webnovel

Mereka adalah Penyelamat Jiwa

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Ibu mertua Zhu Haimei sama sekali tidak menyerah. Beliau mengikuti Shen Hualian di belakangnya dengan menumpu pada tongkat kruknya. "Kamu saja yang tanya, memangnya kenapa kamu tidak mau bertanya kepadanya?"

"Kalau Ibu penasaran, tanyakan saja sendiri. Ibu adalah mertuanya, bukankah pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sangat bagus untuk ditanyakan? Sedangkan aku hanyalah Kakak iparnya, mana mungkin aku yang menanyakannya?"

"Berbicara dengan Kakak ipar bisa lebih leluasa."

Shen Hualian tidak tahu harus mengatakan apa lagi. "Bu, aku tidak akan bertanya tentang hal itu. Bagaimana jika menunggu Dongyuan kembali? Ibu bisa menanyakannya padanya."

Berbicara tentang adik tertuanya itu, ibunya segera menoleh dan menghampiri Shen Hualian lagi. "Menurutmu, Adikmu sedang apa pergi kesana? Telegram pun tak ada. Tanyakan pada Haimei, karena ia cuma mengatakan padaku bahwa itu adalah Rahasia negara dan tidak boleh bocor. Apa ia tidak mengira kalau ucapannya itu membuat orang menjadi kesal?"

"Kenapa Ibu masih bisa marah tentang masalah itu? Ia memiliki misi, dan bukan keluar untuk bermain. Jika Haimei tidak mengatakannya, berarti ia juga tidak tahu."

Ibu mertuanya lalu menghela nafas dan tidak mengatakan apapun lagi. Sebetulnya, ia hanya mengkhawatirkan putra sulungnya itu.

Shen Dongyuan berada dalam situasi yang benar-benar sulit saat ini. Sejak ia bergabung dengan militer pada usia tujuh belas tahun, ia telah berpartisipasi dalam tugas-tugas besar dan kecil selama lebih dari sepuluh kali, tetapi tidak satu pun dari tugas-tugas itu yang begitu membuatnya merasa marah seperti sekarang ini.

Baku tembak kali ini pun berhenti, mereka sudah menangkap dua Mao Zi, tetapi mereka belum menangkap Datou, apalagi si nomor satu. Saat baku tembak barusan, ia melihat dengan jelas bahwa tidak ada si nomor satu sama sekali dalam baku tembak tersebut, tetapi ia yakin bahwa tidak ada kebocoran informasi sama sekali di timnya.

Jalan yang ia awasi ini adalah jalan ketiga yang diperkirakan akan dilewati si nomor satu dalam operasi kali ini. Baku tembak yang baru saja terjadi termasuk cukup berbahaya. Apakah si nomor satu tidak melewati jalan ini, atau baku tembak yang barusan itu hanya untuk mengelabui saja?

Huang Qi kemudian berteriak, "Kapten! Kapten Chen mengalami pendarahan dan tidak bisa berhenti. Kita harus segera pergi."

Kapten Chen, bernama asli Chen Chong'an, berasal dari wilayah militer yang ada di ibukota. Pangkatnya sama dengan Shen Dongyuan, dan mereka berdua adalah seorang komandan kompi. Mereka hanya bertemu ketika pembagian tugas saja. Ia adalah prajurit yang berani dan memiliki banyak akal selama bertempur, dan misinya adalah untuk menangkap Mao Zi. Sekelompok orang tadi mengepungnya dan menembaknya, jadi ia pun mengalami luka tembak, dan lukanya adalah yang paling parah. Ia mendapat dua tembakan, satu tembakan di perut dan satu tembakan di paha.

Chen Chong'an sudah pernah mendengar bahwa ayahnya, Chen Song, mengikuti 'Anti-American and Aid Korea Pass', dan keluarganya sangatlah disiplin. Hal tersebut membuatnya menjadi yang terbaik dalam semua aspek dan sangat kuat. Chen Chong'an sama sekali tidak terlihat bahwa ia adalah keturunan dari keluarga bangsawan.

Mereka masing-masing membawa satu tim untuk mengikuti rute ketiga ini.

Shen Dongyuan mengangkat lengannya dan menyeka keringat di wajahnya dengan lengan bajunya. Ia mendongakkan kepalanya untuk melihat langit. "Kita belum menerima sinyal evakuasi. Bagaimana kita bisa pergi?"

Pengawal Chen Chong'an memperban kaki Kapten Chen. "Kapten Shen kirimlah sinyal suarnya." Begitu sinyal suar ditembakkan, pesawat penyelamat akan datang. Jika Kapten Chen dikirimkan ke rumah sakit tepat waktu, nyawanya seharusnya bisa tertolong.

Shen Dongyuan dengan ragu berkata, "Tidak bisa, kita belum menerima sinyal evakuasi. Jika si nomor satu ada di belakang kita, kita semua bisa ketahuan."

Sementara itu, pengawal Kapten Chen terlihat panik. "Jika kita menunda lebih lama lagi, nyawa Kapten kami akan terancam."

Shen Dongyuan menoleh dan berkata, "Kalau sampai ketahuan, apakah kamu akan bertanggung jawab?"

Pengawal itu tak gentar sedikitpun. "Kalau begitu, apakah Kapten akan bertanggung jawab atas nyawa Kapten kami?"

Bertanggung jawab? Shen Dongyuan kemudian melihat ke langit. "Aku tidak bisa bertanggung jawab."

"Kalau begitu, kirim sinyal suarnya."

"Benar, sinyal suar." Beberapa orang yang dibawa oleh Chen Chong'an berkata dengan serentak.

Wajah Shen Dongyuan lalu berubah menjadi suram, dan ia pun berteriak, "Aku akan lihat, siapa yang berani. Tidak boleh ada yang bisa mengirim sinyal suar sebelum kita menerima sinyal evakuasi. Ini adalah perintah. Kita adalah prajurit tentara dan harus memikul tanggung jawab ini."

Beberapa orang itu pun terdiam, tidak ada yang berani bicara. Pendidikan tentara adalah untuk 'mendengarkan perintah Partai'. Jika misi gagal, siapa yang akan menanggungnya? Akan tetapi mereka juga tidak bisa melihat Kapten mereka sendiri mati. Dalam cuaca seperti itu, luka akan segera meradang karena kurangnya perawatan medis dan obat-obatan. Lalu, bagaimana mungkin mereka bisa tinggal diam?

Shen Dongyuan kemudian memandangi noda darah di tubuh Chen Chong'an. Alisnya pun berkerut. Setiap kali ada misi, teman-teman seperjuangannya selalu menjadi korban, tetapi ia belum menerima sinyal evakuasi. Bagaimana ia bisa membawa seseorang pergi secara diam-diam? Ia memiliki insting bahwa si nomor satu pasti akan berada di tim berikutnya. Namun Kapten Chen adalah putra Chen Song.

Apakah misinya yang penting, atau Kapten Chen yang penting?

"Siapa yang membawa obat?" Tanya Shen Dongyuan.

Mereka semua menggelengkan kepala, dan hanya Huang Qi yang berkata, "Kapten, bukankah kamu membawanya?"

Benar, ia membawanya.

'Aku tahu kamu membenciku, tetapi jangan membenci obat-obat ini juga, karena obat-obat ini adalah penyelamat jiwa.'

Itulah yang dikatakan oleh wanita itu.

Obat-obat itu ada di saku samping ransel nya, dan tiba-tiba Shen Dongyuan teringat akan sosok Zhu Haimei yang sedang sibuk di dapur, sangat tenang, dan tidak tergesa-gesa. Tidak tahu mengapa, ada perasaan percaya yang muncul di dalam hatinya.

"Kapten Shen," Chen Chong'an membuka matanya, dan Shen Dongyuan segera berjongkok di sampingnya. Ia mendengar Chen Chong'an berkata dengan lemah. "Jangan menarik diri dari sini, aku merasa bahwa si nomor satu akan berada di belakang kita."

Ucapan tersebut membuat Shen Dongyuan menjadi ragu sejenak. Chen Chong'an lalu menatapnya, berharap ia akan mengangguk.

Meskipun mereka baru saja melakukan baku tembak, tetapi mereka memiliki persediaan peluru dan makanan yang cukup untuk dua hari lagi. Akan tetapi, sekarang Chen Chong'an sedang terluka, dan ia tidak akan selamat jika tidak diobati. Di sisi lain, jika mereka melepaskan misi untuk menangkap si nomor satu, maka itu akan membahayakan lebih banyak orang di masa depan.

Shen Dongyuan lalu dengan mantap berlari ke depan tas ranselnya dan mengeluarkan dua kotak obat dari bagian paling bawah tasnya. "Maaf, Kapten Chen, kita harus tetap di sini."

Chen Chong'an pun menutup matanya dengan lega.

Shen Dongyuan kemudian merobek kotak obat tersebut dan menggunakannya satu per satu sesuai dengan instruksi yang ditulis oleh Zhu Haimei.

Huang Qi pun berkata, "Kapten, obat ini, penggunaannya bukan seperti itu kan?"

"Ini percobaan terakhir." Shen Dongyuan lalu membuka botol, dan mengambil dua kapsul dan menaburkan bubuk obat ke luka Kapten Chen.

Chen Chong'an hanya merasakan sakit di lukanya, dan sekujur tubuhnya gemetar. Ia tidak bisa menahan diri untuk berteriak kesakitan hingga pingsan.

Hal tersebut membuat Huang Qi tertegun. "Ia pingsan."

Tak lama kemudian, datang sesosok yang bertubuh kuat sedang berlari menghampiri mereka sambil terengah-engah. "Kapten, cepat bersembunyi, seseorang akan datang ke sini."

Orang itu adalah Meng Jinrong, seseorang yang disuruh oleh Shen Dongyuan untuk mengintai.

"Benarkah?"

"Aku sangat yakin, pasti ada lebih dari dua puluh orang. Langkah kaki mereka sangat ringan, mungkin mereka sudah berjarak kurang dari dua mil. Kapten, kita bersembunyi saja dulu."

Wajah Shen Dongyuan pun berubah menjadi suram dan darahnya mulai memanas setelah mendengar laporan tersebut. Ia kemudian mengambil nafas dalam dan melambaikan tangannya. "Huang Qi, bawa Kapten Chen pergi ke belakang untuk bersembunyi, sedangkan yang lainnya cepat bergerak!"

Firasat Shen Dongyuan sangat yakin bahwa si nomor satu, targetnya itu, tidak akan pernah datang sendiri.

Sementara itu, Zhu Haimei membeli bahan untuk membuat buah persik kuning kalengannya dengan mudah. Sekarang ia sudah kembali ke rumah sebelum jam makan siang. Ia sudah mendapatkan pewarna makanan yang ia beli di pabrik minuman seharga satu yuan per setengah kilogram nya, dan ia membeli sepuluh kilogram pewarna. Sebenarnya, pewarna tersebut seharusnya seharga dua yuan per setengah kilogramnya, tetapi pekerja yang ada di sana memberinya diskon.

Jumlah pewarna makanan yang ia butuhkan untuk membuat buah persik kuning kalengan tidak terlalu banyak. Jadi, sepuluh kilogram pewarna itu mungkin bisa digunakan untuk waktu yang sangat lama.

Saat Ibu mertua Zhu Haimei melihat setumpuk barang yang dibelinya, ia hampir melompat karena terkejut. "Kamu sudah bosan hidup ya? Berapa banyak uang yang kamu habiskan untuk membeli barang sebanyak ini?"

Shen Hualian kemudian segera menghentikan omelan ibunya, "Bu, Ibu jangan salahkan Haimei. Kami sudah berencana untuk membeli barang-barang ini."

Mendengar anaknya berkata demikian, ibu Shen justru menjadi semakin terkejut. "Kenapa kalian membeli barang-barang ini? Kalian mau membuat apa?"

"Membuat buah persik kuning kalengan."

"Apa? Buah persik kuning kalengan? Ide siapa itu?" Ibu mertua Zhu Haimei lalu segera berbalik ke arah Zhu Haimei. "Apakah itu ide mu?"

Next chapter