17 bab 17

🌹🌹🌹

Aini terdiam, hanya mampu tertunduk. Sedang Ahmar semakin tak percaya jika Aini telah menikah lagi. Karena secara agama Aini masih sah istrinya.

"Kamu masih istriku, Aini! Dalam agama kamu sah milikku!" ucap Ahmar dengan memegang pundak wanita di hadapannya ini.

"Maafkan aku, Mas!"

"Aku tak butuh kata maafmu! Ayo kita pulang!" Ahmar menarik tangan Aini untuk mengikuti langkahnya. Namun wanita itu enggan beranjak.

"Jangan paksa aku, Mas! Aku tak ingin menyakiti semuanya! Sudahlah, talak aku sekarang." tolak Aini dengan air mata yang mulai berlinang.

"Sampai kapanpun aku tak akan mengucapkan talak itu! Kamu adalah wanita yang aku cintai dan akan aku perjuangkan!" elak Ahmar dengan tatapan tajamnya.

"Tapi, Mas! Aku dan kamu itu berbeda, sekuat apapun kau memaksanya kita tak akan pernah bersatu!"

"Aku tak peduli! Aku yakin takdir Tuhan memihakku nantinya!" Tandas Ahmar penuh keyakinan dan segera meninggalkan Aini yang berdiri termanggu mendengarkan ucapannya.

"Aku akan kembali untukmu, sejauh apapun kau lari dariku, aku akan dapat menemukanmu!" seru Ahmar sebelum menjalankan mobilnya.

Aini hanya mampu menarik nafas dalam-dalam. Cinta dalam hatinya begitu besar buat Ahmar, namun ia tak ingin kehancuran menghampiri keluarganya.

"Maafkan aku, Mas! Andai restu ibumu aku bisa dapatkan, mungkin dengan senang hati aku menerima semua ini." lirih Aini seraya menghapus bulir-bulir air mata yang mengalir.

Aini bertekad untuk mencari kerjaan lagi, agar ia tak menyusahkan kakaknya. Iapun segera menyusuri jalan aspal yang terasa begitu menyengat di telapak kakinya.

****

Tasya menemui Soraya di sebuah rumah makan dekat rumahnya. Ia melihat wanita tengah baya itu nampak tersenyum penuh kebahagiaan.

"Wajahmu ceria sekali, Bu! Apakah semua rencanamu berhasil!" tanya Tasya segera, ia tak mampu menutupi lagi rasa penasarannya.

Soraya tersenyum manis sebelum menjawab pertanyaan dari menantunya itu.

"Ibu merasa puas sekarang, Sya! Keluarga Aini benar-benar hancur sekarang!"

"Maksud, Ibu?" Tasya mengerutkan keningnya belum mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Soraya.

"Ibu sudah menghancurkan semuanya! Tak lama lagi kakak ipar Aini akan dipecat dari kantornya dan keluarga itu akan benar-benar hancur sekarang!" jelas Soraya dengan kebanggaan.

"Benarkah?" Tasya membulatkan matanya tak percaya.

Soraya mengangguk diiringi senyum penuh kemenangan.

"Aku bangga padamu, Bu! Aku tak percaya ibu bisa melakukan semua ini dengan baik!" salut Tasya memuji kecerdasan mertuanya.

"Apapun akan Ibu lakukan untuk keutuhan rumah tangga kalian, Sya!"

"Ohh ... Ibu!" ucap Tasya dengan penuh haru, dan segera memeluk mertuanya.

"Bagaimana dengan tugasmu, apakah berjalan dengan lancar?" Tanya Soraya dan seketika membuat wajah cantik Tasya menjadi mendung.

"Kamu belum melakukannya?" selidik Soraya dan segera mengerti kalau Tasya belum melakukan apa-apa.

"Apa harus Ibu lagi yang turun tangan!" keluh Soraya dengan bibir dimanyunkan.

"Jangankan mendekati, menyapaku saja mas Ahmar tak pernah. Bagaimana aku bisa melakukannya, Bu!" dengkus Tasya.

"Hmmm ...." Soraya hanya dehem kecil dan memijatk keningnya mencari cara yang lebih baik lagi untuk mendekatkan Tasya dan Ahmar.

"Aku harus bagaimana, Bu?"

"Biar Ibu yang memikirkan caranya, sebentar malam Ibu akan bermalam di rumahmu!" ucap Soraya mantap.

Tasya tersenyum puas mendengar ucapan ibu mertuanya. Dengan senang hati Tasya akan mempersiapkan semua.

"Ibu yakin ini akan berhasil!"

Soraya mengangguk mantap.

Merekapun segera menyantap hidangan yang telah tersedia.

avataravatar
Next chapter