18 Rahasia?

Lingga tidur di sofa sedangkan Kenzie di dalam kamar bersama Kyra. Oekkkk! Oekkkk! Kenzie menangis di tengah malam. Lingga terbangun dan dengan cepat masuk ke dalam kamar Kyra.

" Bisa diem nggak sih? Gue capek tau!" kata Kyra kesal.

" Dia haus, Non!" kata Lingga.

" Buatin aja susu botol!" kata Kyra.

" Tapi air susu Nona yang lebih bagus!" kata Lingga.

" Gue ngantuk!" teriak Kyra.

" Esss..esss.esss! Cup..cup...cup Kenzie sayang! Papa disini, sayang! Mamamu capek! Kenzie harus pintar, ya!" kata Lingga sambil mengayun tubuhnya. Oeekkkk! Oeekkkk!

" Non, please! Dia mungkin lapar!" kata Lingga melihat Kyra yang menutup wajahnya dengan bantal.

" Berisikkkkk!" teriak Kyra.

" Tolong, Non!" mohon Lingga.

" Beritahu ibu lo kalo lo nggak akan nikah sama kekasih udik lo itu!" kata Kyra.

" Apa? Tidak!" jawab Lingga tegas.

" Ok! Ternyata lo lebih mencintai kekasih udik lo itu daripada anak lo!" kata Kyra.

" Minta yang lain!" kata Lingga.

" No!" jawab Kyra. Ponsel Lingga berdering, Lingga mengambilnya dari dalam sakunya dan melihat nama Rio tertera di layar.

" Ada apa?" tanya Lingga.

" Musuh sudah mengetahui, Bos!" kata Rio.

" Secepat itu?" tanya Lingga.

" Nyonya..."

" Ok! Aku akan pergi!" kata Lingga mematikan panggilannya.

" Kita harus pergi!" kata Kyra.

" Tidak! Gue akan menunggu Romi disini, gue udah mengirimkan lokasi gue!" kata Kyra.

" Ok, kalo Nona masih saja tidak mengerti apa yang terjadi disini! Kita akan menunggu Romi!" kata Lingga pasrah.

" Rio!" panggil Lingga. Rio masuk ke dalam kamar Kyra dengan kepala tertunduk.

" Bos!" sapa Rio.

" Bawa anak gue pergi!" kata Lingga. Rio terkejut mendengar ucapan Lingga.

" Bos?" ucap Rio.

" Nona Kyra ingin menunggu Romi menjemputnya disini!" kata Lingga. Rio melihat sedih ke arah Kyra dan Kyra bisa melihat itu.

" Cepat!" kata Lingga.

" Siap, Bos! Permisi, Bos! Nyonya!" kata Rio kemudian pergi. Kamar itu menjadi sunyi tanpa kehadiran Kenzie disana.

" Kenapa Nona sangat membenci saya? Apa salah saya pada Nona?" tanya Lingga.

" Banyak! Yang pasti, gue nggak suka sama lo dan gue benci jika orang tua gue membagi perhatian mereka sama lo!" kata Kyra.

" Bukan salah saya mereka menyukai saya!" kata Lingga.

" Tapi saya membenci kesukaan mereka!" kata Kyra.

" Baiklah saya akan menuruti apa yang menjadi kehendak Nona! Sekarang bisakah kita pergi?" tanya Lingga.

" Kamu tidak ada hak untuk melarang atau bahkan memerintah gue!" kata Kyra. Tok! Tok!

" Masuk!" kata Lingga saat pintu diketuk dari luar.

" Lingga! Apa...aku menggang...gu?" tanya Kania. Kyra menatap Kania dengan pandangan sinis.

" Ada apa Nia?" tanya Lingga mendekati dokter itu.

" Bisa kita bicara sebentar?" tanya Kania.

" Bisa! Ayo! Saya permisi sebentar Nona!" kata Lingga lalu keluar bersama Kania. Kania merasa kesal dengan Lingga yang mengabaikannya. Dia pikir dia siapa bisa meninggalkan gue gitu aja! batin Kyra marah.

" Penting banget bicara omong kosong!" kata Kyra yang merasa kesal saat melihat Lingga masuk ke kamarnya.

" Maaf, Nona!" jawab Lingga.

" Kita pergi sekarang!" kata Lingga.

" Tidak! Gue mau jika Romi yang menjemput!" kata Kyra. Lingga terdiam, dia sudah tidak sanggup lagi menghadapi sikap putri Tuan Besarnya.

" Ok! Aku akan menghubungi Romi!" kata Lingga.

" Tidak perlu! Berikan saja ponsel lo!" kata Kyra. Lingga mengambil ponselnya dan memberikannya pada Kyra.

" Saya permisi dulu!" kata Lingga lalu keluar dari kamar Kyra. Lingga menyalakan ponselnya yang lain dan menghubungi Tama.

" Sial! Mati! Gue harus mencari charger!" kata Kyra ambigu. Kyra berjalan membawa menuju ke pintu kamar, dilihatnya Lingga sedang menelpon seseorang.

" Lingga! Bagaimana putriku? Apa dia baik-baik saja? Karna aku khawatir sekali padanya!" kata Tama cemas.

" Iya, Tuan Besar! Nona Kyra baik-baik saja!" jawab Lingga. Maafkan saya Tuan, jika Tuan tahu apa yang terjadi, Tuan pasti akan membunuh saya.

" Aku dengar Romi menyusul kesana!" kata Tama.

" Iya, Tuan Besar!" jawab Lingga.

" Bisakah kamu mencegah dia ikut dengan Romi?" tanya Tama.

" Saya akan mencoba, Tuan Besar! Tapi Tuan tahu jika Nona sangat membenci saya!!" jawab Lingga.

" Lingga! Aku tahu siapa Romi!" kata Tama.

" Dia aman, Tuan Besar! Sekarang sedang tidur!" kata Lingga berbohong.

" Baguslah! Aku percayakan dia padamu! Tolong jangan pernah tinggalkan dia!" kata Tama.

" Saya akan berusaha sekuat tenaga dan pikiran saya untuk menjaga Nona Kyra, Tuan Besar!" kata Lingga memegang kepalanya.

" Hanya kamu yang saya percaya dan bisa menjaganya tanpa punya maksud tersembunyi!" kata Tama, Lingga memejamkan matanya saat Tama berkata seperti itu.

" Saya minta maaf pada Tuan Besar atas semua kesalahan yang telah saya perbuat pada keluarga Tuan Besar selama ini!" kata Lingga.

" Tidak! Aku yang harusnya minta maaf karena belum bisa memberikanmu apa-apa!" kata Tama.

" Tidak perlu, Tuan Besar! Itu adalah sebagian dari tugas saya sebagai pegawai!" kata Lingga.

" Tapi jika saja 3 tahun yang lalu kamu tidak menolongku membatalkan kerjasama dengan Romi dan papanya, mungkin saat ini aku dan keluargaku akan menjadi gembel dijalanan!" kata Tama.

" Apa saya perlu memberitahu Nona Kyra, Tuan, tentang Romi dan papanya?" tanya Lingga.

" Jangan! Aku tidak mau dia menjadi malu dan harga dirinya terluka jika dia tahu! Apa lagi jika dia tahu kalo kamu yang menolong daddynya!" kata Tama.

" Tuan hanya perlu berbohong padanya jika yang menolong Tuan bukan saya!" kata Lingga.

" Tidak! Suatu saat dia akan tahu!" kata Tama. Kyra yang mendengarkan percakapan Lingga dengan Tama jadi penasaran dengan apa yang terjadi, kenapa mereka menyebut-nyebut Romi dan papanya! Dan kenapa Jongos itu meminta daddynya berbohong?

" Saya minta izin untuk resign, Tuan Besar?" tanya Lingga pelan.

" Apa? Tapi kenapa?" tanya Tama terkejut.

" Saya...bosan...kerja dengan...Tuan!" kata Lingga terbata sambil memejamkan matanya.

" Apa maksudmu? Kurang ajar sekali kamu! Dasar orang tidak tahu balas budi!" kata Tama marah.

" Tuan tahu sendiri jika ibu telah menjodohkan saya! Dan saya tidak mungkin tinggal lagi disini karena saya bermaksud tinggal di desa dengan istri saya!" kata Lingga. Deg! Deg...deg! Deg...deg! Jantung Kyra berdetak tidak menentu saat Lingga mengatakan akan tinggal di desa dengan istrinya. Ada rasa tidak rela karena Lingga lebih memilih gadis udik itu. Kenapa dia gelisah? Kenapa dia mendadak marah? Kyra masih bersembunyi di balik pintu kamar mendengarkan percakapan Lingga dengan daddynya. Semua yang terjadi begitu cepat dan tidak terduga. Semua rencana yang telah disusunnya hancur dalam sekejap.

" Baiklah! Bawa Kyra pulang, jika kamu tidak bisa, biar calon suaminya yang akan menjemputnya!" kata Tama dengan nada marah lalu menutup panggilannya.

" Maafkan saya, Tuan Besar! Saya sudah menghancurkan masa depan Nona! Saya akan menebus semua dengan merawat cucu Tuan Besar dengan sangat baik!" ucap Lingga ambigu. Kyra segera duduk di ranjangnya saat didengarnya langkah kaki Lingga mendekat. Tok! Tok!

" Nona! Apa Nona tidur?" tanya Lingga.

" Ponselmu mati!" kata Kyra.

" Saya akan menchargernya!" kata Lingga. Kyra berjalan ke arah pintu dan membukanya, diberikannya ponsel Lingga lalu Lingga memberikan ponselnya pada Kyra.

" Ini! Nona bisa memakai ini!" kata Lingga. Kyra menerima ponsel Lingga dan bermaksud menutup pintu kamarnya.

avataravatar
Next chapter