webnovel

bab 12

12

Ahmar kembali ke kantor dengan perasaan yang gundah gulana. Pertemuannya dengan Aini betul-betul menyisakan luka. Apa mungkin yang dikatakan wanita itu benar. Ahmar tak ingin mempercayai semua itu.

"Aarrgghh ... Aini tak mungkin menghianatiku!"

Ahmar memijat kepalanya yang terasa semakin sakit. Apapun caranya ia harus dapat bertemu lagi dengan Aini.

"Aku harus kembali ke tempat itu," putusnya lalu menyambar kunci mobil dengan cepat.

Setengah berlari Ahmar ke luar dari ruangan itu.

Aliya mengerutkan keningnya saat melihat Ahmar begitu tergesa-gesa, seperti akan mengejar sesuatu.

"Ada apa dengan mas Ahmar! Mengapa ia terburu-buru!"

"Jangan melamun! Nanti kesambet, loh!" tegur seseorang di belakang Aliya. Pria ini telah lama naksir berat pada gadis itu, namun Aliya tak pernah sedikitpun menanggapi perasaannya.

Aliya hanya memberikan cengiran terkejutnya. Lalu meninggalkan pria itu yang hendak kembali mengatakan sesuatu.

"Yah, dia pergi lagi! Sampai kapanpun aku akan mengejarmu!" tandasnya.

****

Tasya masih gelisah memikirkan cara apa yang bagus untuk kembali menjebak Ahmar agar mau kembali tidur bersamanya.

"Tidak mungkin aku memberinya obat tidur lagi!" pikir Tasya dengan mengetuk keningnya menggunakan jari telunjuk.

Tiba-tiba Tasya tertawa licik, senyum simpul menghiasi bibirnya. Ia segera ke apotik mencari obat yang ada dalam pikirannya itu.

"Usaha apapun akan kulakukan untuk mendapatkan cintamu, Mas! Aku tak akan melepaskanmu!" bisiknya.

"Bi, aku akan menjemput Arya. Tolong jaga rumah dengan baik!" seru Tasya memberi perintah pada pembantunya.

Wanita tua itu tergopoh-gopoh mendatangi dan segera mengangguk kepala mengiyakan perintah majikannya itu.

"Jangan terima tamu siapapun!"

"Baik, Bu!" angguknya cepat.

Tasya segera pergi menggunakan mobil kesayangannya.

Sepanjang jalan Tasya berhayal jika Ahmar meminum obat yang akan diberikan ini, pasti suaminya tak akan lepas lagi. Senyum kecil menghiasi bibirnya.

"Membayangkan saja aku sudah gila!" gumam Tasya semakin yakin untuk membeli obat itu.

Tasya menghentikan mobilnya saat melihat Ahmar duduk di sebuah kedai, seperti menunggu seseorang. Dan terlihat wajahnya nampak kusut.

"Ada apa dengannya! Mengapa ada di luar saat masih jam kantor! Tunggu ... Kenapa wajah itu sepertinya sedang dalam kekalutan!"

Tasya menghentikan mobilnya dan segera turun. Namun langkahnya terhenti, saat melihat Ahmar tengah memeluk seorang pelayan perempuan dari kedai itu. Seketika kecemburuannya memuncak ia segera melangkah cepat mendatangi namun lagi-lagi langkahnya terhenti saat melihat siapa yang ada dalam pelukan suaminya. Tasya mengepalkan tangannya dan membuang wajahnya ke sembarang tempat. Pemandangan itu sangat menusuk mata dan menyakiti hatinya.

"Aku harus menyingkirkanmu, Aini! Sampai kapanpun aku tak akan rela kamu jadi istri mas Ahmar!"

Tasya semakin geram melihat bagaimana tatapan syahdu penuh kerinduan yang diberikan oleh Ahmar untuk wanita itu. Kebenciannya semakin tebal tak mudah dikikiskan lagi.

"Awas kamu, Aini! Yang telah menjadi milikku tak akan mudah untuk kau rebut kembali!"

Tasya segera meninggalkan tempat itu dan melanjutkan untuk menjemput Arya. Ia sebenarnya masih ingin mendengar percakapan mereka lebih dekat tapi hari mulai siang dan pasti anaknya telah menunggu jemputan.

*****

Aini memutuskan untuk pulang, ia sudah tak ingin bekerja lagi di kedai ini. Ia sudah berpamitan dan menjelaskan semua agar bosnya dapat mengerti.

"Aku akan menjagamu dari pria itu. Kuharap kamu bisa mempertimbangkan keputusanmu kembali!" Bos Aini merasa keberatan jika wanita yang baru masuk kerja itu berhenti begitu saja. Apalagi ia sudah melihat kinerja Aini yang begitu cepat, rapi, dan cekatan. Sangat disayangkan jika harus resign hanya karena masalah sepele itu.

"Maaf, Bu! Saya tetap akan berhenti kerja!" ucap Aini tak bisa dicegah lagi.

"Mencari kerja sekarang susah, Aini! Ibu mohon berpikirlah dulu, dan aku yakin pria itu tak akan datang kemari lagi! Jika itu terjadi aku yang akan menemuinya."

Aini terdiam, namun ia teramat takut jika akan bertemu Ahmar lagi. Saat ini belum siap dan ancaman mertuanya masih mengiang-ngiang di telinganya. Ia harus bisa menghindar sejauh mungkin dari Ahmar.

Next chapter