15 bab 15

🌹🌹🌹

Soraya dan Tasya tersenyum puas telah menghancurkan butik satu-satunya keluarga Aini. Mereka berharap itu akan jadi bahan pertimbangan Aini untuk tidak mendekati Ahmar kembali.

"Ibu, yakin ini akan berhasil?" tanya Tasya pada ibu mertuanya.

Soraya tersenyum dan mengangguk. Aini pasti mengingat semua ancaman yang diberikannya.

"Tapi mas Ahmar tak akan menyerah, Bu! Apalagi saat ini mas Ahmar sudah mengetahui tempat kerja wanita itu! Aku yakin ia akan semakin sering menemuinya!" sendu Tasya.

"Ibu akan mengatur semuanya, tenanglah! Ibu juga tak akan membiarkan Aini merebut segalanya darimu!" ucap Soraya mantap. Ia yakin setelah kejadian ini Aini tak akan berani memunculkan dirinya lagi.

Tasya merasa lega mendengar ucapan mantap dari mertuanya itu. Ia yakin wanita tua ini tak akan membiarkan Aini mengusiknya.

"Baiklah, Bu! Ayo kita pulang, aku sudah cukup puas dengan pemandangan ini!" ajak Tasya sambil menarik tangan mertuanya.

Setelah kepergiannya Aini dan Sinta tiba di tempat itu. Betapa pilu hati wanita itu menyaksikan butik kebanggaan kakaknya telah sama rata dengan tanah. Perlahan ia memeluk Sinta untuk memberi kekuatan.

"Siapa yang tega melakukan semua ini!" isak Sinta

"Tenanglah, Kak! Dugaan sementara karena ada listrik yang konslet!" Aini mengelus lembut punggung Sinta.

"Aku tak percaya, Aini! Saat aku pulang aku sudah mematikan semuanya!" sembur Sinta tak merasa yakin dengan penjelasan semua orang di tempat itu tentang awal mulanya kebakaran.

Aini hanya terdiam dan membiarkan Sinta menangis dalam pelukannya.

Aini semakin yakin ini adalah perbuatan mertuanya. Dan itu pasti terjadi karena pertemuannya siang tadi.

"Aku yakin ada seseorang yang sudah mengawasi pertemuanku tadi!" batin Aini.

Tak lama Rehan muncul setelah Aini berhasil menghubunginya setelah berkali-kali tak ada jawaban.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Sin!" lontar Rehan saat pertama tiba.

Sinta hanya menggeleng lemah.

Rehan segera mencari Dirman untuk mencari kejelasan, bukankah pria itu yang selalu shift malam.

"Dirman ...." panggil Rehan saat melihat pria itu tengah sibuk di wawancarai oleh seorang polisi.

"Maaf, Pak!" lirihnya saat melihat kedatangan Rehan.

"Jelaskan padaku, bagaimana semua ini bisa terjadi!" pinta Rehan.

Dirman menceritakan semua, saat ia tiba untuk melaksanakan tugas seperti biasa, dari kejauhan ia melihat kobaran api yang besar, dan Dirmanpun segera berlari untuk memastikan semuanya. Betapa hancur saat melihat butik tempat bekerjanya telah dilahap si jago merah, tak ada satupun yang bisa diselamatkan olehnya.

"Jadi saat kamu tiba, butik ini sudah terbakar?" tanya Rehan meyakinkan.

Dirman mengangguk lemah.

Rehan akhirnya kembali menemui istrinya, ia tahu pasti semua ini membuatnya terpukul. Jerih payahnya selama ini hangus tak tersisa.

"Sudahlah ... Ikhlaskan semuanya! Allah punya rencana lain untukmu!" tutur Rehan lalu menarik Sinta dalam pelukannya.

Sinta semakin terisak, mengingat perjuangannya untuk butik ini begitu besar. Setelah semua mimpi dapat ia wujudkan kini hilang hanya dalam sekejap mata.

"Bawa pulang kakakmu, Aini! Aku akan mengurus semua ini, semoga aku mendapatkan sesuatu!" Rehan memberi perintah pada adik iparnya.

"Baik, Kak!" angguk Aini cepat dan segera memapah Sinta untuk membawanya pulang.

Sepanjang perjalanan pikiran Aini dipenuhi kegelisahan. Ia harus cepat mengambil keputusan sebelum mertuanya semakin menjadi-jadi untuk menghancurkan keluarga kakaknya.

"Aku harus melakukan sesuatu!" tandas Aini mantap. Ia tak tega melihat kehancuran kakaknya. Sinta terlihat begitu terpuruk.

avataravatar
Next chapter