10 Pelaku Sabotase

Pantas saja dia tidak mengenal Ara sebelumnya. Rupanya, status gadis itu hanyalah mantan anggota keluarga kerajaan. Kerajaan Osmod memang memberlakukan sistem perjodohan bagi putri dan pangeran kerajaan. Mereka tidak berhak untuk menentukan pernikahan mereka sendiri.

Sudah hal kuno di era modern seperti sekarang ini, apalagi di dunia barat yang lebih banyak menganut kebebasan dan mengagungkan hak setiap individu. Judas tersenyum miring.

Dasar, kerajaan kuno, batin Judas.

Josh segera memberi tanda pada pelayan restoran untuk menyiapkan sarapan. Judas bukan tipe pemilih makanan. Dia mengizinkan Josh untuk mengatur sarapannya. Tugas pertama Josh setiap hari adalah memastikan sarapan Judas sudah tersedia. Laki-laki berambut hitam dan tersisir rapi ke belakang itu sudah berkonsultasi dengan ahli gizi dan menentukan menu sarapan dalam satu bulan.

Secara berkala, dokter selalu mengecek kesehatan Judas dan salinan hasil pemeriksaan dikonsultasikan pada ahli gizi. Berdasarkan hasil pemeriksaan itulah, mereka menentukan nutrisi dan kandungan gizi yang diperlukan oleh tubuh Judas untuk menunjang aktivitas sehari-hari konglomerat muda tersebut.

Untuk sarapan, memang semua sudah ditentukan, tetapi untuk makan siang dan makan malam, Judas bebas makan apa saja yang dia mau. Setiap hari, Josh harus memantau di mana bosnya itu tidur demi menyiapkan sarapan. Memang, Josh tidak suka tidur di tempat baru. Jadi bisa dipastikan, hanya di situ-situ saja dia menginap.

"Sabotase mobil, sudah ada kabar?" tanya Judas di sela mengunyah makanan.

Omelette jamur, potato wedges, dan salad sayuran disajikan untuk dia pagi ini. Karena siang dan malam dia sudah banyak mengonsumsi makanan berlemak dan daging, maka menu sarapan selalu diatur lebih sehat. Asupan sayur dan buah sangat diutamakan di pagi hari untuk laki-laki berambut cokelat gelap itu.

"Masih diselidiki, Tuan. Mobil sudah diangkat dari dasar laut. Memang sudah dipastikan bahwa ada seseorang yang mengutak-atik rem mobil Tuan. Tunggu beberapa jam lagi, kami pasti bisa menangkap orang itu."

Judas meringis mendengar penjelasan dari Josh. Dia masih tetap mengunyah dengan tenang, seolah tak terganggu sama sekali dengan berita bahwa ada orang yang berusaha mencelakainya. Hidup Judas memang sudah dikelilingi pengkhianatan dan pembunuhan sejak kecil. Jadi, bukan hal mengejutkan lagi untuk dia.

Rupanya, masih ada saja orang yang berani menggangguku. Sudah lama aku tidak bersenang-senang. Tersungging senyuman jahat di wajah Judas.

"Tangkap pelakunya, bawa ke ruang hitam," titah Judas.

"Baik, Tuan."

"Kebakaran pabrik?" Judas menusuk kentang.

Sikap tenang yang ditunjukkan oleh Judas, mengingatkan Josh pada burung elang. Ya, burung elang tampak tenang selagi mengincar mangsa. Tanpa diduga, dia akan menyerang tiba-tiba ketika mangsanya lengah. Sifat pemburu seperti itu memang sudah mendarah daging dalam diri Judas.

Justru Josh merasa tenang ketika Judas melampiaskan amarah dengan kata-kata atau sikap seperti membanting barang dan lainnya. Dia merasa waspada ketika Judas terlihat tenang dan mulai irit bicara. Itu tandanya, laki-laki itu sedang tidak enak hati.

Kalau sudah seperti ini, kesalahan kecil akan menjadi besar di mata Judas. Masa sensitif, biasanya akan banyak karyawan dipecat tiba-tiba. Kadang kala, Josh menarik kembali karyawan berpotensi yang sedang tertimpa sial karena dipecat oleh Judas tanpa alasan. Sering sekali Judas yang sedang tidak enak hati memecat karyawan dengan alasan tidak masuk akal.

"Pecat dia. Aku tidak suka gaya rambutnya. Norak!"

"Pecat dia. Bau parfumnya membuatku muak!"

"Pecat dia. Tampilannya kuno sekali."

Penguasa tertinggi di JE Group, singkatan namanya, membuat dia merasa bertindak sewenang-wenang. Bagi Judas, semua karyawan hidup dari uangnya. Oleh karena itu, semua harus sesuai dengan selera dan kemauan dia.

"Aku ingin ke gedung putih, mengecek barang," tukas Judas selesai sarapan.

"Baik, Tuan."

Melihat Judas berdiri, Josh juga segera beranjak dan mengikuti langkah kaki panjang Judas dari belakang.

Sepanjang perjalanan menuju pabrik, Josh melaporkan banyak hal tentang JE Group pada Judas yang hanya ditanggapi dengan dingin. Kadang berupa anggukan, kadang hanya gumaman. Oke, ehem, yes, yap, sip, good. Kata-kata itu saja yang terucap.

Mereka tiba di lokasi pabrik makanan yang terbakar, tapi kali ini bukan untuk mengurus dan membahas peristiwa kebakaran itu. Mobil terus melaju dan berhenti di area pabrik paling belakang. Empat petugas bersenjata memberi hormat setelah sebelumnya membuka gerbang khusus area gedung putih.

Mengenakan setelan serba hitam bahkan kacamata hitam, Judas turun dari mobil dan melangkah ke dalam gedung. Bangunan tanpa jendela, hanya ada beberapa lubang angin kecil di bagian atas. Dua orang bersenjata tampak gagah menjaga pintu masuk. Keduanya pun memberi hormat ketika Judas melewati mereka.

Terlihat kotak-kotak kayu berukuran besar, berjajar dan bertumpuk rapi di dalam gedung tersebut. Judas berkeliling sebentar, lalu masuk ke sebuah ruangan lain. Ruangan yang tampak terisolasi dari luar.

Ruang produksi. Di sanalah heroin diproduksi dan dikemas dengan bungkusan plastik dalam beberapa ukuran. Bubuk surga yang membuat Judas semakin kaya raya. Penghasilan terbesar Judas selain bisnis kasinonya.

Hanya ada sekitar delapan orang yang bekerja di bagian ini. Mereka mengenakan baju rapi, seragam dengan logo pabrik makanan. Hanya bedanya, mereka semua bersenjata. Berjaga-jaga dari kemungkinan terburuk jika markas narkoba mereka diserbu oleh musuh. Bagaimanapun, aset di tempat ini bernilai milyaran dollar. Tentu banyak yang mengincar.

Tidak hanya senjata di tangan para penjaga dan pekerja, Judas juga menyiapkan ruangan kecil di sudut tempat produksi ini sebagai gudang senjata. Berbagai jenis senjata ada di sana. Sesekali, Judas juga berbisnis menyelundupkan senjata ke daerah-daerah konflik terutama di kawasan Asia. Lumayan, hasilnya bisa untuk melebarkan sayap bisnis ke bidang yang lain.

Judas mendekati salah satu pekerja, lalu menempelkan ujung jari pada serbuk yang belum dikemas. Dia menjilat sedikit bubuk itu untuk mengetahui kualitasnya. Walau bukan seorang pemakai narkoba, tapi dia bisa mengukur kadar yang pas dalam racikan. Menjilat sedikit, mestinya tidak masalah.

Dua jam lebih dia mengecek bisnis narkobanya sambil berdiskusi banyak hal dengan Josh, hingga kemudian sekretarisnya itu memberitahukan berita penting.

"Tuan, mereka berhasil menangkap orang yang menyabotase mobil."

"Dia pasti orang suruhan. Sudah tahu siapa dalangnya?" Judas melemparkan tatapan dingin pada Josh.

"Nona Brenda, Tuan." Josh memang sudah mengenal Brenda. Dalam beberapa kesempatan mereka bertemu ketika Brenda sedang bersama Judas.

"Kau yakin, Brenda yang menjadi dalang semua itu?" Judas berusaha memastikan.

"Seratus persen, Tuan. Mereka juga sudah menangkap Nona Brenda dan dalam perjalanan menuju ruang hitam."

"Bagus." Judas menyeringai. "Kalau begitu, kita kembali Nemville sekarang. Ruang hitam sudah menunggu. Cukup lama kita tidak mengunjungi tempat itu. Bawa juga orang yang menyabotase mobilku."

"Siap, Tuan."

Keduanya bergegas meninggalkan pabrik dan kembali ke Nemville.

avataravatar
Next chapter