2 Introduce You

"Ugh."

Lelaki itu menggeliat protes kala suara bising yang sedari tadi memenuhi telinganya. Tangannya meraba raba sekitar kasur mencari sebuah benda pipih yang sedari tadi berbunyi, membuat tidur lelapnya terganggu.

Hening.

Suara bising itu sudah hilang dan lelaki itu kembali memejamkan matanya yang masih mengantuk berat. Namun tak lama setelahnya, suara ketukan pintu terdengar nyaring di sunyinya kamar tersebut.

"Den, ini sudah jam setengah tujuh. Ayo bangun. Aden hari ini sudah mulai masuk sekolah lagi."

Masih tidak ada sahutan yang terdengar dari sang pemilik kamar, wanita paruh baya tersebut terus saja mengetuk pintu agar anak majikannya itu bangun. Ia memang menduga akan seperti ini, pasalnya kemarin malam anak itu menonton pertandingan bola hingga menjelang pagi.

Wanita itu menghela nafas panjang dan menyerah membangunkan seseorang yang sedang berada dalam kamar tersebut. Kemudian berbalik pergi menuju dapur untuk menyiapkan sarapan.

Matanya mengerjap pelan, mengumpulkan nyawanya yang masih tertinggal di dalam mimpi. Dan tiba tiba membulatkan matanya saat menyadari bahwa ini adalah hari pertama sekolah setelah libur akhir tahun.

"F*uck, gue telat," pekiknya.

Sial. Nampaknya ia lupa jika hari ini sudah kembali masuk sekolah. Tanpa pikir panjang, ia menyibak selimutnya dan berlari kearah kamar mandi.

Tak butuh waktu lama berada di kamar mandi kemudian berganti pakaian, lelaki itu kini sudah berseragam rapi dengan rambut coklat pirang yang dibiarkan berantakan itu dan siap menuju tempatnya menuntut ilmu.

"Aden ini sarapannya!" teriak seorang wanita paruh baya yang tengah memegang sebuah piring berisi sandwich.

Ia yang sudah berlari keluar melewati pintu rumahnya, terpaksa kembali berjalan masuk dan meneguk segelas susu diatas meja makan lalu mengambil satu sandwich diatas piring yang wanita tadi bawa.

"Makasih Bi, aku berangkat yaa!" teriaknya dan berlari keluar dari rumah megah tempatnya tinggal.

Menikmati sejuknya udara pagi sambil mengendarai motor sport hitam miliknya dengan sebuah sandwich ditangan kiri, lelaki itu sesekali memakan sarapannya tanpa mengganggu konsentrasi terhadap jalan raya dihadapaannya.

...

Wajah wajah tak asing beberapa kali ditemuinya saat ia tiba disekolah. Ia memarkirkan motornya di tempat khusus kendaraan pribadi para siswa, kemudian melepas helmnya dan berjalan menuju E. Xeimoraga High School, bangunan elite yang sudah menjadi tempatnya bersekolah selama sekitar satu setengah tahun itu.

Di semester kedua setelah libur panjang akhir tahun kemarin, semua penghuni sekolah ini terlihat antusias bertemu kembali kawannya yang dua minggu kemarin tidak mereka jumpai.

Bertegur sapa, bertukar kabar, bercerita dan tertawa kini menjadi pemandangan umum yang lelaki itu jumpai disepanjang koridor sekolah juga di setiap kelas yang ia lewati.

...

Dan ditempat berbeda, seorang gadis berparas cantik itu terlihat masih merasa asing dengan sekolah barunya ini, ia tengah mencoba menyapa dan berkenalan dengan teman - teman barunya dikelas.

"Eh, murid baru ya? Hai, siapa namanya?"

"Hai, Aura Calista. Salam kenal yaa!"

Begitulah ucapnya pada kurang lebih 15 orang yang sudah berada dikelas pagi ini. Wajah ceria nan ramah itu sangat memudahkan aksesnya untuk memperkenalkan diri dan beradaptasi dengan cepat pada teman - teman barunya.

Namun tak dipungkiri, rasa gugup tengah menyelimuti dirinya. Gadis bernama Aura itu sangat membenci situasi canggung dan menyendiri, itu sebabnya ia ingin memiliki hubungan yang baik dengan para teman temannya di sekolah ini. Dan untungnya, itu berjalan dengan baik. Mereka juga turut menyambut kehadiran gadis itu, dengan senang hati.

Ting!

Kelly

| Ra, lo dimana?

| Udah sampe?

Aura

| Dari jam 6 juga udah sampe kelas

| Kamu kapan datengnya sih, aku malu

Kelly

| Kenalan aja dulu, gue lagi dijalan nih

Aura

| Udah, aku udah introduce ke semua

Kelly

| Yaudah kalo gitu, kenapa harus malu

| Lo bukannya disuruh ke ruang guru dulu ya?

| Udah belum?

Aura

| Belum, hehe

| Aku gatau ruang gurunya dimanaa

| Sekolahnya gede banget, aku takut nyasar

Kelly

| Lo nyasar juga masih disekolah ini, bego

| Yaudah, lo tungguin gue di ujung koridor utara aja

| Nanti gue anter. Lo tau kan?

| Ini gue udah deket ke parkiran kok

Aura

| Okey

Setelahnya, gadis itu beranjak dari tempat duduknya dan berlari kecil menuju keluar kelas untuk menemui temannya itu. Namun langkahnya terhenti saat tak sengaja bertubrukan dengan seorang ... Lelaki?

Bruk

"Ahk,"

Wajahnya bertubrukkan dengan dada bidang seorang lelaki yang hendak memasuki kelas. Ia sedikit terpental ke belakang, kemudian refleks mengusap hidung dan keningnya yang sedikit sakit.

Aura menengadahkan kepalanya, "Eh, maaf maaf aku ga sengaja."

Oh my goood! He's took me to the sky

Jantung Aura berdegup kencang saat melihat manusia didepannya itu. Bagaimana tidak? Lelaki itu tampan sekali. Semua bagian wajahnya terpahat dengan sempurna. Lelaki itu lelaki tertampan yang pernah ia lihat, setelah ayahnya.

"O-Oh, kelasnya disini juga ya? Kenalin, aku Aura Calista. Murid baru, salam kenal!" Dengan percaya dirinya gadis tersebut mengulurkan tangan mengajak berkenalan pada lelaki dihadapannya. Walaupun dilubuk hati terdalamnya ia benar benar gugup.

Namun, lelaki itu tak bergeming. Tidak langsung membalas uluran tangan gadis didepannya, ia hanya menatap intens sepasang mata gadis itu. Aura bingung dibuatnya. Apa ada yang salah dengan dirinya?

Aura melambai lambaikan tangannya di depan wajah lelaki itu. Tapi masih tidak ada pergerakan. Apa yang sedang dilihat nya? Apakah ada kotoran di matanya? Jika itu benar, ia akan benar - benar malu.

Namun semua pemikiran gadis itu salah. Lelaki didepannya sedang melihat bagaimana gadis itu meregang nyawa, yang terlihat jelas saat ia menatap mata cantik gadis didepannya.

Itu seperti terputar dengan sendirinya saat melihat mata seseorang. Ya, melihat kematian. Bagaimana orang itu mati. Namun tak tahu, kapan itu akan terjadi.

Seperti saat ini, ia melihat seorang gadis diikat disebuah kursi kayu dengan penampilan yang menyedihkan. Di ruangan gelap yang terbengkalai. Dan banyak barang - barang tak terpakai, seperti gudang?

Rambut panjangnya yang berantakan, di wajah cantiknya terdapat banyak luka dan memar yang memprihatinkan. Juga kondisinya yang lemas tak berdaya.

Gadis itu menunduk lemah dihadapan tiga orang pelaku yang membuatnya tak berdaya seperti itu.

Dua pria dan satu wanita.

Wanita itu terlihat membisikkan sesuatu kepada salah seorang pria gagah disebelahnya. Pria itu mengangguk dan memegang kasar kedua pipi Aura hingga mulutnya sedikit terbuka dan pria satunya lagi meminumkan cairan dalam botol yang berisi,

"Uh, pembersih lantai?" batin lelaki itu tak percaya.

Setelah meminum cairan tersebut, pria itu menendang kursi yang diduduki gadis malang itu hingga jatuh tersungkur ke lantai, dan sekarat.

Orang - orang itu pergi melewati sebuah pintu dan menutupnya lagi, lalu terdengar seperti menggemboknya dari luar.

Hening.

Gadis itu terbatuk lemah. "To-tolong," lirihnya yang seperti sebuah bisikan dengan nafas yang tersenggal senggal. Air matanya mengalir di pipinya membasahi kembali jejak air mata yang hampir kering.

Hening.

"A-aku sayang ka-mu, Edgar. Edgar Elios."

Kalimat terakhir yang gadis itu ucapkan dihidupnya. Karena tak lama sesudahnya, mata indah sayu miliknya terpejam. Untuk selamanya.

Tragis juga.

Lelaki itu bergidik ngeri melihat detik - detik kematian gadis didepannya. Sangat disayangkan ia meninggal dengan cara yang tragis seperti itu.

"Hey, kok ngelamun? Nama kamu siapa?" Gadis itu memecah lamunan lelaki yang sedari tadi hanya menatapnya.

Tangannya masih terulur dengan kedua alisnya yang terangkat menunggu sebuah jawaban. Percayalah, pegal sekali uluran tangannya tak kunjung disambut.

Tersadar dari lamunan, lelaki itu dengan cepat mengeluarkan tangannya yang sedari tadi bertengger di saku dan membalas uluran tangan gadis didepannya, Aura.

Tapi sedetik kemudian ia teringat sesuatu. Kalimat terakhir saat gadis itu sekarat.

Wait, what...

"Nama gue ... Edgar. Edgar Elios."

avataravatar
Next chapter