webnovel

Prologue

Gadis berumur 5 tahun itu mengendap memasuki sebuah pintu yang beberapa menit lalu ditemukannya. Langkahnya pelan agar tidak diketahui oleh pemilik rumah. Bukan ingin mencuri, tapi rasa penasaran akan sesuatu membuatnya memberanikan diri untuk mencari tau apa yang terjadi.

Kepalanya menengok ke kanan-kiri, memastikan tidak ada siapapun yang melihat tubuh kecilnya. Setelah dipastikan aman, gadis kecil itu mulai kembali melangkah menuju sudut ruangan. Berhenti untuk memilih pintu mana yang akan dimasukinya. Ada dua pintu dihadapannya. Bibir mungilnya bergumam, lalu memilih masuk pada pintu berwarna abu-abu.

Ceklek

Orang yang berada didalam kamar itu terkesiap saat melihat siapa yang masuk.

"Kamu siapa?" Gadis kecil itu mengernyit lalu mendekat pada seorang anak laki-laki yang duduk dengan memeluk kedua lututnya.

"Kamu.... Nangis?" Anak laki-laki itu menggeleng. Cepat-cepat menghapus air matanya.

"Gak, aku gak nangis. Kamu siapa?" gadis itu mengangguk dengan polos lalu menjulurkan tangan mungilnya untuk disambut anak laki-laki dihadapannya.

"Aku.... Elina." Mata anak laki-laki itu mengerjap dengan polos lalu dengan ragu menyambut uluran tangan gadis kecil itu.

"Kenapa bisa disini? Kamu nyasar?" Elina kecil menggeleng lalu ikut duduk disamping anak laki-laki yang tidak diketahui namanya.

"Aku penasaran aja, orang tua kamu berisik soalnya." Anak laki-laki itu menunduk lalu mengumam dengan pelan.

"Bertengkar ya." Ulang Elina. Meskipun samar dan pelan, Elina kecil masih dapat mendengarnya.

"Pasti Mama kamu nyariin, kamu gak pulang?" Elina kecil menggeleng.

"Mama ya? Mama udah tenang di surga." Mata anak laki-laki itu membulat, lalu mengucapkan maaf.

"Mau main? Aku gak punya teman." Tawar Elina kecil dengan tangan memperlihatkan boneka miliknya.

"Ngomong-ngomong, kamar kamu bagus. Gak kayak punya aku." Elina kecil mengedarkan pandanganya pada seisi kamar anak laki-laki itu. Sangat jauh berbeda dengan miliknya.

"Kamu.... Punya rumah kan?" Elina kecil tertawa, tawa merdu yang pernah anak laki-laki itu dengar.

"Aku punya rumah kok. Tapi rumah Papa."

"Jadi, mau main? Nama kamu?"

"Bryan, namaku Bryan." Bryan, anak laki-laki itu langsung tersenyum melihat Elina kecil. Rasanya dia tidak sendiri.

***

Lalu, besoknya Elina kecil kembali mengendap masuk dalam rumah Bryan. Tujuan hanya satu, bermain dengan Bryan kecil.

"Hai, kamu datang." Elina kecil langsung menaruh dengan sembarang bonekanya, berlari menghampiri Bryan kecil yang duduk bersandar pada kepala ranjang.

"Ini kenapa?"

"Ssttt, bukan apa-apa." Elina kecil tidak akan percaya dengan mudah. Dia juga pernah mengalami seperti ini.

"Bilang sama aku, ini kenapa?"

"Mama, Mama pukul aku." Lirih Bryan kecil.

"Kenapa?" Lalu Bryan kecil mulai bercerita. Sedangkan Elina kecil mendengarnya tanpa memotong.

"Kamu, punya aku. Kamu bisa berbagi apapun denganku." Ucapan Elina kecil membuat Bryan kecil mengangguk dengan sendirinya. Entah karena senyuman atau kalimat Elina kecil, Bryan merasa aman dan tidak lagi peduli dengan pertengkaran orang tuanya. Dia memiliki teman sekarang.

"Mau bermain di luar?" Bryan menggeleng. Dia takut akan amukan Mama dan Papa nya.

"Kalau gitu disini aja." Dan seterusnya seperti itu sampai mereka benar-benar dekat.