webnovel

Hadiah Pertama

Suara alarm terdengar, tanpa menunggu lama sang pemilik handphone langsung mematikannnya. Tiara tersenyum mendapat pesan dari sang kekasih, dengan cepat dia mebalas. Tiara bersenandung saat memasuki kamar mandi, suasana hatinya sedang dilanda bahagia karena merasakan jatuh cinta. Setelah selesai Tiara memakai seragam putih abu-abu dengan tatanan rambut dikuncir kuda, poninya tertata rapi di depan.

"Ok, Tiara. Perfect, fighting!" ucapnya menyemangati dirinya sendiri di pagi hari.

Tiara berangkat sekolah menggunakan angkutan umum, dari rumahnya menuju di mana angkutan umum berada membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh menit. Tanpa menunggu waktu Tiara langsung masuk kedalam angkutan umum yang sedang mengetem menunggu penumpang lain, mengambil tempat duduk di pojok dekat dengan kaca belakang. Senyum Tiara terukir saat melihat sosok lelaki yang berjalan menghampiri angkutan umum, senyumnya kian merekah saat lelaki tersebut masuk dan duduk di sampingnya. Lelaki itu pun membalas senyuman Tiara. Sang supir melihat bangkunya sudah terisi penuh dan langsung menjalankannya mobilnya.

"Hm ... hm ...." suara deheman terdengar saat Tiara dan Faza jalan berdampingan.

Tiara hanya tersenyum dan menepak pundak sahabatnya agar tidak berisik.

"Bisa nggak lu diem, berisik," ancam Tiara.

"Ok, siap. Jangan lupa PJnya," balas Zia.

Tiara menghiraukan perkataan Zia sampai duduk di bangku. Tiara duduk di bangku ke dua bersama dengan Zia, sedangkan Faza duduk disudut belakang kelas.

Bel masuk pun berbunyi, para siswa siswi yang masih berada di liuar berhamburan masukke dalam dan duduk dibangku masing-masing. Guru berkacamata dengan rambut belah tengah masuk ke dalam kelas Tiara.

"Selamat pagi semua,Bapak absen," ujar guru tersebut.

Setelah selesai mengabsen guru tersebut menyuruh murid-murid membuka buku halaman delapan puluh lima. Guru tersebut menerangkan tentang pernapasan pada manusia. Semua pasang mata memperhatikan guru tersebut, tidak ada yang memperhatikan akan terdengar suarayang menggelegar memekik telinga. Guru tersebut terkenal disiplin, bukan killer itu hal yang berbeda. Pelajaran akan cepat di mengerti dengan cara sistem mengajarnya.

"Apa kalian sudah paham?" tanya Pak Rai usai menerangkan pelajarannya.

"Paham Pak," jawab siswa siswi kompak.

"Baik, jika kalian sudah paham untuk tugas dirumah gambar alat pernapasan manusia.

Bel pergantian jam pelajaran terdengar tepat setelah pak memberikan tugas. Pelajaran berikutnya adalah fisika, guru yang satu ini baru dikatakan killer dan tidak kenal toleransi. Suasana kelas menjadi sunyi dan hening kala pelajaran fisika berlangsung.

"Akhirnya," ucap Tiara saat pelajaran fisika selesai.

Begitupun dengan siswa siswi lainnya seperti narapidana yang baru bebas dari penjara mengeluarkan suara kebebasan. Pelajaran fisika memang menyenangkan, tapi saat mengerjakan soal yang berada di papan tulis secara membuat perasaan gugup tidak karuan. Jika menjawab dengan salah sudah dipastikan akan diberikan tatapan mengerikan karena itu berarti tidak memperhatikan guru saat penjelasan berlangsung.

"Kantin yuk, butuh amunisi gue," ucap Zia.

Tiara dan Zia langsung keluar kelas dan menuju kantin langganannya.

"Gue mau somay spesial sama es teh manis," kata Zia kepada Tiara dengan cengirannya.

Tiara yang mengerti langsung memesan dna mentraktirnya alis PJ yaitu pajak jadian.

"Bang, somay make telur dua," pesan Tiara pada bang somay.

Dia langsung beralih ke tempat minuman untuk memesan es teh manis dua. Setelah memesan Tiara langsung menghampiri dimaan terdapat Zia duduk karena pesanannya akan diantar.

"Terima kasih," ucap Tiara dan Zia saat pesanannya datang.

Tanpa menunggu lama mereka langsung memakannya. Tiara senyam-senyum sendiri saat tatapannya bertemu dengan lelaki yang membuatnya merasakan jatuh cinta.

"Cie... yang pandang-pandangan," ejek Zia.

"Apaan sih lu," balas Tiara.

Waktu terus berlalu, pelajaran demi pelajaran selesai seuai jadwalnya. Tidak terasa bel pulang berbunyi, para siswa siswi berhamburan keluar untuk pulang kerumah masing-masing. Tiara menunggu didepan gerbang karena sebelumnya Faza mengirim pesan untuk pulang bersama.

"Kita nonton yuk," ajak Zia.

"Sekarang?" tanya Tiara.

"Iya, lu traktir gue. Ok," titah Zia pada Faza.

"Besok aja, gue hari ini harus pulang cepat," jelas Faza.

Ada rasa kecewa dihati Tiara, tapi saat Faza mengatakan janji akan menonton bersama besok perasaannya sedikit lega. Senda gurau terdengar di dalam angkutan umum hingga tidak terasa sudah sampai di pemberhentian.

"Mau aku anterin?" tawar Faza.

"Nggak usah, lagian kamu harus cepat sampai, kan," tolak Tiara.

"Maaf ya, aku pulang duluan. Bye."

Tiara tersenyum dan melambaikan tangan saat Faza pergi dari hadapannya, dia melanjutkan angkutan umum berikutnya.

"Gue jadi kayak kambing budek deh, menyedihkan," kata Zia yang melihat sahabatnya saling melambaikan tangan.

"Apaan sih lu, udah sana pulang," ucap Tiara.

Tiara melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki, sedangkan Zia menggunakan ojek sampai rumahnya. Sepanjang jalan Tiara memainkan handphonenya, terkadang tersenyum terlihat diwajahnya. Dirinya terus tersenyum karena sedan berbalas pesan dengan Faza.

"Assalamualaikum," salam Tiara dan masuk ke dalam rumah.

Meskipun tidak ada yang menjawab salam, Tiara tetap mengucapkan kalimat tersebut. Sejak kejadian pertengkaran hebat antara ayah dan mamanya, Tiara merasa marah saat akan membuka pintu rumahnya sendiri. Terlebih mamanya memutuskan untuk keluar dan pergi dari rumah yang sederhana itu, Tiara baru menyadari saat keesokannya tidak ada suara ketukan pintu untuk membangunkannya sekolah.

Tiara pun langsung menuju kamarnya untuk mengganti pakaian. Setelah pakaiannya diganti, Tiara mendaratkan tubuhnya diatas ranjang dan melanjutkan memainkan handphonenya. Tidak ada lagi balasan dari Faza, akhirnya Tiara membuka akun sosial medianya. Cukup lama Tiara berselancar di dunia maya hingga matanya lelah dan perlahan menutup dan hadir ke dunia alam bawah sadarnya.

"Siapa sih gangguin aktivitas ternyaman gue," ucap Tiara sambil mengucek matanya.

Membaca nama yang tertera dilayar handphone sukses membuat Tiara langsung bangun dari posisinya dan menetralkan suaranya untuk menjawab panggilan tersebut.

*

Hari minggu Faza dan Tiara sudah berjanji untuk main ke suatu tempat pilihan Faza.

Tok..

Tok..

Tok..

Tiara mengetuk pintu kamar ayahnya dan meminta izin tanpa membuka pintunya, "aku mau pergi sama teman."

"Iya."

Setelah mendapat jawaban Tiara langsung keluar dan menuju gerbang perumahan sesuai permintaan dia sendiri saat Faza akan menjemputnya. Faza fokus mengemudikan sepeda motornya. Keduanya larut dalam pikirannya masing-masing.

"Kita mau kemana, Za?" tanya Tiara ditengah-tengah perjalanan.

"Nanti kamu tau kok," jawab Faza.

Tiara sempat terkejut saat Faza membelokkan sepeda motornya memasuki sebuah perumahan dengan taman didalam, taman yang sering dikunjungi orang-orang untuk menghabiskan weekend bersama. Faza menepikan sepeda motornya dan mengajak Tiara untuk masuk ke dalam taman, Tiara mengekori Faza di belakangnya.

"Duduk disini aja ya," ucap Faza mendaratkan bokongnya pada bangku taman yang sudah disediakan.

Tiara menuruti dan duduk di samping Faza yang diberi jarak beberapa jengkal. Meskipun Tiara dan Faza sudah berpacaran selama empat bulan, mereka masih malu-malu saat berdekatan seperti ini. Faza memang dikenal pendiam bahkan dia belum berani menggenggam tangan Tiara.

"Selamat ulang tahun, Tiara," ucap Faza sambil memberikan sebuah kotak berwarna ungu.

Katup bibir Tiara terbuka saat melihat kotak tersebut, dirinya langsung tersenyum dan mengucapkan terima kasih sambil menerima kotak tersebut.

"Boleh aku buka?" tanya Tiara.

Faza mengangguk dan sebelum Tiara membukanya dia meminta maaf hanya bisa memberikan hadiah kecil seperti itu. Tiara pun membuka kotak tersebut, mata Tiara terlihat berbinar saat melihat isi kotak dan senyumnya terus merekah saat memegang hadiah yang dibilang kecil oleh Faza.

"Ya ampun, Za. Bangus banget," ucap Tiara.

Faza memberikan kotak musik berbentuk love, suara khas kotak musik pun terdengar saat tutupnya dibuka dan terlihat boneka kecil memakai baju balet menari mengikuti irama yang keluar dari kotak musik tersebut. Tiara terus mengucapkan terima kasih dan mengatakan dirinya senang seklai mendapatkan hadiah tersebut.

Next chapter