19 18

" bisa saja, tapi, itu bekas luka yang sudah lama sekali! Bukan bekas luka yang baru ia dapat beberapa minggu belakangan ini, ia juga tidak pernah mengobatinya"

" ini mencurigakan Ivy, aku rasa kita harus mencari tahu"

" kau benar"

........

Setelah kejadian di markas itu Jeon jadi berubah, entah aku yang berubah atau dia yang berubah. Ia tidak lagi ramah denganku, menyapaku saja ia tidak pernah bahkan tidak jarang ia memanggilku dengan sebutan nona, aku benci dengan situasi seperti ini, aku juga mulai membencinya karena bersikap seakan kita tidak pernah bertemu sebelumnya.

Jika ia memang tidak ingin aku mendekatinya, ia tidak harus bersikap baik padaku. Hari-hari bersamanya selalu aku ingat, tapi, aku harus melupakannya ia bahkan tidak mengingat namaku. Entah hatiku sangat sakit.

" Nona, kenapa kau menangis?" suara Jeon lagi!

" kenapa kau terus memanggilku nona?! Aku punya nama! Tidak hanya itu kita pernah satu kampus kita bahkan berteman, tapi kenapa kau terus menerus memanggilku nona, Jeon?!!" bentakku karena aku tidak tahan lagi

" Maafkan aku, aku hanya bermaksud sopan padamu"

" Sopan katamu?! Bahkan kau pernah membentakku! Kau pernah mencaciku, memakiku bahkan merendahkanku! Dan sekarang kau mau bersikpa sopan?!?"

Sungguh hati sakit sekali saat ia menjawab hanya ingin bersikap sopan padaku, dulu ia mencaciku dan lainnya dan aku sudah terbiasa dengan itu. Ia masih terdiam

" Kau bahkan tidak pernah menyapaku! Kau terus saja memanggil wanita yang ada disini nona! Youngboun bahkan Steve juga tidak pernah mengobrol lagi denganmu?! Kau ini sebenarnya kenapa Jeon?! Ada apa denganmu?!?" aku terus memarahinya sambil menangis

Tidak peduli jika seisi rumah tahu aku sedang memaki Jeon, agar mereka tahu bahwa Jeon sudah keterlaluan dengan sikapnya yang begitu dingin/

" Clarissa, tenanglah" Lucas mencoba menenangkanku

" Apa kau pernah berpikir Jeon, apa yang kami rasakan saat kau bersikap tak acuh pada kami? Apa kau pernah memikirkannya, hah?!? Apa kali ini sifat robotmu kembali??"

" Clarissa, tenangkan dirimu"

" DIAM LUCAS! Aku belum selesai bicara. Kami semua selalu bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada dirimu? Apa karena kami menyusahkanmu? Jika ia mengapa kau bantu kami? Mengapa kau bersikap pedui dan sekarang kau bersikap egois seperti ini, Jeon?!?"

Ia masih terdiam, dan aku masih saja menangis

" Jawab Jeon!"

" Maafkan aku, sungguh maafkan aku"

" Jawab Jeon, aku bukan meminta permintaan maafmu, cukup jawab mengapa kau seperti ini?!"

" Sungguh maafkan aku, aku tidak bermaksud membuat kalian marah"

"hikss… Jeon! Mengapa kau berlaku jahat seperti ini Jeon?! Kau tahu aku menyukaimu! Dan aku selalu berusaha tidak menaruh harapan padamu tapi, dimarkas saat itu tiba-tiba kau berubah menjadi sangat baik, bahkan kau mengkhawatirkanku lalu sekarang kau seperti tidak mengenalku bahkan teman-temanmu sendiri! Aku merasa sangat sakit karenamu Jeon!"

" Bukan begitu maksudku nona"

" Berhenti memanggilku nona!!"

" Maafkan aku, aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Maaf aku harus pergi"

Air matak masih turun begitu derasnya, dan saat aku menuntut penjelasan ia malah pergi. Jeon benar-benar sudah berubah. Aku masih bisa memaklumi jika ia bersikap dingin padaku tapi, dengan teman-temannya sendiri dia bahkan bersikap sangat dingin. Mengapa kau seperti ini Jeon? Mengapa????

......….

Jam menunjukkan pukul 09 :00 PM, Aku dan Ivy baru saja kembali dari kencan menyampaikan pesan Jeon pada petugas dealer motor itu, sepertinya ia membeli motor, untuk apa ia membeli motor? Mengapa ia tidak memnitaku atau Ivy membawakan motor dari markas saat sebelum gedung itu diledakkan, bahkan Steve dan Lucas bisa membantunya membawakan motor itu.

" Yeobo.. Kau akan tidur diluar lagi?"

" Tentu,ada apa?"

" Temani aku tidur…" pinta Ivy.

" Baiklah, aku hanya menemanimu sampai kau tertidur saja setelah itu aku akan tetap tidur luar"

" Ok! Kamsahamnida.."

" Kau semakin pintar berbahasa korea ya!"

" Aku ini belajar bahasa Korea demi dirimu tahu!"

" uhhhh menggemaskan sekali dirimu ini, baiklah aku akan mandi dulu nanti aku kekamarmu"

" ok!"

Akupun pergi kekamar Lucas dan Bimo untuk mengambil baju dan menaruh tas. Kulihat Clarissa menangis dan Lucas menenangkannya. Mengapa ia menangis?

" Lucas, apa yang terjadi pada Clarissa?" tanyaku

" Ia baru saja selesai mengamuk pada Jeon"

" Mengamuk? Bagaimana bisa?"

" Panjang ceritanya, nanti saja ku jelaskan"

" Jeon mana?"

" Ia pergi"

Pergi? Setelah ia membuat Clarissa menangis ia pergi? Padahal sebelumnya ia selalu menenangkan Clarissa dulu baru pergi meninggalkannya. Sikap Jeon benar-benar berubah. Akupun membawa handuk kekamar mandi dan mendapati Jeon yang hendak terburu-buru.

" Jeon, sebentar!" cegahku

" Ada apa?" tanyanya dengan raut wajah panic

" Kau mau pergi kemana?"

" Aku harus pergi kesuatu tempat, maafkan aku. Aku sedang buru-buru"

Suatu tempat? Apa ia berusaha menyembunyikan sesuatu? Ah.. aku tidak bisa diam saja seperti ini, malam ini juga akan aku ikuti dia. Akupun segera ke kamar Ivy.

" Chagiya.. aku kita pergi!"

" Pergi? Lagi?"

" Ini masalah Jeon"

" Baiklah, katja!- ayo!-"

Aku mengintip dari jendela depan dan ternyata benar dugaanku bahwa Jeon membeli motor dari dealer itu, aku segera mengambil kunci mobil dan mulai mengikutinya, kali ini aku biarkan Ivy yang mengambil alih kemudi karena ia lebih mahir dalam hal memata-matai.

Aku harap ia tidak merasa dibuntuti kami, ia menggunakan beberapa jalan tikus yang mempunyai banyak tikungan. Argh! Harusnya aku mengambil motor tetangga saja tadi! Akan lebih mudah jika menggunakan motor, pantas saja Jeon memilih untuk memakai motor ketimbang mobil,

Ia berhenti didepan sebuah kantor yang gelap lalu masuk kedalam kantor tersebut.

" yeobo, ayo kita kesana"

" hmm"

Aku dan Ivy turun dari mobil menuju kantor itu, kami berusaha sebisa mungkin untuk tidak ketahuan, ditambah lagi kami juga melihat adanya cctv disekitar kantor itu. Kami memilih untuk berpencar dan mengintai dari arah belakang kantor tersebut.

" Kau tahu, kau bisa saja kami tahan"

Jeon? Ditahan? Apa apan ini?!

Aku pun segera bersembunyi saat Jeon keluar bersama dengan yang lainnya dan beruntung Ivy sudah bersamaku.

" Baiklah, Jackson aku harap kau bisa membantu kami lagi mencari bukti yang kami cari"

Jackson? Bukankah ia biasa dipanggil Jeon? Semakin janggal saja. Oh shit!

" Sebaiknya kita pulang saja, Jeon juga hendak pulang" ujar Ivy

" baiklah"

Kamipun memutuskan untuk kembali kerumah, aku terus saja memikirkan kejanggalan yang kutemukan tadi, berbagai pertanyaan muncul dibenakku dan firasatku mengatakan bahwa Jeon yang sekarang bersama kami bukanlah Jeon yang kami kenal tapi, apa mungkin dia adalah orang lain? Tapi, bagaimana mungkin.

avataravatar
Next chapter