webnovel

Apresiasi

Sesampainya di divisinya, Naura termenung di dalam kubiknya. Gadis itu betul-betul merasa heran dengan sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh CEO dan wakil CEO. Perasaan under estimated saat dia diminta untuk bertahan di meeting room akhirnya hilang begitu saja. Ternyata dengan gentle, kedua laki-laki itu melakukan permintaan maaf kepadanya, dan bahkan untuk ke depan meminta gadis itu tidak memperlakukan sebagai atasan. Untuk menyingkat waktu, Naura menyetujuinya agar cepat diijinkan kembali ke ruang kerja, tetapi dalam hati Naura masih merasa sungkan.

"Na.., tadi dicari Boss Ridwan. Ada kalau tidak salah tiga kali laki-laki itu datang kesini menanyakanmu. Bukannya kalian tadi meeting bareng kan di ruang Direksi.., kenapa sudah mencarimu saja. Hati-hati.., jangan sampai kamu terkena modus." Ronny tiba-tiba melongok dari kubiknya memberi tahu Naura.

"Iya Ronn..., karena ada kepentingan, Boss Ridwan meninggalkanku di meeting room. Mungkin Boss mau tahu saja, hasil akhir dari rapat tadi. Yang pasti, konsep desain yang aku presentasikan di ACC oleh semua anggota Direksi, khususnya CEO dan wakil CEO. Semua menyetujuinya.., jadi konsep itu segera kita kirim ke Marketing Division." untuk tidak menimbulkan pertanyaan, Naura menjawab pertanyaan Ronny secara profesional. Gadis itu sedikitpun tidak menyinggung pembicaraannya dengan Johan dan Alexander.

"Sip..., pasti langsung di ACC. Aku akui Na.., hasil kerjamu sangat TOP BGT. Cepat dan to the point.." Ronny memuji Naura, dan gadis itu menjawabnya dengan mengacungkan ibu jari ke atas. Segera Naura kembali menyalakan komputer, dan kembali fokus dengan pekerjaannya.

********

Baru saja Naura dan rekan-rekan kerjanya kembali dari food court, terlihat Boss Ridwan berdiri dengan bersandar di pintu masuk ruang kerja mereka. Keenam orang itu saling bertatapan, dan semuanya hanya mengangkat kedua bahunya ke atas. Mereka tidak tahu ada alasan apa, Boss Ridwan sampai berada di depan pintu mereka.

"Selamat siang Boss Ridwan..., tumben jam segini sudah berada disini?" Rado bertanya pada laki-laki itu dengan pertanyaan sarkasme. Laki-laki itu memang memiliki dendam pribadi terhadap Boss Ridwan, karena kekasihnya Alana pernah terlibat skandal dengan laki-laki itu,

"Bukan urusanmu Rado.., langsung kembali ke meja kerja. Selesaikan semua pekerjaanmu, aku ada perlu dengan Naura." Boss Ridwan to the point langsung mengabaikan Rado. Mendengar jawaban itu, Ronny dan Aniss langsung berdiri memblokir Naura dari pandangan laki-laki yang menjadi pemimpin divisi mereka itu..

"Boss.., boss..., apa boss Ridwan tidak memiliki nurani sedikitpun?? Naura sepertinya sudah capek dan lelah, dimana hari ini harus menggantikan Boss Ridwan presentasi, lanjut dimonitor langsung oleh CEO dan wakil CEO.., juga sudah berkoordinasi dengan Marketing Division. Apakah masih perlu ada tugas tambahan untuk Naura hari ini?" Aniss langsung memotong perkataan Boss Ridwan tersebut. Demikian juga dengan Ronny, laki-laki itu menatap dengan pandangan kurang suka terhadap Bossnya itu.

"Belum tahu apa-apa sudah banyak kata kalian. Segera masuk dan duduk di ruang kerja masing-masing. Naura ikut saya ke ruangan sebentar!" merasa jengkel dengan tanggapan bawahannya, dengan nada tegas Boss Ridwan memanggil Naura untuk masuk ke ruang kerjanya.

"Teman-teman.., kembalilah ke kubik kalian. Tidak perlu khawatir..., Im fine..." dengan senyum khasnya, Naura menenangkan teman-temannya. Dengan segera Naura mengikuti langkah atasan menuju ruang kerjanya. Kelima rekan kerjanya hanya melihat kepergian Naura dengan pandangan prihatin.

**********

Di sofa ruang kerja Boss Ridwan.

Naura duduk di sofa menunggu Boss Ridwan mengambil kaca mata dan ponselnya di atas meja. Melihat ada majalah Marketing.., dengan segera gadis itu mengambil kemudian membuka-bukanya. Tiba-tiba wajahnya menatap gambar Alexander saat menerima penghargaan sebagai pengusaha muda berprestasi di negeri ini. Tanpa sadar, tangannya mengusap pipi Alexander di gambar tersebut.

"Memang ganteng pemimpin kita Naura., baik CEO dan wakil CEO. Hampir semua gadis menginginkannya. Tetapi aku harap, kamu juga tahu akan posisimu.. untuk memupus harapanmu dalam mendapatkan kedua laki-laki itu." tiba-tiba nada sarkasme seakan menyindir perilaku Naura. Dengan spontan, Naura kembali menutup majalah itu kemudian menatap wajah atasannya itu dengan tatapan sengit.

"Maksud Boss Ridwan..??" dengan tegas Naura membalas komentar Boss Ridwan untuknya, sambil tersenyum sinis.

"Don't judge a book by its cover..., Boss." kembali Naura melanjutkan perkataannya.

"Upss sorry Na.., jika perkataanku barusan menyinggung perasaanmu. Kita lupakan saja... Okay, by the way.. bagaimana tanggapan CEO dan wakil CEO terhadap project kita.., mereka tidak membatalkannya kan, dan hanya memberi tahu keputusannya padamu?" mengetahui jika Naura cukup lama berada di meeting room, Boss Ridwan menanyakan kelanjutan project divisi mereka.

Naura diam sejenak, kemudian gadis itu mengambil nafas.

"Tidak seperti yang ada di pikiran Boss Ridwan. CEO dan wakil CEO, bukannya tadi sudah mengatakan langsung meng ACC project kita, kenapa malah Boss menanyakan hal itu lagi. Keputusan akhirnya harus segera kita RUN Boss.., jangan berpikir yang tidak-tidak dengan pertemuan kami bertiga tadi. Mereka hanya menjelaskan alur koordinasi, dan mengenalkan siapa diri mereka kepada saya. Sepertinya hal ini dipicu, karena bukan kapasitas saya untuk hadir dan melakukan presentasi pada pertemuan tadi. Seharusnya cukup Boss Ridwan yang datang, presentasi, dan END." seperti mendapatkan kesempatan, Naura malah mengeluarkan uneg-unegnya. Terlihat Boss Ridwan tersenyum kecut.

"Okay.., maafkan aku Na..! Jujur.., aku kurang begitu menguasai konsep yang kamu ajukan, dan aku tidak akan bisa sepertimu untuk mempresentasikannya di depan Direksi. Ternyata benar kan hasilnya, semua Direksi membuat pengakuan terhadap karyamu." tanpa diduga, Boss Ridwan mengakui kekurangannya.

"Terus bagaimana kelanjutannya.., apakah tadi juga diputuskan?" Boss Ridwan mempercayai alasan yang dibuat oleh Naura, laki-laki itu mengejar informasi pada gadis itu.

"Bukannya tadi Ronny sudah mengatakan Boss, konsep project sudah langsung dikirimkan ke marketing division dan production division. Jadi.., project kita bisa langsung jalan." Naura mempertegas jawabannya.

"Good job..., aku akan memberi apresiasi padamu Na.. Bagaimana jika malam ini aku mengajakmu dinner.., yah masa sebagai pemimpin divisi, aku tidak menghargai good idea dari bawahanku." dengan senyum smirk, Boss Ridwan seakan melepaskan perangkapnya.

"Sorry Boss..., Naura tidak bisa. Dan perlu Boss Ridwan tahu, saya bukan tipe perempuan yang suka pergi jika mendapatkan undangan untuk LUNCH.., DINNER.. Undang perempuan lain saja Boss, jangan saya." Naura langsung menanggapi ajakan dinner yang dilakukan oleh laki-laki yang duduk di depannya saat ini.

"Okay jika begitu.., aku sepertinya harus memikirkan apresiasi yang lain buatmu Na.." dengan tatapan kecewa, Boss Ridwan menenangkan dirinya.

"Sepertinya sudah cukup ya Boss..., Naura masih ada pekerjaan yang harus segera aku selesaikan. Naura ijin kembali ke ruangan ya.." tanpa menunggu jawaban dari laki-laki itu, Naura langsung berdiri meninggalkan Boss Ridwan sendiri. Laki-laki itu hanya menatap punggung Naura yang berjalan meninggalkannya sambil tersenyum kecut.

*********