pelukannya.

"Maaf,maaf. Tapi, memangnya ada alasan lain selain itu?"

Chelsea pun menghela nafas, lalu menjelaskan yang mungkin bisa menjadi alasan yang tepat.

"Sebenarnya, setelah selesai pidato penyambutan murid baru, semakin banyak murid yang mengejarku, mereka meminta dan memberi hal yang tidak bisa ku tangani, seperti meminta tanda tangan lah, memberiku bunga lah. Sedangkan aku masih sibuk sebagai Ketua OSIS, jadi aku tidak bisa menanggapi mereka semua."

"Seperti artis saja."

"Jadi karena itu mungkin ada beberapa murid yang mengawasi ku."

"Haaah! Merepotkan saja. Lalu kamu akan melakukan apa? Yang seperti itu jangan di biarkan, nanti bisa jadi bahaya loh."

Julio dan Chelsea pun melanjutkan perjalanan mereka, Chelsea masih terdiam dan berfikir apa yang akan ia lakukan. Tiba-tiba, ia mendapatkan sebuah ide yang konyol. Namun, mungkin bisa berhasil.

"Kak, Aku mendapatkan ide, tapi Aku membutuhkan bantuan Kakak."

"Hmm… Apa idenya?"

Chelsea pun berbisik ke Julio dengan wajah yang sedikit memerah.

"A-Apa?"

"Sst!… jangan teriak begitu dong! Aku juga tidak memiliki ide lain dan mungkin ide ini juga bisa berhasil, karena ini akan membuat mereka menyerah."

"T-Tapi kenapa harus Aku? Aku ini Kakak mu loh, bagaimana nanti orang lain tahu, seperti teman-teman mu."

"Itu tidak mungkin, karena hanya teman ku dari OSIS saja yang mengenal Kakak. Aku mohon!"

Chelsea pun merapatkan kedua telapak tangannya dengan wajah yang memelas, ia memohon kepada Julio agar Julio mau membantunnya.

"(S-Sial!)"

"B-Baiklah Aku akan membantumu! Tapi jangan libatkan Aku bila semua ini terbongkar!" kata Julio dengan suara pelan.

"Yaay, terima kasih! Kakak memang yang terbaik." kata Chelsea sambil memeluk lengan Julio.

"(Sialan, kenapa harus seperti ini, kenapa aku harus berpura-pura menjadi pacar Adikku sendiri!! Sialan memang para penguntit itu)"

***

Di depan gerbang sekolah, Chelsea masih belum melepaskan pelukannya di lengan Julio dan Julio nampak tidak sadar akan hal itu, sampai akhirnya mereka bertemu Herry yang datang menggunakan sepeda nya.

"Yo Julio, Chelsea."

"Pagi, Kak Herry."

"Herry, akhirnya kau menggunakan sepeda mu lagi."

"Yah begitulah, ini juga karena aku kesiangan jadi aku menggunakan sepeda." kata Herry, sambil menggaruk-garuk kepalanya.

Herry tiba-tiba terdiam sambil terus memandangi pelukan Chelsea kepada Julio, Julio merasa bingung dan melihat arah pandang Julio, akhirnya Julio tersadar kalau Chelsea belum melepaskan pekukannya.

"Ah jadi begitu ya..."

"Ah, hey tunggu! Ini bukan seperti yang kau kira!"

"Kalau begitu aku pergi dulu ya. Daah!"

"T-Tunggu Herry!"

Herry pun mengayuh sepedanya dan memasuki area sekolah.

"Kak Herry kenapa?"

"Hei! Kau belum sadar? Lepaskan pelukanmu itu!"

Chelsea pun langsung melepaskannya dan merasa bersalah.

"M-Maafkan Aku, Aku lupa, S-Sekarang bagaimana?"

"Sial, Kakak akan mengejarnya dulu, kamu pergi masuk saja, biar Kakak yang menangani ini."

Saat Julio hendak berlari, lengan bajunya di tarik oleh Chelsea.

"K-Kakak."

"Ada apa?"

"Maaf, andaikan aku tid—."

"Sst!… Sudah tidak apa-apa, biar Aku yang mengurus ini, jangan terlalu di fikirkan."

Chelsea pun mengangguk lemah karena ia merasa sangat bersalah atas kejadian ini.

"Kalau begitu aku pergi, daah!"

Julio pun pergi meninggalkan Chelsea, Chelsea hanya mematung melihat Kakaknya berlari. Namun, ia tersenyum melihat hal itu.

"Walau merasa bersalah, Aku senang melihat Kakak seperti itu." kata Chelsea sambil tersenyum manis.

***

Julio berlari mengejar Herry yang sudah memasuki gedung sekolah, mungkin sekarang Herry sedang berjalan menuju kelas.

"Sial! Jika tidak cepat, anak itu pasti akan hanyut dalam kesalahpahaman, sudah cukup kesalahpahaman yang kuterima, jangan sampai bertambah lagi!"

Julio berlari menuju kelas dan tepat saat memasuki kelas terlihat Herry sedang berjalan menuju tempat duduknya.

"Herry!"

Herry pun menoleh kebelakang.

"Ah Julio."

"Herry, untuk yang tadi, kau sepertinya salah paham!"

"Yang tadi?"

Herry pun melirik ke arah teman-teman yang sudah ada di kelas, murid-murid itu rupanya sedang memandangi Julio dan Herry. Herry pun tersenyum licik.

"Ah... Selamat ya Julio." kata Herry sambil tersenyum.

"Eh? Sudah kubilang kau itu salah paham!"

"Sudah-sudah, tidak perlu di tutup-tutupi lagi,ya mungkin hubungan seperti itu dilarang, tapi aku percaya kau bisa melalui nya." kata Herry sambil mengacungkan jempol.

Seketika seisi kelas pun langsung membicarakan Julio, Julio terlihat panik, ia tidak tahu bagaimana cara

"Hentikan! Kau salah paham! Kami bersaudara mana mungkin Aku mempunyai hubungan seperti itu."

Seisi kelas pun sudah termakan oleh kesalahpahaman, kini mereka sedang membicarakan Julio yang menjalin hubungan khusus dengan saudarinya.

"Hee, tidak kusangka anak itu mempunyai hubungan lain dengan saudarinya."

"Menjijikan."

"Sudah merebut tuan putri, masih juga saudarinya di ambil, memang menjijikan anak itu."

"Dasar siscon!"

Julio yang mendengar hal itu hanya bisa pasrah, saat menoleh ke arah Herry, ia menatap tajam Herry dan Herry hanya tersenyum lalu duduk di tempatnya.

***

Saat istirahat, setiap murid yang melewati Julio pasti menatap jijik Julio karena kesalahpahaman yang sudah menybar ke seisi kelas, Herry pun memegang pundak Julio.

"Sudah-sudah, jangan terlalu di fikirkan."

"Berisik, Aku tidak mau mendengar itu darimu."

"Maaf,maaf. Lain kali aku tak akan mengulanginnya lagi."

"Oh, jadi kau sengaja ya."

Julio pun berdiri dan mengeluarkan tatapan dinginnya.

"A..Ya... A-Anu."

"Kau... sengaja ya."

"M-Maafkan Aku!"

Julio pun menghela nafas berat.

"Yah lupakan saja, lagipula tidak ada gunanya untuk membenarkan kesalahpahaman ini."

Julio pun duduk kembali lalu memijat kepalanya.

"Sepertinya kali ini Aku selamat." ucap Harry lalu menghela nafas.

Jessica yang masih berada di tempatnya terus memandangi Julio dan Herry.

"Hoi, Jessica!" panggil Ellie.

"A-Apa?"

"Kamu memandangi Julio terus, kamu suka ya dengannya."

Wajah Jessica pun sedikit memerah dan merasa berdebar lebih cepat.

"T-Tidak! Aku tidak menyukainya, jangan bicara yang aneh-aneh deh!"

Ellie pun tertawa, lalu melangkah keluar kelas.

"Kalau begitu Aku pergi ke kantin dulu, daah." kata Ellie sambil melambaikan tangannya.

Jessica pun tersenyum lalu pergi ke tempat Julio.

"Hei, Kamu kelihatan murung, ada apa?"

"Ini karena si bodoh Herry yang membuat kesalahpahaman seisi kelas?"

"Kesalahpahaman?"

"Ya, Aku membuat Julio dianggap siscon oleh seisi kelas, hebat kan Aku." ucap Herry yang ada di belakang Julio.

*pltak!*

"Hebat darimana nya bodoh!" teriak Julio.

"S-Sakit!"

"Umm... Siscon itu apa?" tanya Jessica.

"Kau tidak tahu? Siscon atau sister complex adalah situasi dimana seseorang menyukai saudari kandungnya sendiri. Kurang lebih begitu," jelas Herry

"Eeh~ menjijikan."

"Jessica, tolong jangan seperti yang lain." ucap Julio, yang sudah pasrah dengan kondisinya di sekolah.

Herry dan Jessica pun tertawa, mereka mentertawai nasib Julio yang suram di sekolahnya.

"Oh iya.Jessica apa kau sudah memenuhi apa yang aku minta?" tanya Julio

"Ah itu... aku belum bisa memenuhinya, aku akan mencobannya lagi."

"Begitu ya, aku mohon usahakan ya."

"J-Julio... Baik, akan Aku usahakan, kalau begitu aku pergi dulu. daah."

Jessica pun pergi keluar kelas, entah kemana tujuannya.

"Hoi, hoi, hoi… ada hubungan apa kau dengan Jessica?" tanya Herry.

"Tidak ada."

"Heee~"

"Apa? Jika kau membuat kesalahpahaman lagi, aku tidak akan segan dengan mu." kata Julio, sambil menatap Herry dengan tajam.

"A-Hehehehe."

*tok tok*

Julio dan Herry pun menoleh ke arah pintu dan yang mengetuk adalah Sophie, Julio dan Herry saling melirik karena mereka merasa bingung dengan kedatangan Sophie.

"Julio... ada yang ingin aku bicarakan dengan mu."

To be continue.

=========================

avataravatar
Next chapter