13 12

" baiklah kita mulai, kau akan melawanku dahulu, ketika aku tahu dimana kelemahanmu akan kita perkuat dipertemuan selanjutnya"

"ok"

.....

Ivy mengajakku kelantai dasar, ia ingin menguji seberapa mahir diriku dalam berkendara, dan latihan pertamaku adalah mengalahkan Ivy dalam balapan motor. Sesampainya dilantai dasar, ia melempar kunci motor kearahku.

"baiklah Youngboun, kita akan mengitari perumahan yang ada didekat sini, siapa yang lebih dulu sampai kesini dia yang menang"

"yang kalah harus mentraktir makan diresto sebelah sana" ujarku

"baik, siapa takut"

"ok, jangan menangis saat kau kalah nanti"

"tidak sebelum aku yang mengalahkanmu youngboun, bye"

Sial! Dia memacu motornya dan meninggalkanku, lihat saja Ivy aku akan mengalahkanmu! Aku memacu motorku dengan kecepatan sedang saat meninggalkan markas, dan saat aku melihat motor Ivy yang tidak seberapa jauh jaraknya dariku. Akupun segera memacu kencang motorku untuk membalapnya.

"bye, Ivy" ujarku saat aku berhasil membalap laju motornya.

" oh shit!" balasnya

Aku terus memacu motorku, jalanan terlihat sepi dan ini adalah kesempatan besar untukku memenangkan balapan ini. kita lihat saja siapa yang lebih mahir bermotor kali ini. aku tidak akan kalah!.

Dan benar saja, akulah yang pertama kali sampai dimarkas. Jadi, aku tidak perlu mengeluarkan uang sepeserpun untuk makan siang kali ini. Makan siang dengan menu khas kampungku dan jangan lupa gratis. Ivy harus segera datang agar bisa membayar kekalahannya.

"baiklah, ayo kita berangkat ke resto itu. Aku sudah menunggumu sejak tadi, kau lambat sekali" suara itu..

Oh damn it! Ivy berkata seperti itu sambil memegang helmnya. Jadi, ia sudah sampai daritadi?? Really suck!

"bagai..mana.. tadi aku tidak melihatmu mendahuluiku!" ujarku tidak terima

"tentu saja kau tidak melihatku, karena aku memakai jalan pintas"

"shit! Itu curang, aku bahkan sudah mengikuti aturanmu dan kau malah berbuat curang?? Ini tidak adil!"

"didunia ini akan selalu terjadi ketidakadilan Yougboun. Lagipula aku tidak berkata bahwa tidak boleh melewati jalan pintas adalah peraturan balapan ini, dan sekarang aku menunggumu membayar taruhan ini"

"hhh… baiklah, aku mengaku kalah.. tapi, tetap saja kau curang"

"dan kau bodoh"

"ya! Neo michyeoss-eo?? Neodo pabbo ya!!"

"I don't care! I don't care!"

Awas kau ya Ivy! Akan kubalas nanti!

...…..

Setelah kuastikan Clarissa aman diruang latihan, akupun segera mencari Jason. Aku harus memperingatkannya. Tidak, tidak akan ada lagi korban yang akan bernasib sepertiku. Aku berjalan menyusuri koridor untuk menemukan Jason tapi, sialnya dia tidak ada dilantai ini.

Aku menaiki menuju lanta dasar, aku berfikir bahwa ia sedang berada disana. Ku percepat jalanku, ku biarkan penghuni gedung ini tahu bahwa aku sudah berubah. Mereka tahu sekali bahwa aku tidak pernah mempercepat langkah atupun terburu degan tatapan dingin, aku berjalan seperti tidak terjadi sesuatu disekelilingku namun, sekarang tidak lagi. Dan benar saja, ia tengah memantau perbaikan penyimpanan transportasi, segera menghampirinya.

" bukankah kau harus menemani teman-temanmu latihan Jackson?"

" oh, kau tenang saja, mereka mahir dalam urusan bela diri"

" kau tahu, Mr. Rex memberitahuku untuk membawa mereka keruang system bulan depan, tepat seperti dugaan Mr.Rex mereka mahir dalam bela diri"

" tapi, sayangnya kau tidak akan membawa mereka kesana bulan depan, sampai kapanpun kau tidak akan bisa Jason"

" kau akan membantah perintah Mr.Rex, Jackson?"

" itu bukan perintah bagiku Jason, karena aku bukanlah robot rongsok seperti dirimu"

"beraninya kau!"

" satu hal lagi yang ingin kusampaikan padamu, jgn pernah dekati teman-temanku, terlebih wanita yang bersamaku dilift tadi. Jika kau berani menyentuhnya dengan tanganmu yang karatan itu, sungguh akan ku hajar kau sampai mesin utamamu hancur"

Aku pun pergi meninggalkannya, aku tahu tindakanku tadi sama saja mengibarkan bendera perang tapi, toh itu juga akan terjadi cepat atau lambat, yang harus kulakukan adalah melindungi teman-temanku kupastikan mereka tidak akan menjadi sepertiku. Kehidupan mereka terlalu nerwarna untk diubah menjadi diriku yang suram ini.

" Jeon keruanganku sekarang"

Oh Shit! Apalagi kali in?! penyiksaan yang biasa kusaksikan sejak dulu? Atau ia mencoba membunuhku?

" Jeon!"

Aku memberhentikan langkahku, suara lembut itu…. Clarissa!

" kau tiak apa apa?"

" kau ini aneh sekali! Aku tidak habis jatuh ataupun kkecelakaan"

Ada apa denganku? Mengapa aku merasa sangat khawatir padanya? Sadarlah JEon!

" maafkan aku"

" sudahlah, aku lapar kapan jam makan siang?"

" jam makan siang masih 2 jam lagi"

" hhh… harusnya aku tahu itu, mengapa aku tidak menuruti akal sehatku saja tadi.. sudahlah aku kembali kekamar saja, dah!"

Sepertinya ia sangat lapar…

" Clarissa!"

Ia menghentikan langahnya dan membalikkan badan

" mau makan denganku?"

" bolehkah?" matanya membelalak kaget

" tentu, kau mau tidak?"

" horeee!! Baiklah.."

Kami pun pergi ke lobi, beruntung motorku sudah terpakir manis dilobi jadi aku tidak perlu repot mengeluarkannya dari garasi. Aku memboncengnya, sebenarnya aku tidak begitu tahu restoran enak disekitar sini walaupun sudah tiga tahun aku tinggal disini akan tetapi, sakit rasanya melihat Clarissa sedih seperti tadi.

" kau tahu Jeon, aku benar-benar tidak menyangka kau akan mengajakku makan. Mengingat kau sangat membenciku" ucapannya membuatku tertegun

" jadi, kau tidak mau makan? Kalau begitu akan kuantar kau kembali keruang latihan"

" tidak! Bukan begitu maksudku Jeon, ah kau ini.. "

" kau marah?"

" tidak!"

" lalu kenapa kau cemberut seperti itu?"

" habisnya, aku mengatakan itu karena aku senang, akhirnya kau mau ramah padaku."

" jangan berfikiran terlalu jauh"

" aku tahu, kau bahkan tidak akan pernah menyukai wanita manja sepertiku walau kau ramah padaku. Tenang saja, aku tidak akan salah paham"

Perkataannya entah mengapa sukses membuat dadaku sesak, perasaan apa ini? mengapa aku merasa sakit hati dengan perkataanya? Apa dia pikir aku tidak bisa menyukainya?

Lagi. Lagi. Dan lagi

Pikiranku seakan menggila saat ini, oh shit!

Akupun menghentikkan motorku didepan sebuah restoran sederhana, aku harus segera memberi makan otakku agar bisa berfikir jernih, 2 porsi spaghetti Bolognese adalah menu yang kami pesan. Selama menunggu pesanan datang, keheningan terjadi diantara kami berdua. Aku yang terlalu malas mencari topic pembicaraan atau karena dia yang takut untuk bertanya.

"bolehkah aku bertanya?" Clarisa membuka topic pembicaraan

" ya"

" ini tentang penyakitmu, apa boleh?"

"boleh"

" sejak kapan kau mengidap penyakitmu ini?"

" kurasa ini penyakit turunan karena ibuku juga sepertiku, ia meninggal sore hari saat hendak memasak, ia tiba-tiba jatuh pingsan dengan keadaan mimisan dan mulutnya mengeluarkan darah. Namun, sebelumnya ibuku tidak pernah mengeluh sakit atau semcamnya. Saat tangannya tersayat pisau ia tidak berteriak aw ataupun menyuruhku mengobatinya"

avataravatar
Next chapter