webnovel

Pembully yang Kolot

Alisya menjadi topik pembicaraan dimana-mana. Ia yang sebagian besar tidak dikenal bisa memiliki kesempatan besar dengan menjadi Partner dari seorang Elit nomor satu bukan hanya di sekolah namun di Indonesia. Baik guru, siswa biasa, para elit dan sepuluh kalangan atas, semuanya mencari Alisya. Mereka ingin melihat langsung apa yang membuat Adith, bisa berpikir bahwa cewek ini cukup menarik untuk menjadi partnernya. Namun banyak pula yang tidak menyukainya.

Dari pagi hari sudah banyak serangan yang datang, padahal Ia sengaja datang sedini hari mungkin ke sekolah untuk menghindari kebisingan. Kepalanya sudah cukup penuh dengan pertanyaan orang yang mendatanginya dengan sinis dan bisikan bisikan yang terang terangan dilakukan di hadapannya.

"Hei kau kita perlu bicara!" Bentak Yuyun memukul meja Alisya, dengan keras membuat Alisya harus memegang telinga dan kepalanya yang sakit dengan jam di tangan Alisya yang berbunyi kencang "Pippip".

Se isi kelas yang tadi sibuk dengan urusan masing-masing sekarang beralih pandang ke meja Alisya. Bunyi di tangan Alisya membuat Yogi dan Rinto, membelalak matanya kepada Yuyun.

"Yun! Apa yang kau lakukan?" Rinto menggertakkan giginya sewaktu bertanya dengan suara pelan.

"Bukan urusanmu." Tidak peduli dengan Rinto, dia berbalik ke arah Alisya dengan marah.

Rinto ingin menarik Yuyun, namun dihentikan oleh Alisya, yang memberi isyarat kalau dia baik-baik saja. Kondisi Alisya membuat Rinto dan Yogi, sepenuhnya siaga.

"Apa maumu?" Tanya Alisya dingin setelah menenangkan diri.

"Kamu tidak cukup jadi cewek penggoda yah " Nadanya sinis dan menghina.

"Huhhhh pergilah!" Alisya merasa sudah malas untuk meluruskan.

"Apa hak kamu menjadi Partner Adith! Miska yang harusnya jadi partner Adith." Geram nya lagi

"Apa hak mu bertanya padaku?" Balas Alisya dengan tatapnya yang tajam

"Cih, kau bahkan tak pantas menjadi Partnernya."

"Bukan urusanmu!"

"Kamu pikir kamu siapa? Kau hanyalah penggoda munafik."

"Tentu saja Adith tidak mungkin mau menjadi partnernya. Itu hanya rumor yang tidak jelas!" Tambah Nely tersenyum menghina.

"Pembully yang kolot." Ucap Alisya malas, sambil mengalihkan pandangan tidak mengganggap keberadaan keduanya.

Alisya paham akan maksud keduanya, namun merasa tidak ada untungnya menjelaskan kepada mereka berdua. Mudah saja baginya untuk tidak terpengaruh emosi karena keduanya.

"Kau!!!!" Yuyun yang geram langung mencabut Hadset yang ada di telinga Alisya dan berteriak dengan keras "Kau harus diberi pelajaran."

Belum melakukan apa-apa dan hanya mengambil Hadset Alisya. Alisya sudah berteriak dengan keras dan jam di tangannya juga, berbunyi sangat keras.

"Aaaaaahhhhhh... aaahhhh!!!" Teriak Alisya menahan sakit.

Reaksi tak terduga Alisya yang tampak, membuat bingung Yuyun dan Nely. Rinto dan Yogi sontak langsung panik.

"Gi, Hadphone kamu mana?" Dengan cepat Rinto mengambil Hadphone Yogi, dengan ukuran yang cukup besar untuk menutupi seluruh telinga Alisya. Dia dengan cekatan menutup telinga Alisya.

"A.. A.. Aku akan panggilkan Karin." Ucap Yogi panik dan berlari sambil menyingkirkan kursi dengan keras.

Rinto yang berusaha menutup telinga Alisya, namun dia masih dalam mode yang mengkhawatirkan. Wajah Rinto pucat pasih dan memberi kode kepada semuanya untuk duduk perlahan dan tidak menimbulkan suara.

Yuyun dan Nely, bingung dengan apa yang sedang terjadi. Miska yang ingin bersuara untuk berpura-pura memarahi dua pengikut nya, langsung di cegah oleh Rinto dengan menutup mulutnya. Tapi bunyi di tangan Alisya tidak berhenti dan malah semakin kencang.

Karin datang secepat kilat dengan tehnik berjalan yang sangat pelan, sehingga tak mengeluarkan suara. Dia segera menghampiri Alisya dan mengecek Jam tangannya. Angkanya menunjukkan 85 % tanda bahaya. Dengan sigap Ia menoleh kepada Rinto dan memberinya tanda. Rinto yang paham segera mengangkat Alisya di bantu oleh Yogi, keluar ruangan.

Se isi kelas tiba-tiba mengeluarkan nafas hampir secara bersamaan seolah olah telah menahan nafas yang cukup lama. Saling memandang satu sama lain dengan tatapan bingung dan heran.

Mereka membawa Alisya ke Ruang UKS, yang suasananya jauh lebih tenang dan sunyi. Karin mengeluarkan peralatannya lalau secepat mungkin Ia menyuntik Alisya. Setelah beberapa saat kemudian, Alisya menjadi lebih tenang dan bunyi di jam tangannya juga segera menghilang.

"Sepertinya sekarang dia sudah cukup tenang!" Ucap Karin pelan.

"Syukurlah!" Rinto bernafas legah.

"Puaahh!" Yogi membuang nafas legah, namun dengan suara yang sangat pelan dan lembut. Dia terduduk ke lantai lemas dan bersyukur.

"Kalian kembalilah ke kelas, biar aku yang menemaninya!" Pinta Karin.

"Sebaiknya aku harus memberi pelajaran kepada mereka!" Geram Rinto.

"Kau tau apa yang harus kau lakukan. Jika ini sampai bocor, kita semua dalam bahaya! Dan pastikan mereka tidak merekam kejadian tadi." Karin mengingatkan dengan nada sedikit mengancam menyadari situasi yang sedang terjadi.

"Tentu saja aku tau. Aku sudah pernah mengalami hal yang lebih buruk sebelumnya setelah bermasalah dengan Alisya." Terang Rinto berusaha untuk berbicara dengan suara yang pelan.

"Ya... tapi Alisya tidak tau apa - apa sama sekali tentang itu!" Terang Yogi.

"Apa maksudmu?" Karin terkejut. Yakin bahwa ada hal yang tidak diketahuinya.

"Kamu masih ingat kejadian dimana saat itu, aku tidak sengaja ditabrak oleh Alisya?" tanya Rinto.

"Aku ingat! Waktu itu akulah yang menenangkan Alisya." Jelas Karin setelah yakin mengingat kejadian itu.

"Benar! Saat itu kalau bukan karena kedatangan kamu, kami mungkin bisa mendapat luka yang lebih buruk lagi." Yogi menambahkan.

"Tapi bukan itu intinya. Saat itu aku memiliki dendam terhadap Alisya, karena kejadian itu di saksikan oleh beberapa orang dari siswa dari sekolah lain. Begitupula dengan geng lain, sehingga mereka berpikir kalau aku yang tak bisa dikalahkan, bisa dengan mudah dihancurkan. Hal ini membuat banyak sekali sekolah lain dan geng lain, yang ingin menghancurkan diriku. Itu membuatku sangat marah dan ingin mencelakai Alisya. Itulah kesalahan terbesarku! "ucap Rinto lirih.

Karin memandang Rinto dan mendengarkan penjelasannya dengan serius tanpa bermaksud bertanya atau memotong pembicaraanya.

"Rinto di culik oleh beberapa orang yang berbaju hitam, tepat sebelum ia memiliki kesempatan untuk memukul kepala Alisya!" Tambah Yogi.

Karin yang mendengar niat Rinto itu sepenuhnya mengepalkan tangan karena marah namun berusaha untuk mendengarkan lebih lanjut.

Next chapter