7 Morgens

seorang cowok bertubuh jangkung itu merasakan sakit di bagian dadanya, membuatnya terbangun dari tidurnya

"Uhuk!!" batuknya, Angkasa memegang dadanya pelan lalu ia tepuk tepuk

ia turun dan mengambil air dingin dari kulkas, ia meneguknya hingga tandas

Angkasa terduduk di meja makan, rasanya dadanya sesak sekali entah kenapa pun ia tak tau

Angkasa mengabaikan rasa sakitnya itu, toh ia sering merasakan yang lebih sakit dari ini. ia berjalan ke arah kamar Deo dan Aksara, di bukanya pelan lalu ia tersenyum

Hanya melihat kedua sahabatnya itu bisa tidur dengan tenang saja sudah cukup untuknya, setidaknya ia merasa ia sedikit berguna

Angkasa kembali menutup kamar itu, lalu ia kembali naik ke lantai atas untuk tidur namun, saat ia baru saja berada di anak tangga ke lima benda pipih miliknya berdering

Angkasa mengambilnya dari saku celananya ternyata -Gea gelisya tengah menelfonnya

Angkasa melanjutkan langkahnya seraya mengankat telfon itu "Hallo sayang" sapanya diluan

"Kangen" ucap gadis itu lirih

"Mau pulang" lirihnya lagi, Angkasa membuang nafasnya pelan

"Gea pasti pulang" ujarnya berusaha menenangkan

"Asa, mereka jahat" adunya mulai meringis

Angkasa tak tega, Gea hanya ingin dengannya dan selalu dengannya

"Gege mau sama Asa" ya, gadis ini selalu manja padanya

Angkasa tersenyum kecut "Kenapa belum tidur?" Tanya angkasa seraya memeluk guling di sebelahnya

"Gege mau tidur sama Asa" pintanya

"Gege mau pulang Asa"

"disini ada Bima, dia mau culik Gege. Asa, tolong" Angkasa mendengar suara rintihan itu, di pejamkannya matanya kuat kuat

"Ge, ga ada Bima disana" ujarnya meyakinkan

Angkasa tak mendegar suara apapun lagi, beberapa menit kemudian telfon itu mati sepihak.

Angkasa meletakan benda pipih itu di atas nakas, lalu ia mencoba untuk kembali tidur

______________

________

Pagi ini Angkasa berangkat dengan kedua temannya seperti biasanya,mereka menaiki Motor untuk pergi ke sekolah

Ah iya, Angkasa hampir lupa bahwa hari ini, DTD tengah mengadakan rapat mengenai penyerangan Markas dua hari lalu

Angkasa, Aksara, dan Deo memarkirkan motornya di parkiran SMA NUSA BANGSA

Banyak sekali siswi SMA NUSA BANGSA yang melemparkan tatapan memuja secara terang terangan kepada mereka. Mereka menyusuri tiap lorong yang ada di SMA NUSA BANGSA dengan Angkasa yang berwajah dingin serta datar, dan kedua orang sok ganteng di belakangnya ini

tiba tiba saja tangan Angkasa di cekal membuatnya menoleh seraya mengeryit heran. siapa yang berani menghalang jalannya?

seorang gadis berwajah oval dan berambut sebahu itu tersenyum kikuk seraya mengulurkan tangannya

"Apa?" Tanya Angkasa dingin membuat gadis itu menelan salivanya susah payah

"Kenalan" ujarnya

"Berani banget gila!" bisik Deo pelan pada Aksara

"Inggit maheswari XI MIPA 3" ujarnya masih mempertahankan senyumnya yang nampak akan luntur

"Angkasa" jawab Angkasa tanpa menerima uluran tangan itu, ia membalikan tubuhnya dan kembali berjalan denga santainya.

gadis bertubuh mungil itu menatap punggung Angkasa dan kedua temannya yang kian mejauh itu Ais! inggit inggit! berani sekali dirinya

"Dingin, aaaaa sukaaa" ucapnya tiba tiba

Inggit tersenyum lebar dan berbalik arah menuju kelasnya

Angkasa memasuki kelasnya, matanya beradu pandang dengan Dirga, Dirga sanjaya.

Dirga benar benar tak suka dengan kehadiran geng DTD disekolahnya ini, karena mereka tingkat ke populerannya menurun drastis

cih! jelas jelas ia lebih tampan dari mereka semua!

Angkasa duduk tepat di sebelah Elang,ya ia mengusir Bara dari tempat itu sekarang Bara duduk di bangku pojok sana berdekatan dengan Aksara dan Deo

walaupun begitu Bara terlihat dekat dengan geng DTD, hanya saja Angkasa tak mau berdekatan dengannya

"nih salin" Elang mengeluarkan buku pr matematikanya, Angkasa sontak langsung mengambil gambar buku pr itu lalu ia campakan ke arah Deo dan Aksa

Angkasa merasa benda pipih miliknya berdering, huh! baru saja ia menulis soal matematika yang diberikan Elang padanya

Angkasa mengangkat telfon itu

"Hallo"

"Hallo sa!" suara Ghani nampak terengah engah membuat Angkasa mengerutkan dahinya heran

"Lo dimana?" tanya Angkasa sedikit panik

"sa, anak morgens ngejer gue!" pekiknya, deruman motor ghani pun terdengar jelas

"Arah?" Angkasa menepuk pundak Elang membuat Elang mengangguk paham

"Jalan Veteran" sambung Ghani

"Oke"

Angkasa mematikan telfonnya sepihak, ia langsung berdiri tanpa membawa tasnya

"Siap untuk mati?!" teriak Angkasa membuat seisi kelas menatap ke arahnya, suara Angkasa tenang namum menusuk membuat siapa pun yang mendengarnya bergidik ngeri

"Sekarat atau mati" sambung Aksara lalu bangkit dari duduknya

Bara heran dan hanya memperhatikan mereka saja

merek berempat langsung keluar dari kelas, tak ada yang berani walau hanya sekedar bertanya, tatapan mereka benar benar tajam. aura yang mereka keluarkan pun terasa sangat berbeda

Saat mereka berada di bawah gerbang sudah di tutup lima menit yang lalu, Angkasa mengeber motornya membuat satpam itu kaget

"Buka!" ujarnya

"tidak bisa begitu, semua ada pera-"

BRUKKKK

Lagi dan lagi gerbang SMA NUSA BANGSA di rusak, kemarin Elang, sekarang Elang lagi tapi kali ini dengan teman temannya. Angkasa sudah berhasil keluar dari SMA NUSA BANGSA

"jalan Veteran!" teriaknya dan di angguki ketiga temannya

Seperti biasanya Deo bertugas untuk mengumumkan di grup mereka

DTD KILLERS

Deo falenio

JALAN VETERAN, SEKARANG!

read(35 peoples)

Airin yang sedari tadi memperhatian langkah Angkasa menjadi khawatir

"Angkasa" ucapnya lirih

Airin berjalan dengan terburu buru memasuki kelasnya lalu menarik earphone yang di kenakan oleh Vanya, membuat gadis itu berdecak sebal

"Apa sih rin" kesalnya mencoba meraih earphone miliknya

"Elang" Vanya langsung mendongak menatap iris hitam itu tak mengerti

"Kenapa?"tanya Vanya bingung

"mereka pergi, tadi dobrak pagar lagi" Vanya nampak kaget lalu ia berusaha menetralkan raut wajahnya

"yaudah" Airin menoyor kepala Vanya kesal

"Itu Elang loh Anya!" kesalnya

"iya, ada Angkasa, Aksa dan Deo juga"Airin mengeleng gelengkan kepalanya tak percaya

Bara tiba tiba saja memasuki kelas Airin dan Vanya "Anya!" panggilnya seraya mengebrak meja mereka

"Kenapa kak?" Tanya Vanya sedikit kaget

"Elang ga ada bilang sama lo mau kemana?" Vanya mengeleng pelan, kenapa semua orang kelihatan panik? paling mereka hanya membolos bukan?

"kayaknya mereka mau nyerang deh" Ujar Bara membuat Airin dan Vanya membulatkan matanya sempurna

"Kan Anya!" lirih Airin

"Lo yakin?" Tanya Vanya pada bara, dan laki laki itu mengangguk kuat

Fikiran Airin sudah entah kemana mana, bagaimana jika Angkasanya terluka? ia takut, ia cemas

"Angkasa" lirih gadis itu pelan

Airin duduk di bangkunya rasa takutnya semakin menjadi jadi, ia terus berdoa dalam hati agar Angkasa tak terluka sama sekali. namun apakah bisa? entahlah

Angkasa pramudya, semoga tidak ada hal buruk terjadi padanya. semoga

avataravatar
Next chapter