webnovel

Bab 11. Akhirnya terjebak lagi

Rudi berlari keluar kamar menuju lift, tujuannya adalah ke lantai 1. Saat pintu lift terbuka, Rudi lekas memasukinya dan menekan tombol angka 1. Saat lift sudah sampai ke lantai yang dituju, pintu lift pun terbuka. Rudi bergegas keluar dari lift tersebut. Dia menerobos kerumunan orang di luar yang hendak merangsek kedalam lift, hingga terjadi sedikit tabrakan.

"Maaf, maaf." Rudi melemparkan kata maaf kepada orang-orang yang di tabraknya, sambil terus berlari kecil.

Rudi terus berlari melewati lobi hotel menuju ke arah pintu keluar. Saat tiba di halaman parkiran tepatnya di depan hotel itu, dia menyebarkan pandangannya mencari dimana mobilnya berada. Kemudian samar-samar dia mendapatkan lagi ingatannya, ternyata mobilnya masih berada di kafe.

"Sialaan!" teriak Rudi keras, sampai orang di sekitar melihat ke arahnya dengan tatapan heran.

Rudi tampak berpikir, lalu dia berlari ke luar halaman menuju trotoar pinggir jalan. Ternyata dia berniat akan mencegat mobil taksi yang lewat.

Namun tiba-tiba Rudi mengurungkan niatnya, dia mulai berpikir kembali. Dia mulai menimbang-nimbang resiko, waktu yang di tempuh pasti akan lebih lama. Apalagi dilihat dari rute yang akan dilewati merupakan jalur sibuk.

Waktu berjalan terus, Rudi terus berpikir bagaimana caranya agar dia bisa cepat sampai ke kafe dalam waktu yang singkat. Lalu terbesit sebuah ide yang baru terpikirkan sekarang. Cepat-cepat Rudi merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya. Rudi lalu melihat jumlah baterai yang masih tersisa di ponselnya.

"Hah tinggal 20%!" Rudi tampak terkejut saat melihat layar ponselnya.

Lalu tanpa berpikir panjang Rudi mulai memesan ojek online, dia yakin jika dengan menunggangi kendaraan roda dua Rudi bisa lebih cepat sampai di kafe itu.

Akhirnya Rudi mendapatkan ojek online yang dari tadi dia pesan. Begitu ojeknya sampai, Rudi langsung duduk di belakang sang pengemudi. Dia menginstruksikan pengemudi itu untuk segera tancap gas. Tak lupa Rudi juga menjanjikan akan memberi tips besar jika bisa mengantarkan dia dengan cepat.

Waktu yang biasanya di tempuh sampai 1 jam lebih, kali ini hanya memakan waktu sekitar 45 menit berkat kecepatan dan ketangkasan sang pengemudi ojek online tersebut.

Rudi pun sampai di kafe yang tadi sore dia kunjungi bersama Sarah. Terlihat mobil Rudi masih terparkir di sana. Dia gegas mengeluarkan kunci dari dalam sakunya lalu membuka pintu mobilnya. Rudi masuk ke dalam mobil lalu duduk di kursi kemudi. Kemudian dia mulai menyalakan mesin mobilnya, dan langsung tancap gas menuju restoran yang sudah pasti ada Asti di sana.

"Semoga Asti masih menunggu di sana." Rudi berharap dalam hati.

Perasaan Rudi saat ini tidak menentu, dia terlihat gamang saat sedang mengendari mobilnya. Banyak sekali hal yang berkecamuk dipikirkan Rudi.

Apalagi dengan kedatangan Sarah lagi ke Indonesia, membuat Rudi benar-benar di buat lelah oleh tingkahnya. Sekarang Sarah malah semakin terang-terangan ingin menghancurkan rumah tangganya bersama Asti, yang baru saja akan dibangun kembali. Kali ini Sarah bertindak semaunya sendiri dan itu Rudi sangat marah.

"Bodoh kamu Rudi!" Maki Rudi pada dirinya sendiri.

Ponsel Rudi bergetar. Kali ini ponselnya sedang melakukan pengisian baterai di dalam mobilnya. Entah sengaja atau memang sedang banyak pikiran, dia membiarkan ponselnya sampai tidak bergetar lagi.

Rudi berusaha untuk tetap fokus menyetir, dia ingin cepat-cepat sampai ke restoran untuk menemui istrinya.

15 menit berlalu akhirnya Rudi sampai di restoran tempat dimana Asti mengajaknya makan malam. Segera dia memarkirkan mobilnya di halaman depan restoran tersebut. Kemudian Rudi berlari menuju pintu, sambil berharap jika Asti masih menantinya dengan sabar.

Tinggal beberapa meter lagi Rudi sampai di pintu restoran. Rudi masih berlari dan mulai mendekat, namun dari kejauhan nampak Asti di dalam restoran sedang melihat ke arah Rudi. Asti diam mematung saat melihat Rudi menghentikan kakinya dan mulai mengatur napasnya yang tidak beraturan. Terlihat keringat bercucuran membasahi kemejanya, tenaganya benar-benar sudah terkuras habis.

Asti kemudian berlari ke arah Rudi, dan memeluknya dengan erat sambil menangis.

***

Rudi masih sibuk dengan gawainya. Dia mulai menghapus pesan dan daftar panggilan tidak terjawab di ponselnya dari kontak yang bernama 'projects'.

"Kali ini Sarah sudah benar-benar gila," umpat Rudi dalam hati.

Rudi benar-benar tidak terima dengan semua yang Sarah lakukan padanya kemarin. Bisa-bisanya sarah menjebak dia dengan cara yang murahan seperti itu, dan bodohnya Rudi malah masuk ke dalam perangkapnya.

Ternyata memang benar, Sarah kembali hanya ingin merusak pernikahan Rudi untuk dua kalinya. Namun yang terpenting sekarang bagaimana dia bisa menyudahi kekacauan ini. Sedangkan saat dia dalam pengaruh obat perangsang, Rudi melakukan hal tersebut dengan Sarah tanpa menggunakan alat kontrasepsi.

"Aarghh!" Rudi mengerang sambil menjambak rambutnya, dia merasa kepalanya hampir pecah saat memikirkan hal itu.

Saat sedang membereskan meja makan, tanpa sengaja Mbok Yum melihat ke arah Rudi dengan tatapan khawatir. Dia melihat Rudi seperti orang yang sedang frustrasi. Mbok Yum berniat untuk menegur majikannya itu, dan menanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi. Namun mbok Yum mengurungkan niatnya, dia berusaha untuk tidak campur pada urusan majikannya tersebut. Lalu mbok Yum melanjutkan lagi mengelap-elap meja makan dengan selembar kain serbet.

Setelah selesai mengelap, mbok Yum menuju dapur untuk lanjut membereskan di area sana. Rudi lalu menyadari keberadaan mbok Yum dan langsung memanggilnya.

"Mbok Yum!" Rudi memanggil dengan sedikit berteriak.

Mbok Yum menghentikan langkahnya dan berbalik arah menuju ke arah Rudi yang sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Iya mas, ada yang bisa mbok bantu?" jawab mbok Yum menawarkan diri.

"Buatkan saya kopi ya." Ucap Rudi memberi perintah. Dia beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke arah pintu belakang menuju kolam renang.

"Siap mas Rudi" jawab mbok Yum saat menerima perintah dari majikannya tersebut.

Rudi beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke arah pintu belakang menuju kolam renang. Mbok Yum gegas berlari kecil ke arah dapur, lalu menyiapkan kopi yang di pesan Rudi tadi.

Tak lama berselang Asti nampak berjalan mendekat ke arah mbok Yum, dia hendak mengambil air mineral di dalam kulkas. Mbok Yum lalu menyapanya, saat menyadari Asti sudah ada di belakangnya.

"Pagi mbak Asti," ucap mbok Yum ceria.

"Pagi juga mbok," balas Asti kemudian, sambil mengintip ke arah mbok Yum yang sedang mengelap sebuah cangkir.

"Mbak Asti mau kopi juga?" tanya mbok yum yang menyadari tingkah Asti yang terlihat penasaran.

"Enggak aah, masih pagi!"

"Oh ya sudah." Mbok Yum menjawab dengan logatnya yang khas, dia terlihat sedang mengaduk-aduk cangkir yang sudah terisi dengan kopi dan hendak memberikannya kepada Rudi. Melihat itu dengan cepat Asti mencegahnya.

"Biar saya saja mbok." Pinta Asti seraya merebut cangkir yang sedang di pegang oleh mbok Yum.

"Enggeh mbak." Mbok Yum mengiyakan kemauan Asti.

Rudi sedang duduk di kursi yang berada di dekat kolam renang. Dia menatap kosong ke arah kolam itu, sampai tidak menyadari kedatangan Asti.

"Ini kopinya mas Rudi," ucap Asti menirukan gaya bicara mbok Yum sambil menaruh kopi di atas meja yang terletak di belakang posisi Rudi saat ini.

"Makasih mbok," ucap Rudi singkat, namun matanya masih menatap ke arah kolam renang.

Menyadari suaminya keliru, Asti langsung mengalungkan tangannya ke leher suaminya itu dari arah belakang dan sontak membuat Rudi kaget. Asti lalu tertawa terpingkal-pingkal saat melihat ekspresi Rudi seperti itu. Rudi pun ikut tertawa, dia benar-benar tertipu oleh tingkah istrinya yang menirukan gaya bicara mbok Yum.

Pagi itu di mulai dengan keceriaan dari pasangan suami istri itu, dan membuat suasana rumah kembali terasa hangat.

Next chapter