30 Bahagia?

Gadis dihadapannya itupun merasa tidak enak, lalu dia meraih ponselnya yang terletak di dalam tasnya. Dinyalakannya ponsel tersebut, lalu dibukanya kunci layarnya. Dia menekan ikon galeri di layar ponsel itu dan ditekannya foto seseorang.

" Kenzie, sayang! That's mommy! Look!" ucap gadis itu dan mencoba membuat Kenzie melihat ke arah ponselnya. Kenzie awalnya meronta tidak mau melihat wajah di ponsel itu.

" Kenzie nggak mau ketemu sama mommy? Nanti mommy pergi Kenzie sedih lho!" ucap gadis itu lembut. Akhirnya Kenzie memutar tubuhnya dan melihat ke arah ponsel gadis itu, lalu berganti pada Kyra yang sedang sedih. Kenzie kembali melihat layar ponsel dan beralih ke Kyra.

" Mom...my!" ucap Kenzie tersenyum menatap Kyra.

"Yes, Kenzie! That's mommy!" ucap gadis itu. Wajah Kyra seketika berubah tersenyum mendengar ucapan Kenzie, dia kembali mengulurkan kedua tangannya sambil mengangguk saat melihat Kenzie menatapnya.

" Mom...mi!" ucap Kenzie lagi.

" Yes, dear! That's mommy!" ucap gadis itu lagi dengan senyum dan anggukan kepalanya saat Kenzie melihatnya.

" Momm...my!" ucap Kenzie lalu mengulurkan tangannya pada Kyra. Kyra dengan cepat menyambutnya dan mengambil Kenzie dari gendongan gadis itu dengan perasaan penuh kebahagiaan.

" Kenzie! Mommy miss you so much!" ucap Kyra menciumi pipi dan kening putranya itu. Kenzie memeluk erat Kyra dan merebahkan kepalanya di bahu Kyra.

" Ehmmm! Apa pernikahannya jadi, Pak?" tanya seseorang. Kyra tersentak, dia lupa jika Lingga masih menunggu jawabannya.

" Sepertinya dibatal..."

" Jangan! Aku mau!" ucap Kyra cepat.

" Kamu serius?" tanya Lingga terkejut.

" Iya! Anak kita butuh orang tua yang utuh untuk menyayangi dia!" ucap Kyra cepat, dia malu jika Lingga mengetahui perasaannya. Meskipun Lingga sedikit kecewa dengan jawaban Kyra, tapi dia tidak perduli karena Kyra akan menjadi miliknya.

" Kita bisa mulai, Pak Pendeta!" ucap Lingga. Lalu janji suci pernikahan itu diucapkan keduanya.

" Saya nyatakan kalian berdua sebagai suami istri!" ucap Pendeta tersebut. Lalu Lingga dengan lembut mengecup bibir Kyra dihadapan Kenzie yang digendong terus oleh Kyra selama pemberkatan pernikahan mereka.

" Dad...dy!" ucap Kenzie marah saat Lingga mencium Kyra.

" Hahaha! Sepertinya dia cemburu jika kamu mendekatiku!" ucap Kyra senang.

" Kenzie, sayang! Mommy adalah istri daddy, jadi Kenzie harus adil sama daddy!" ucap Lingga yang membuat wajah Kyra bersemu merah karena menangkap arti dari perkataan Lingga. Kenzie memasang wajah cemberut seakan tahu jika daddynya pasti tidak akan mau mengalah dengannya.

" Key! Kenalkan ini..."

" Listia, Kak! Panggil aja Listi ato Tia!" ucap Tia.

" Aku adik Kang Lingga!" ucap Tia mengulurkan tangannya. Kyra terkejut, karena dia mengira jika gadis itu adalah kekasih Lingga yang baru.

" Kyra!" ucap Kyra tersenyum dan memeluk Tia. Tia terkejut melihat sikap kakak iparnya, terlebih lagi Lingga, dia tidak menyangka jika Kyra mau memeluk adiknya.

" Kenapa? Bukannya dia adik iparku?" ucap Kyra menatap Lingga yang tidak percaya dengan penglihatannya. Kemudian mereka makan bersama di meja makan karena Lingga memesan sedikit makanan untuk merayakan pernikahannya. Ponsel Lingga berdering, tapi diabaikan olehnya. Kyra yang sedikit terganggu dengan bunyi ponsel itu, menatap Lingga dengan tajam.

" Permisi!" ucap Lingga yang berdiri meninggalkan meja makannya. Tia menahan senyumnya saat melihat kakaknya tidak berkutik dibawah kaki istrinya. Selama ini di rumah Lingga terkenal sangat tegas pada Tia dan tidak ada satupun kata-kata Lingga yang boleh dilanggar oleh Tia. Lingga berjalan menuju ke balkon ruang tengah.

" Kamu kuliah dimana?" tanya Kyra.

" La Salle!" jawab Tia.

" Jurusan apa?" tanya Kyra lagi.

" Design Interior!" jawab Tia.

" Aku yakin kamu pasti mampu. Lingga kembali duduk di meja makan, Kyra menatap wajah pria yang saat ini telah sah menjadi suaminya itu.

" Apa ada masalah?" tanya Kyra yang melihat wajah kesal Lingga.

" Tidak ada!" ucap Lingga dengan wajah serius. Lalu mereka makan kembali dan sesekali Kyra menatap wajah suaminya itu. Setelah semua selesai makan, pendeta itupun pamit dan Rio mengantarnya pergi. Kenzie masih saja menempel pada Kyra sementara Lingga masuk ke ruang kerjanya diikuti oleh Rian.

" Biar Kenzie sama aku, kak!" kata Tia yang melihat Kenzie tertidur setelah beberapa saat digendong Kyra.

" Tidak apa, Lis! Aku masih sangat kangen sama dia!" ucap Kyra.

" Kamu istirahat aja, biar Kenzie aku bawa ke kamar!" ucap Kyra.

" Iya, Kak! Permisi!" jawab Tia.

" Eh, Lis!" panggil Kyra saat Tia akan melangkah ke kamarnya.

" Ya, kak?" jawab Tia.

" Aku mau tanya sesuatu sama kamu!" kata Kyra.

" Apa, kak?" tanya Tia balik.

" Nanti saja!" kata Kyra.

" Iya! Aku ke kamar dulu! Permisi, kak!" jawab Tia lalu diangguki oleh Kyra. Kyra pergi ke kamarnya dan Tia ke kamarnya. Kyra melewati ruang kerja suaminya. Brakkk!

" Dasar brengsek!" teriak Lingga. Kyra terkejut mendengar suaminya menggebrak meja, dia tidak mengira jika seorang Lingga yang terlihat lembut di hadapannya bisa juga marah. Kyra langsung masuk ke dalam kamar, khawatir Kenzie terbangun. Setelah menidurkan Kenzie, Kyra meraih ponselnya yang terdapat di dalam tasnya. Benda elektronik itu menyala dan beberapa saat kemudian terdapat banyak sekali notofikasi dan panggilan tak terjawab yang masuk.

" Astaga! Mereka pasti panik melihatku tidak ada!" ucap Kyra ambigu. Dia menekan sebuah nomer.

" Bos? Ya ampun, Bos! Bos kemana aja? Semua orang mencari Bos kemana-mana bahkan sampai lapor polisi segala. Saya sampai diinterogasi sama daddy Bos dan Bos Ari juga Bos Romi!" ucap Vania di telpon dan Kyra menjauhkan ponselnya dari telinganya mendengar nyanyian asistennya itu.

" Sudah?" tanya Kyra santai.

" Sudah! Maaf, Bos!" jawab Vania yang tersadar jika dia telah salah dan bersikap kurang ajar pada Bosnya itu.

" Aku baik-baik saja! Aku akan menelpon daddy nanti. Apa kantor bak-baik saja?" tanya Kyra.

" Baik, Bos!" jawab Vania.

" Sementara kamu handle dulu ya, Nia! Aku masih ada hal yang harus aku selesaikan!" kata Kyra.

" Iya, Bos!" jawab Vania, lalu Kyra mematikan panggilannya. Dia teringat dengan Lingga, dia menatap putranya yang tertidur dengan lelap di ranjangnya.

Sementara itu di Rumah Tama, Marion sedang menangis karena Kyra yang dari semalam tidak ditemukan dimana-mana.

" Kamu harus menemukan baby kita hari ini atau aku tidak akan memaafkanmu!" isak Marion pada Tama.

" Iya, sayang! Aku akan berusaha lebih keras lagi!" jawab Tama memeluk istrinya.

" Om! Saya sudah menyebar anak buah saya di seluruh tempat!" ucap Ari.

" Iya, Ri! Om juga sudah melakukannya!" sahut Tama.

" Semoga dia baik-baik saja!" ucap Ari berat. Dia menyesal karena meninggalkan Kyra sendiri malam itu demi bisnisnya. Dia berpikir karena banyak orang di acara tersebut dan juga bodyguardnya ada dimana-mana jadi dia tidak khawatir akan keselamatan Kyra.

" Dia pasti baik-baik saja! Harus baik-baik saja! Aku akan menghancurkan mereka yang telah menculik putriku!" geram Tama. Ari yang mendengar ucapan calon mertuanya bergidik, dia tahu jika Tama marah, semua akan seperti apa.

" Aku harus ke kantor, sayang!" ucap Tama kemudian. Marion hanya mengangguk, Tama mengecup kening istrinya itu lalu membawa Marion ke dalam kamarnya. Sementara Ari menghubungi anak buahnya menanyakan apakah ada kabar tentang Kyra atau tidak.

avataravatar
Next chapter