webnovel

Belum Siap

"Kenapa harus hari ini, Gerl? aku tak bisa!" tolak Ashilla dengan menepis tangan kanan sang kekasih.

Tapi Gernald, ia terus saja bersikeras. Merayu Ashilla agar mau ikut bersamanya. Karena tak mudah mempertemukan kekasihnya pada kedua orangtuanya yang super sibuk.

Tampak terpaksa, dan akhirnya mereka tiba di gedung megah nan mewah, yang terdiri dari 7 lantai, walau wajah Ashilla tampak tertekan menginjakan kakinya di gedung megah milik keluarga Gernald.

Betapa ingin gadis itu melangkah pergi, meninggalkan gedung dengan bangunan mewah juga dekor modern, pergi tanpa harus terusir oleh alam.

Baru saja ia hendak pergi membawa diri tapi sorot mata tajam itu telah mendapatkannya, lalu menghampiri juga mendekat tanpa Ashilla minta.

Sosok berkuasa, juga berjabatan itu menuruni anak tangga, terlihat dari ujung tangga wajahnya sudah menatap masam Ashilla.

"Aku harus kembali ke kantor ku Jhon, biarkan aku pergi, lepaskan aku! lagian… aku di sini tak diinginkan bukan?" pungkas Ashilla terdengar rendah diri dengan suara pelan.

Suara bergetar itu langsung keluar sama seperti lututnya yang gemetar, tak kalah dengan ketakutannya mengenai sosok yang semakin menuruni anak tangga juga mendekat, Ashilla tak bisa menutupi rasa canggungnya pada sosok itu.

Sementara Gernald, ia terus memegang sebelah tangan Ashilla, meyakinkan penuh sabar, memegang tangannya makin erat tak melepaskan jemarinya untuk beranjak pergi.

"Apa yang kau ucapkan sayang? kehadiranmu adalah kebahagiaan untukku kita akan hadapi bersama-sama, kau percayakan padaku!" tatap Gernald pada kedua bola mata Ashilla yang terlihat gentar.

Ini adalah tahun kelima keduanya bersama merajut kasih, di mana sudah sepantasnya wanita juga pria seusia mereka menuju jenjang yang lebih serius, itulah yang sedang Gernald coba, yah laki-laki yang berusia 2 tahun di atas Ashilla itu sudah lebih dari 2 kali mengajak kekasihnya untuk menikah.

Tapi Ashilla masih mengulur waktu, yah, ditambah lagi sikap keluarga Gernald yang dingin dan terlihat tak menyambutnya. Membuat Ashilla berpikir berpuluh-puluh kali.

Ashilla gadis polos dengan wajah cantik sejak lahir, sehingga mampu membuat seorang Gernald, si lelaki dengan wajah tampan harta melimpah juga populer jatuh hati padanya, sejak dulu Gernald memang sudah mengejar Ashilla terlebih dulu, walau laki-laki itu mengalami penolakan, tapi ia tak gentar dan mundur.

Selama ini mereka merajut kasih diam-diam termasuk tak seorang teman Gernald pun yang tahu akan jalinan keduanya. Termasuk Tita dan Dirga sahabat Ashilla.

"Kakiku benar-benar gemetar, Aku tak mau! aku tak mau! Kejadian tempo hari saja sudah cukup bagiku, Gerl," tolak Ashilla terhadap tarikan Gernald pada sebelah tangannya.

Sementara langkah keduanya kini sudah beradu pasi, sepasang mata itu bertatapan saling beradu,

sementara gadis dengan wajah pucat itu hanya bersembunyi di setengah badan Gernald, ia sangat takut akan sosok tuan Putra.

Laki-laki dengan tubuh besar dan kekar serta wajah tegas itu, menatap Ashilla dengan tajam. Dia juga mengenakan kacamata tebal dan berpakaian rapi, membuat Ashilla sangat sungkan, jelas keluarga Gernald merupakan keluarga terhormat dan juga terpandang.

Tak luput wajah itu memasang tatapan sinis, sama seperti wanita di sebelahnya, yang dengan lipstik merah terang itu menatap judes pada Ashilla, tak ada kata ramah sedikit pun apalagi welcome kepada gadis kecil seperti Ashilla.

Ia berdiri dengan pasti membusungkan dada juga mendongakkan dahinya, memandang dan menatap putra kesayangannya, "Gernald, kau tak salah menggandeng seorang wanita rendah, juga tak cantik dan juga terlihat tak menarik," mata itu menatap sebelah tampilan Ashilla.

"Kau benar-benar putra ku yang baik sekali sayang, sampai kau harus membawakan mamah perawat baru untuk di rumah" Peluk Sisca pada tubuh kekar Gernald, dengan memberikan tatapan sinis pada sosok Ashilla yang bersembunyi di belakang tubuh kekar Gernald.

Gernald menyambut baik pelukan mamanya, tangan Gernald yang tadi memegang sebelah tangan Ashilla lepas, ia lebih memilih merangkul bahu juga membalas balik pelukan sang mamah, Gernald menyempatkan memberi sebuah hadiah kecil pada mamanya, hadiah yang telah ia persiapkan sedari tadi dan ia sembunyikan di satu sakunya.

Itulah mengapa, Gernald hari ini pulang dari luar kota lebih cepat dan menyempatkan menjemput Ashilla di kantornya, memboyong Ashilla ke gedung mewah milik orangtuanya, gedung yang tak jauh dengan restoran, dan hotel ternama di ibukota.

Gernald memegang kedua bahu mamanya dengan lembut juga penuh kasih sayang. Mendaratkan kecupan hangat di dahi sang mama.

"Mamah.. ini hadiah dariku untukmu, dan juga bunga kecil ini dari Ashilla untuk mama!" Kecup Gernald pada kening sang mamah kedua kalinya, dengan lemah lembut, dan menyodorkan kedua hadiahnya.

Tentu saja rasa senang menyelimuti wanita kaya itu, tapi entah mengapa saat melihat bunga kecil nan murahan itu membuatnya ingin muntah, wajah Nyonya Sisca yang tadinya manis mendadak berubah menjadi masam.

'Ingin sekali rasanya aku injak-injak buket bunga itu, tapi itu hanya bisa mengotori tanganku saja, jika menyentuhnya!' desis Nyonya Sisca dalam hening.

"Ah tidak, tidak! Kau tahukan mama alergi dengan bunga, buang saja!" tolak nyonya Sisca dengan wajah cemberut juga keningnya bertaut jelas.

Bukankah seorang wanita pada umumnya menyukai bunga, semua nampak jelas di ruangan ini, di mana setiap sudut ruangan dipenuhi oleh tanaman dan juga lukisan.

Tak hanya itu, di tempat mereka saat ini berdiri, di ujung tangga terletak dua vas bunga besar terbuat dari keramik menghiasi tangga yang menjulang tinggi.

Ashilla hanya menarik nafasnya dalam, seakan ia benar-benar salah berada di momentum ini, seharusnya dia enyah dari tadi. Dan tetap kekeh memilih tak ikut Gernald.

"Ah, bukan begitu maksud mama sayang, mama.. mama kan tidak memiliki koleksi bunga anggrek, karena itu penyebabnya… Mama sangat alergi dengan aromanya, mama sangat menyukai hadiah kecil ini, Terimakasih ya!" ucap nyonya Sisca dengan wajah palsunya, yah tentu saja ia menjaga kewibawaannya di depan pekerjanya yang lalu lalang.

Hampir saja Gernald ingin marah pada mamanya, tapi setelah klarifikasi yang keluar dari mulut nyonya Sisca, membuat Gernald luluh, merasa lega dan merangkul kembali mamanya dengan hangat.

"Aku tahu mama pasti menghargai keputusan ku, iya kan?" tatap Gernald pada wajah yang cantik dan awet muda nan ayu itu, dengan tersenyum sumringah.

Pertanyaan Gernald itu seketika membuat wanita cantik dan berwibawa itu berdecak diam, matanya semakin enggan memandang Ashilla, gadis yang terlihat sangat tidak menarik untuk nya, sementara suara hangat menghampiri ruang tengah.

"Tante, Om, ayo kita makan! Aku sudah pesankan table yang cocok untuk makan malam kita" Ajak Steffy, yah, dia adalah wanita cantik, dia juga jelas terlihat selevel dengan keluarga Gernald.

Suara lembut itu terdengar jelas di kuping Ashilla, sehingga dia menyembulkan kepalanya dari balik tubuh Gernald, mencuri lirik ke arah wanita dengan suara lembut itu, wajar saja suaranya sangat halus, begitu juga dengan wajahnya.

Dia sangat cantik dan anggun mengenakan dress mahal berwarna putih bersih. Serasi dengan kulitnya yang putih bening.

"Steffy!!" sapa Gernald dengan melambaikan sebelah tangannya pada wajah ramah dan cantik itu.

Untung saja ada Steffy yang membuat suasana cair,

Membuat Nyonya Sisca tersenyum ramah, dia dengan cepat meraih tangan lembut Steffy dan menjulurkan nya ke arah Gernald.

"Kau ingat kan ini, Steffy, anak Pak Raja? yang dulu sempat dijodohkan...?" canda nyonya Sisca dengan wajah sumringah seketika.

Yah, wajah nyonya Sisca yang tadi masam bisa berubah begitu cantik dengan senyum sempurna, memperlihatkan barisan gigi putihnya yang baru selesai di veneer.

Gadis yang baru saja menamatkan studinya di luar negeri itu pulang ke Indonesia atas undangan peTitaan pernikahan nyonya Sisca, gadis itu benar-benar menghormati Nyonya Sisca seperti mamanya sendiri, sampai-sampai ia membatalkan pertunangannya dengan sang kekasih.

Gernald dan Steffy terlihat sangat akrab dengan kedua tangan mereka yang selalu bergandengan, sementara tangan Ashilla terasa dingin dan kaku, karena terlupakan.

Tangan yang terlepas dari kepalan telapak tangan Gernald, tangan laki-laki yang kini berganti bergandeng dengan tangan halus milik Steffy.

Semakin membuat Ashilla tak berarti di ruangan mewah itu, kini jantungnya terhenti seketika, memandang sang kekasih, yah, Gernald terlihat tersenyum akrab pada Steffy juga mama dan papanya.

"Tentu aku mengingatmu Steffy, kau tidak berubah seperti 6 tahun silam, tetap cantik dan juga awet muda!" puji Gernald sedikit melupakan kekasihnya Ashilla.

Terlihat senyum itu timbul di wajah cantik Steffy, membuatnya semakin cantik saja, auranya benar-benar keluar, berbeda sekali dengan wajah Ashilla, gadis itu hanya tertunduk lesu dan tampak pucat kecut, dengan rambut lepek karena keringat.

Tampaknya Gernald menyadari Ashilla sedikit cemburu, dan ia segera melepaskan pegangannya pada tangan Steffy, tangan yang tadinya menyatu itu kini terlepas, membuat hati Ashilla sedikit legah.

"Hai, ayo sayang!" ajak Gernald pada kekasihnya dengan lembut, yah kali ini Gernald meraih kembali sebelah tangan kekasihnya itu, berharap Ashilla tersenyum kembali.

Terlihat romantis, yah Gernald menarik kursi kosong untuk Ashilla duduki, dan Gernald memilih duduk tepat di sebelah Ashilla.

Tampak sedikit canggung, Ashilla menanggapi ajakan kekasihnya itu dengan anggukan kecil, "Ta..tapi.. sayang," tolak Ashilla.

"Kenapa?" Tanya Gernald penasaran, melihat kekasihnya yang tetap berdiri kaku, dan enggan duduk di kursi yang telah Gernald persiapkan.

Membuat Ashilla makin menggelengkan kepalanya, "A… aku," Ashilla tampak gugup, dengan wajah pucat pasih.

Next chapter