14 bab 14

Tasya semakin tak dapat mengendalikan emosinya, kemarahannya ia lampiaskan pada Arya. Ahmar yang mendengar bentakan Tasya segera keluar dan mendatangi anaknya.

"Arya, kembali ke kamarmu sayang!"

Setelah Arya menuruti perintahnya, kini tatapannya mengarah pada Tasya.

"Perlakukan anakmu dengan baik, jika kamu tidak ingin dapat karma dari didikanmu!" ucap Ahmar dengan wajah dinginnya.

Tasya tersenyum sinis.

"Harusnya kamu sadar diri, Mas! Apa selama ini kamu pernah berperilaku baik padaku! Aku ini istrimu, tapi kau tak pernah menganggapku!"

"Tasya ... Harusnya kamu tahu di hatiku hanya ada Aini, kita menikah hanya karena permintaan mama!" tekan Ahmar dengan santainya sehingga membuat Tasya semakin terluka.

"Apa keistimewaan wanita itu, Mas! Sehingga kamu tak pernah bisa melupakannya. Apa, Mas! Apa?" teriak Tasya tak mampu lagi mehanan kekecewaan dan kecemburuannya.

"Dia adalah istriku, Sya! Kumohon kamu mengerti, jangan pernah meminta hatiku untukmu. Ingat itu!" ucap Ahmar pedas dan semakin menambah luka di hati Tasya.

"Apa kamu akan melupakannya kalau dia sudah mati, Mas!"

"Sampai matipun aku tak akan melupakan dan menggantikan posisinya di hatiku!"

"Kamu kejam, Mas!" jerit Tasya dan berlari meninggalkan Ahmar. Pria itu tak peduli lagi, baginya saat ini mencari Aini adalah keputusan terbaik. Secara agama Aini masihlah resmi istrinya.

"Maafkan aku, Sya! Aku tak bisa membagi hatiku untukmu. Lebih baik kau tersakiti dari pada harus aku bohongi!" desah Ahmar lalu melangkah menuju kamarnya.

Tasya masih dengan tangisannya membanting semua yang ada di atas meja rias.

"Aku semakin yakin untuk menyingkirkanmu, Aini! Dan aku tak akan membuatmu bahagia! Kamu telah menyakiti hatiku!" ucap Tasya penuh dendam dan kebencian yang mendalam.

"Apapun caranya aku akan menyingkirkanmu!"

Tasya segera menghubungi ibu mertuanya dan mengadukan semua yang telah Ahmar lakukan agar wanita itu dapat membantu untuk segera menyingkirkan Aini.

Dengan langkah cepat dan meraih kunci mobil Tasya segera menuju ke tempat janjian mereka.

****

Sinta yang melihat Aini sudah di rumah, segera bertanya.

"Kamu sudah di rumah! Bukankah ini belum waktunya untuk pulang!"

Aini menoleh ke sumber suara itu dan tersenyum.

"Aku berhenti kerja, Kak! Aku akan mencari di tempat lain," jawab Aini dengan wajah sendunya.

"Ada apa? Bukan itu, tempat yang bagus dan gajinya lumayan buatmu!" Sinta mengerutkan kening mendengar Jawaban Adiknya.

Aini hanya menggeleng, tak ingin menceritakan pertemuan Ahmar dengannya. Biarlah duku ini ia simpan sendiri.

"Ada apa? Kamu baik-baik saja, Kan!" desak Sinta saat melihat wajah Aini semakin mendung.

"Aku baik-baik saja, Kak! Aku hanya tidak nyaman bekerja di situ!" tandas Aini meyakinkan.

"Kamu bisa bekerja di butikku, dan aku akan membayarmu setiap bulannya!" usul Sinta, ia tahu Aini tak akan mau untuk menerima usulan itu, tapi ia tak tega melihat adiknya menderita.

Aini menggeleng dan segera tersenyum pada Sinta.

"Kakak jangan mengkhawatirkanku! Aku baik-baik saja!" Aini meraih tangan Sinta dan mengusapnya lembut.

"Kamu adikku satu-satunya Aini, Aku tak ingin kamu menderita." bisik Sinta merasa pilu dengan semua yang sudah terjadi pada Aini.

Tiba-tiba dering di Handphonenya mengejutkan. Ia menautkan kedua alisnya saat melihat satpam penjaga toko menghubunginya.

"Ada apa pak Dirman menghubungi malam-malam begini!"

Dengan penuh tanda tanya Sinta menjawab panggilan itu. Dan seketika lututnya goyah mendengar suara panik pak Dirman mengabarkan sesuatu.

Aini yang melihat kakaknya jatuh tersungkur segera memeluk dan membantunya duduk di sebuah kursi.

"Ada apa, Kak!" tanya Aini pelan.

Sinta hanya menggelengkan kepala dan buliran air matanya mengalir deras.

"Ya Tuhan ... Cobaan apa lagi ini!" desisnya.

"Ada apa, Kak! Ada apa?" Aini menunjukkan wajah paniknya.

"Butikku habis terbakar, Aini! Tak ada yang bisa di selamatkan dan sekarang sudah sama rata dengan tanah!" jelas Sinta dengan terbata-bata. Isak tangisnya semakin keras.

"Ya Tuhan ...." Aini membungkam mulutnya dan segera memeluk Sinta.

"Yang sabar ya, Kak!" ucapnya lirih. Aini segera menghubungi Rehan yang malam ini ada jadwal lembur di tempat kerja.

Aini dan Sinta bersiap untuk ke butik untuk memastikan semuanya. Aini berharap itu hanyalah mimpi.

Aini tersentak, seketika tergiang kembali ancaman ibu mertuanya yang akan menghancurkan Keluarga Rehan jika berani sekali saja bertemu dengan Ahmar.

"Ya Tuhan ...." Aini semakin gemetar ancaman itu kini benar-benar nyata.

avataravatar
Next chapter