'Santai aja ngeliatiannya' batin Hening sambil membalas tatapan wanita paruh baya itu.
Rasanya gak ada yang waras dikeluarganya Dipta kecuali kakek nenek sama Dikta. Dipta kok gak disebutin? Dia waras, tapi kadang-kadang, tergantung musim dan cuaca.
Juragan nyonya melerai pelukkannya, "sekarang kalian istirahat dulu. Besok habis sarapan baru kita bicara." Setelah itu dia memeluk Dipta yang berdiri dibelakang Hening macam patung.
Hening ngangguk, "iya, cape kali. Rasanya mau bobo cantik sambil menghirup udara segar. Oh iya, rumah nenek ini seger kali udaranya, mirip dengan di Auckland. Cuma Auckland anginnya kenceng."
Juragan nyonya tertawa sambil melerai pelukkan Dipta, "mungkin segernya karena ada nenek." Kini Hening yang tertawa lepas. Dia gak menghiraukan wanita yang masih berdiri menatapnya dengan angkuh.
Mirip peran mamak-mamak antagonis di sinetron. Dan Hening gak akan takut dengan wanita modelan begitu. Juragan nyonya langsung menyuruh kedua cucunya istirahat, sekamar.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com