1 bab 01 awal mula

Adila mawardi, anak ke dua dari dua bersodara. Dan kakak perempuannya Aira mawardi, lebih tepatnya Sodara kembar Adila.

Yah Mereka adalah gadis kembar yang terlahir dari rahim yang sama hanya selang beberapa menit. Namun Aira lebih dulu lahir di bandingkan Adila.

Merekapun mempunyai kemiripan yang sama persis dari wajah, tinggi, berat badan semua sama. Hanya beberapa Sifat dan Hobi Mereka yang berbeda, Aira dengan sikapnya yang keibuan dan selalu mengalah sedangkan Adila orang yang sedikit cerewet dan selalu ingin memang sendiri. Ada satu lagi yang bisa membedakan Mereka berdua Aira selalu mengenakan hijab sedangkan Adila tidak.

Orang bilang punya kembaran itu menyenangkan, Begitupun Adila dan Aira. Mereka selalu saling melengkapi satu sama lain. Mereka juga tentu saling menyayangi dan mengasihi dari kecil sampe dewasa.

Bahkan sejak kecil Aira begitu memanjakan Adiknya, meski mereka seumuran tapi sikap Aira jauh lebih dewasa di banding Adila. Apapun yang Adila minta Aira selalu mengabulkannya. Tapi Aira tidak pernah meminta apapun pada Adila . Sekalipun sebuah permohonan.

Di antara mereka berdua yang lebih sering mencurahkan isi hati(curhat) adalah Adila. Sedangkan Aira lebih suka memendamnya sendiri. Termasuk masalah percintaannya.

Jadi apapun keluhan Adila. Aira selalu mengetahuinya. Karna Adila tidak bisa menyembunyikan masalah seujung kuku pun, pada Aira.

Sesekali Aira pernah membawa kekasihnya namun Adila tidak pernah melihatnya secara langsung karna memang jadwal mereka berbeda, Adila dan Aira mempunya kesibukan berbeda. Yah intinya mereka berdua sangat sibuk, hanya malam yang bisa menyatukan sodara kembar itu.

Aira juga pernah sesekali memperlihatkan Photo kekasihnya pada Adila, begitupun sebaliknya.

Siapa yang sangka tidak ada angin, badai, dan tidak ada hujan. Tiba-tiba saja, lelaki yang pernah di lihat Adila melalu galery photo handpone Aira, secara mendadak harus menikah dengan Adila, siapa lagi yang aku maksud kalo bukan dengan kekasih kakaku sendiri, Aira.

Yah ,Aira meminta Adila untuk menikah dengan kekasihnya saat detik-detik Aira menghembuskan napas terakhir. Dengan nada memohon dan penuh dengan deraian air mata Aira berkali-kali memohon. Ini adalah permintaan terakhir Aira. Entah kenapa Aira yakin aku bakalan bahagia dengan kekasihnya. Yang jelas-jelas aku tidak kenal dan cintai sama sekali.

Bagaimana mungkin aku bahagia mengenalnya saja tidak, apalagi mencintainya. Tapi entah kenapa dengan bodohnya Adila pun, menerima permohonan terakhir Aira.

"aku akan mengabulkan permohonan terakhir adila, tapi pernikahan ini untuk sementara. Karna aku mempunya kekasih yang amat aku cintai,"gumam Adila.

******

Flashback.

Pagi ini keluarga Mawardi begitu di sibukan dengan persiapan pernikahan Aira dan Fadli.

Terpancar jelas di wajah Aira kalo dia begitu bahagia dengan hari spesial ini. Bagaimana tidak Hari ini Aira begitu Canti, bukan hanya cantik, tapi Aira bak bidadati yang turun dari langit, wajah bersih, putih tubuh semampai di tambah balutan gaun muslimah yang dirinya kenakan, begitu sempurna di lihat.

Sekekali Aira menatap wajahnya di pantulan cermin, seperti tidak percaya kalo momen yang di tunggu-tunggunya sejak lama akan terlaksana.

Aira memang menunggu moment sakral ini sejak lama, jadi wajar kalo dia begitu bahagia.

"Sayang kamu dimana?" Acara ijab kobul aira akan di mulai sebentar lagi,"tanya Adila sembari memegangi telepon, yang di tempel ketelinganya.

"Sayang, maaf tiba-tiba Ada proyek yang harus aku selesaikan terlebih dahulu. Tapi aku janji malam ini pasti akan datang di acara resepsi Aira." ucap satya di sebrang sana.

Yah Adila dan kekasihnya Satya sedang melakukan panggilan telepon, karna Satya sedari tadi tidak datang mangkannya Adila menghubungi kekasihnya.

" Hemm, kamu selalu saja seperti itu,"ucap adila seketika memutuskan panggilan Teleponnya krna kesal.

"Sebel banget selalu seperti in. Membuat janji tapi sering tidak di tepati,"grutu Adila merasa kesal dan kecewa.

"Dilaaa...!"panggil Rosali, yang tak lain ibu Adila dan Aira.

Seketika adilapun menghampiri Ibunya.

"Mom, kebiasaan deh. Panggil aku adila bukan dila. Kebiasaan deh!" Ujar adila dengan memperlihatkan ekspresi tidak senang.

"Hemm, kumat deh kebule-bulean nyah,"sela Aira yang berada di tengah-tengah adila dan mamahnya.

"Kenapa sih anak ini, heran deh dari kecil mamah itu panggil kamu dila begitupun dengan Aira selalu manggil ira. Apa salahnya coba."tegas Rossali

"Tapi tidak untuk sekarang mom, aku udah dewasa bukan anak kecil lagi," ujar Adila.

"Bagi mamah, kalian tetap putri kecilku, dan sampai kapanpun,"tegas rossali.

"Ya sudahlah, terserah mom, percuma juga ngomong sama momi. Gak akan kelar-kelar sampe ujung timurpun,"grutu Adila menyilangkan tangannya tepat di dada.

Aira mendengar ucapan adiknya hanya bisa tersenyum, karna memang sikap Adila seperti itu. Selalu senang mencari keributan saat bertemu tapi kalo tidak ada selalu di cari. Itulah sosok Adila.

Rosali mengajari mereka dengan memanggilnya mamah dan daddy sedari kecil. Entah kenapa Adila engan menyebutnya mamah, dia selalu memanggil momih dan dan daddy sedangkan Aira memanggi ibunya, mamah seperti yang di ajarkannya. Begitulah Adila yang sedikit keras kepala.

"Jadi momi mau apa panggiku?"tanya Adila

"Liat itu, udah jam berapa ini. Kakakmu udah mau ijab kabul. Dari tadi mamah perhatiin kamu malah asik dengan ponselmu. Mangkannya mamah panggil kamu," ucap rossali menujuk jam dinding.

Seketika adila menoleh ke arah jam dinding lalu beraling menatap kaka dan ibunya. Adila hanya melempari dengan senyuman.

"Maaf, hehehe,"ucap Adila melempati senyuman manisnya, pada Kaka dan Ibunya.

" ya udah ayok berangkat sekarang.,"ajak Rossali.

"Sini Aira aku bantu,"ujar Adila membantu Aira berdiri. Karna Aira sudah berbalut gaun pengangin yang begitu panjang, sampe menutupi tubuhnya. Jadi sedikit kesulitan untuk berdiri dan melangkah.

"Pelan-pelan sayang,"ucap Rosali pada kedua anak-anaknya.

"Daddy di mana mom? Kenapa aku tidak melihatnya."tanyaAdila.

"Yah jelas Daddy sudah ada di masjid tempat ijab kabul akan dilaksanakan, daddy juga bilang tadi sama mama, katanya dedy calon mempelai lelaki udah mau sampai. Sebaiknya kita harus bergegas ke sana sekarang juga." Ujar rosali.

Kini Adila dan Aira pun memasuki Mobil yang sudah di siapakan sedangkan Ibunya memakai mobil yang berbeda bersama sanak sodara yang lain. Mobil kamipun berbondong-bondong menuju tempat yang sudah di tentukan.

" Aawww sakit bangett dil,"ucap Aira seketika memegang dada bagian kiri.

"Ya ampun Ra, gimana ini. Coba tarik napas perlahan Ra,"ucap Adila sedikit panik.

Aira dari kecil memang mempunyai kelainan jantung. jantung yang lemah sehingga dia tidak bisa beraktifitas terlalu capek atau stres dan juga kaget. Entah kenap kini Aira merasakan sakit kembali. Mungkin ini karna beberap hari terakhir ini, Aira kelelahan mempersiapkan pernikahannya.

Kini Aira pun mencoba mengatur ulang napasnya secara perlahan.

"Ra minum dulu ini,"Adila menyodorkan air mineral dan membantu Aira untuk meneguk secara perlahan.

"Gimana, udah baiakan?"tanya Adila menatap wajah Aira yang sedikit berubah.

"Hemm,"saut Aira lalu menganggukan kepalanya.

Tak lama mobil yang kami tumpangipun mulai terparkir di depan masjid yang akan menjadi saksi bisu perhelatan janji suci antara Aira dan Fadhil.

"Ra turun perlahan," ucap Adila membantu Aira turun dari mobil. Dan disusul rombongan keluarga Aira yang lain. Sedangkan keluarga fadhil sudah duduk rapih di dalam masjid dan menyambut kedatangan Aira, sebagai mempelai wanita.

"Dila, semuanya liatin kita,"ucap Aira sebari berjalan perlahan memasuki tempat ijab, dengan di tuntun Adila dan mamahnya.

"Bukan kita, tapi kamu ra,"tegas Adila.

"Mah, kenapa aku merasa takut seperti ini,"ujar aira memegang erat tangan adila dan mamahnya.

"Iya mamah juga dulu gitu Ra. Tapi kamu harus tetap tenang. Insya Allah akan berjalan lancar,"ucap rosali

Perlahan langkah Airapun semakin dekat dengan Fadhil. Kini fadhilpun melempat senyumannya pada Aira, sedangkan Aira hanya merunduk malu karna semua orang terus memandanginya.

Perlahan Fadhil menyambut Aira untuk duduk di sebelahnya karna ijab kabul segera di langsungkan.

Selang beberapa menit, setelah acara pembukaan dan lain sebagainya, acara ijab kabulpun di mulai.

"Ananda fadhil tanuwijaya Bin bapak iyas tanuwijaya Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Aira mawardi Binti Asbar mawardi dengan maskawinnya berupa alat sholat dan emas sebesar 20 gram tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Aira mawardi Binti Asbar mawardi

Belum selesai Fadhil mengucap janji suci, tiba-tiba saja Aira jatuh pingsan dan tak sadarkan diri.

Adila yang melihat kesakitan Aira sedari tadi berteriak sekencang mungkin saat aira tergeletak. Dan seketika adilapun berlari ke arahnya.

Flasback off.

.

.

.

.

.

.

Bersambung.

.

.

.

Bersambung.

avataravatar
Next chapter