webnovel

Pengenalan

Jean Huntelaar* adalah lelaki tampan yang kelewat tampan menurut para gadis yang melihatnya. Bagaimana tidak? Di negeri seperti ini pastilah setiap perempuan yang melihat lelaki londo seperti Jean akan terpesona. Ia sangatlah berkarisma, ramah dengan semua orang, serta dia tidak pernah merasa dirinya setampan itu. Karna dia merasa semua lelaki memiliki paras yang sama dengannya. Dia memanglah ramah, tapi Jean hanya bicara seperlunya bila bertemu atau ditanya oleh teman ataupun orang-orang, cenderung misterius memang. Entahlah mengapa. Walaupun dia irit bicara, tapi dia selalu menyuarakan isi hatinya melalui tulisan tentang apa yang terjadi di hari itu, atau kalau otaknya lagi encer dia tumpahkan suaranya melalui puisi. Seperti tidak mungkin rasanya jika membayangkan seorang Belanda totok seperti dia jago berpuisi dengan Bahasa Indonesia. Orangtuanya asli Belanda, namun mereka memilih untuk berpindah ke bumi pertiwi setelah mengunjungi Lombok. Mereka jatuh cinta dengan Indonesia untuk pertama kalinya ketika melihat salah satu pantai yang ada di Pulau Lombok. Mereka masih berpacaran saat itu, hingga tiga bulan kemudian mereka memutuskan untuk menikah lalu berpindah ke Jakarta. Setelah dua tahun usia pernikahan mereka dikaruniai buah hati, yaitu Jean.

Sedangkan Jani, gadis jawa yang mengadu nasib di perantauan Jakarta, nekat mengikuti kata hati bahwa ia harus merantau, karna jika tidak, selesailah cerita hidup dia. Iya, dia ke Jakarta untuk bekerja. Bukan karena keluarganya tak mampu dalam ekonomi, tidak, bukan itu. Jani seperti itu karena dia suka tantangan, dia ingin menantang dirinya sendiri apakah ia mampu hidup di kota asing, apakah ia bisa bertahan hidup di tempat yang memiliki persaingan sengit seperti ini. Juga, dia merasa bahwa dia memiliki pengalaman yang minim dalam hidupnya, jadi dia ingin menambah warna baru di tempat yang baru pula. Periang orangnya,agak cengeng, serta sedikit masabodo dengan kata buruk yang orang-orang lontarkan kepadanya, hanya ada satu hal yang membuat ia terpuruk dengan omongan orang, yaitu tentang fisiknya, terutama..warna kulit. Kulitnya sawo matang, seperti orang jawa pada umumnya, tapi satu tingkat lebih gelap dari kebanyakan orang. Ia benci dengan sangat warna kulitnya sendiri, entahlah, dia sukar percaya diri karna gelapnya kulit yang dipunya, juga karna standar kecantikan bajingan itu yang membuat dia jatuh seperti tak mempunyai nilai. Jika ada yang menyinggung soal itu, dapat dipastikan dia akan merenungkan cemooh itu sehari semalam. Betul-betul kau membuang waktu Jan, tapi itulah salah satu kelemahannya. Dia bisa seharian menjadi lesu dan lunglai hanya karena cemooh tak penting itu.

Bagaimana perjalanan Jean dan Jani selanjutnya?

Jean Huntelaar* dibaca; szyang huntelaar. Sesuai Ejaan Belanda