25 Miss You

" Selamat Pagi, Bu!" sapa satpam saat Kyra datang.

" Pagi! Apa Pak Lingga ada?" tanya Kyra.

" Maaf, Bu! Kantor ini kosong karena kami sudah pindah!" kata satpam tersebut.

" Pindah kemana?" tanya Kyra dengan jantung berdetak kencang dan tubuh yang bergetar.

" Pindah ke Singapore, Bu!" jawab satpam itu. Seketika tubuh Kyra lemas di tempat duduknya di dalam mobil.

" Apa saya bisa minta alamat rumah Pak Lingga?" tanya Kyra. Satpam tersebut terlihat ragu, Kyra memperlihatkan sesuatu.

" Dia teman saya, Pak!" kata Kyra memperlihatkan saat dia selfie dengan Lingga yang sedang tidur. Satpam itu tertegun melihat foto itu, tapi dia tidak berani bicara apa-apa. Lalu dia mengambil sebuah kartu nama dan memberikan pada Kyra.

" Trima kasih, Pak!" kata Kyra dan dengan cepat memacu kembali mobilnya menuju ke rumah Lingga. Rumah tersebut terletak di sebuah perumahan sederhana di pinggiran kota.

" Permisi!" sapa Kyra setelah memarkir mobilnya di depan pintu pagar.

" Ya! Mencari siapa, ya?" tanya seorang pria setengah baya yang sepertinya adalah tukang kebun.

" Apa Pak Lingganya ada?" tanya Kyra sambil melihat ke dalam. Dilihatnya seorang wanita sebaya dirinya sedang merangkai bunga di teras rumah.

" Pak Lingga sudah berangkat ke Singapore pagi tadi, Bu!" jawab pria itu.

" Itu siapa?" tanya Kyra penasaran.

" O, itu Bu Kinan! Calon istrinya Pak Lingga!" jawab pria itu. Jleb! Hati Kyra terasa seperti ditusuk-tusuk sembilu mendengar ucapan pria itu.

" Apa rumah ibu Pak Lingga jauh dari sini, Pak?" tanya Kyra lagi.

" Jauh, Bu! Tapi Keluarga Bapak semua pindah ke Singapore!" kata pria itu. Blarrrr! Bagai disambar petir di siang hari, Kyra terhuyung ke belakang hingga tersandar ke mobil.

" Bu! Ibu kenapa? Ibu nggak papa?" tanya pria itu kaget.

" Pak Kodim? Siapa, Pak?" tanya Kinan yang melihat Kodim berbicara dengan seseorang.

" Ini, Neng! Ada yang mencari Pak Lingga!" kata Kodim. Kinan penasaran, lalu dia berjalan mendekati Kodim dan Kyra. Kyra memasang kacamatanya, dia tidak mau Kinan melihat kesedihan di matanya.

" Ada perlu apa ya dengan calon suami saya?" tanya Kinan yang cemburu melihat Kyra yang sangat cantik dan seksi.

" Hanya urusan pekerjaan saja! Kalau begitu saya permisi!" kata Kyra lalu memutar tubuhnya saat didengarnya ada suara telpon berdering.

" Halo, Kinan!" sapa Lingga.

" Ya, Halo, Kang Angga!" jawab Kinan.

" Kami sudah sampai!" kata Lingga.

" Syukur kalo akang sudah sampai!" jawab Kinan. Kyra yang mendengar percakapan itu serasa jantungnya diremas-remas dan ingin rasanya dia merampas ponsel itu. Tapi Kyra masih memiliki harga diri, dia berjalan perlahan ke pintu mobilnya.

" Segera bersiap-siap minggu depan!" kata Lingga.

" Iya, Kang! Akhirnya kita nikah juga!" kata Kinan. Dan sekali lagi bagaikan petir disiang hari yang menghanguskan Kyra, ucapan Kinan membuat pikirannya kalut dan hatinya hancur berkeping-keping.

" Semua sudah siap! Minggu depan akang harus jemput Kinan!" kata Kinan.

" Iya!" jawab Lingga.

" O, ya, Kang! Ada yang mencari akang, wanita, cantik!" kata Kinan. Kinan mendengar tarikan panjang nafas Lingga.

" Aku nggak kenal wanita selain kamu!" kata Lingga bergetar.

" O, nggak kenal! Tapi ..." kata Kinan. Kyra langsung masuk ke dalam mobilnya dan melarikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, untung jalanan sepi di pinggiran kota tersebut.

Kyra sampai di apartementnya dengan tubuh bergetar, dia tidak menyangka jika seperti ini sakit hatinya seseorang yang kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya. Kyra masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuhnya di ranjang.

" Aku kangen kamu, Al! Aku rindu kamu! Aku ingin bibirmu, tubuhmu dan sentuhanmu!" ucap Kyra ambigu. Airmatanya keluar dengan deras, dia tidak pernah mengalami hal ini seumur hidupnya. Kyra terbangun setelah tertidur seharian, dia membuka matanya dan berjalan ke arah wastafel. Dilihatnya wajahnya yang berantakan karena menangis seharian, lalu ingatannya kembali pada kejadian tadi siang dan kembali airmatanya bercucuran, tubuhnya jatuh luruh terduduk di lantai.

" Ken! Bilang daddymu jangan menikah sama dia!" ucap Kyra lemah sambil mendekap kedua lututnya. Kyra semalaman menangis, Vania yang melihat Bosnya seperti itu menjadi tidak tega. Dia menelpon kesana kemari untuk mencari informasi tentang Lingga.

Keesokan harinya Kyra terbangun dan membersihkan tubuhnya, dia memakai pakaian kerja seperti tidak terjadi apa-apa.

" Selamat Pagi, Bos!" sapa Vania. Kyra hanya menganggukkan kepalanya pelan. Ting! Tong! Vania melihat ke lubang pintu dan membukakan pintu apartement Kyra.

" Selamat Pagi, Tuan!" sapa Vania.

" Selamat Pagi, Vania!" jawab Ari tersenyum.

" Kay ada?' tanya Ari basa-basi.

" Ada, sedang sarapan!" jawab Vania. Ari berjalan mendekati Kyra yang sedang makan.

" Selamat Pagi, sayang!" sapa Ari. Kyra hanya diam saja melihat piringnya.

" Kay!" panggil Ari.

" Hmm?" jawab Kyra.

" Kamu kenapa? Kok pucat?" tanya Ari. Kyra hanya menggelengkan kepalanya. Setelah itu hanya keheningan yang ada di dalamnya.

" Mulai sekarang dan seterusnya aku yang akan mengantar kamu!" kata Ari tersenyum. Kyra hanya diam tak perduli. Kyra meletakkan sendoknya dan meminum sedikit air di gelasnya, lalu berdiri dan berjalan menuju pintu.

" Ayo!" ucap Ari menggandeng lengan Kyra. Dengan langkah gontai, Kyra berjalan bersama Ari, tapi Ari tahu jika pikiran Kyra tidak ada disitu.

" Apa kamu masih senang jika aku memegang tanganmu?!" tanya Ari menggoda.

" Ehem!" jawab Kyra singkat. Ari menggenggam tangan Kyra dan merangkainya dengan erat.

" Kita pulang! Kamu disini Nia!" ucap Kyra tak bersemangat. Ari yang mendengar hal itu merasa senang tapi juga sedih. Selama perjalanan ke bandara Kyra hanya memejamkan matanya dan sesekali airmata menetes dipipinya. Ari melihat semua itu, hatinya terasa sakit dan perih. Apa aku telah kehilangan dia? batin Ari. Pun sesampai dirumah, Kyra hanya diam beribu basa tanpa sepatah katapun terdengar dari bibirnya.

" Mereka serasi kan, sayang!" kata Tama melihat kedatangan putrinya dan Ari..

" Terserah kamu saja, sayang! Yang penting putri kita bahagia!" kata Marion tersenyum, dalam hatinya dia tahu jika Kyra tidak menyukai Ari, tapi dia belum tahu siapa pria yang telah menjerat putrinya itu.

" Aku yakin, sayang! Dia akan bahagia jika bersama Ari!" kata Tama.

" Selamat siang, Om! Tante!z" sapa Ari.

" Siang, Ari!" jawab Tama. Tanpa meyapa kedua orang tuanya, Kyra pergi ke atas dan meninggalkan Ari begitu saja walau Ari selalu menggenggam tangannya dengan erat.

" Baby?" ucap Tama dan Marion bersamaan.

" Ada apa, Ari?" tanya Tama dengan wajah menggelap.

" Ari tidak tahu, Om! Kemarin dia masih seperti biasa! Tadi pagi sampai sekarang dia hanya diam saja!" jawab Ari takut. Marion langsung menyusul putrinya keatas.

" Baby!" panggil Marion dari luar karena pintu Kyra dikunci dari dalam.

" Ini mommy, sayang! Kamu kenapa, baby!" tanya Marion lagi, tapi tidak ada jawaban.

" Baby! Can't you open the door?" pinta Marion lagi, tapi masih saja sama. Marion yang panik langsung turun ke bawah dan memanggil suaminya.

" Sayang! Sayang!" panggil Marion. Tama yang melihat istrinya lari tergesa-gesa langsung berdiri Mariondan berlari mendekati Marion.

" Ada apa, sayang?" tanya Tama.

" Baby kita, sayang! Dia mengunci pintu kamarnya!" kata Marion.

avataravatar
Next chapter