webnovel

Pusaka

Satria memiliki banyak kerja paruh waktu selain profesinya sebagai dukun dikarenakan gaji seorang dukun tidak cukup untuk menghidupinya, untuk hari ini dia bekerja sebagai loper koran harian.

Menunggu bergantinya lampu merah menjadi hijau di tengah kemacetan kota yang membuat stress serta asap kendaraan bermotor menjadi keseharian yang Satria alami saat dia bekerja.

"Padahal hari ini bukan shiftku…hah, tapi mau bagaimana lagi."

Pekerjaan tetaplah pekerjaan tidak mudah untuk menolak pekerjaan yang sudah diserahkan padamu.

Lampu lalu lintas sudah berubah hijau, Satria menarik gas sepeda motornya.

Jalanan kota yang penuh dengan orang-orang membuat kota ini terasa sesak, bau asap kendaraan memenuhi udara kota, pekerja yang berlarian mengitari kota seperti sudah menjadi kebiasaan, begitulah yang Satria pikirkan.

Untuk pekerjaan kali ini dia harus mengantar koran di beberapa toko di distrik timur.

Menjengkelkan sekali ketika dirimu yang seharusnya bisa beristirahat hari ini tetapi harus masuk kerja. Tapi jika dia tidak bekerja maka dia tidak akan dapat bayaran, dan jika tidak dapat bayaran bagaimana dia bisa menghidupi dirinya sendiri.

Mau tidak mau dia harus melakukannya, semua itu untuk bertahan hidup.

"Terimakasih banyak sudah berlangganan koran kami!."

Begitulah yang Satria ucapkan setelah menyelesaikan dan mengantarkan barang yang dipesan kepada pelanggannya, dia terus melakukan itu sampai semua toko yang menjadi target langganannya menerima barang yang mereka inginkan.

Barang itu adalah koran harian.

Mengelilingi hampir semua toko di distrik timur, Satria tidak sadar jika dia hampir menyelesaikan pekerjaannya.

Tiba-tiba Satria merasakan adanya kemunculan siluman disekitarnya.

Saat dia memalingkan pandangannya nampak kehadiran dukun di dekatnya sedang melakukan tugasnya.

Dukun bukan hanya dirinya saja, populasi dukun tidak begitu sedikit.

Penyebutan ketidaknormalan atau keganjilan menjadi fenomena yang sudah berlangsung sejak lama.

Dunia gaib, sebuah tempat yang berseberangan dengan dunia manusia dimana mereka tinggal, tempat itu dihuni oleh makhluk gaib yang menamai diri mereka sebagai siluman.

Siluman sebutan makhluk yang tinggal di dunia gaib itu sering melewati batas tempat mereka berasal, datang lalu mengusik, mengganggu bahkan mengancam manusia.

Merasa muak dengan keberadaan siluman pengganggu, beberapa manusia mengangkat senjata untuk melawan keberadaan yang mengganggu kehidupan manusia yang terbalut dengan darah mereka sendiri.

Mempertahankan batas antara dunia manusia dan dunia gaib menjadi tugas yang harus di lakukan.

Orang-orang yang menjaga batas itu menyebut diri mereka sebagai dukun.

Hari mulai terasa panas, karena sudah memasuki pukul 12 siang. Bagi pekerja saat ini sudah waktunya istirahat siang.

Kurang 5 toko lagi yang harus Satria datangi, dia bergegas menyelesaikan pekerjaanya.

Menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin adalah gaya Satria.

"Terimakasih banyak sudah berlangganan koran kami!."

Mengucapkan itu sekali lagi, akhirnya pekerjaan Satria telah selesai.

Dengan memanfaatkan waktu istirahatnya Satria pergi ke minimarket terdekat untuk membeli makan siang. Dia makan ditempat yang disediakan minimarket untuk menyantap makan siangnya.

"Akhirnya sudah selesai... aku akan meminta uang lembur besok ke bos."

Menyantap nikmat bekal makan siang yang barusan dia beli, Satria tidak berhenti untuk terus mengunyah hingga mulutnya bergerak seperti hamster saat memakan makanannya.

Tidak perlu waktu yang lama bagi Satria untuk menghabiskan makan siangnya, dia terkenal sangat lahap ketika berurusan dengan makanan.

Setelah bekal makan siangnya habis dia membuang bungkusan tersebut ke tempat sampah.

Keesokan harinya Satria datang ke tempat yang familiar bagi dukun.

Satria memanaskan sepeda motor tuanya yang berkarat karena tidak memiliki cukup uang untuk membeli sepeda motor yang lebih bagus dan trendi sesuai zaman.

"Aku pikir sudah saatnya aku membeli motor baru deh."

Kata Satria sambil menghela napas panjang.

Satria menarik gas motornya dan mulai pergi dari kediamannya. Tempat yang ingin Satria tuju hari ini bernama Jaadoogar, tempat memenuhi kebutuhan mereka yang berprofesi sebagai dukun, adapun jarak tempat tersebut sekitar 10 km dari tempat Satria berada saat ini.

Jalanan yang sepi di hari minggu memudahkannya untuk sampai lebih cepat daripada biasanya, Satria menaikkan kecepatan motor tuanya.

Daerah pertokoan menjadi tujuan Satria, barisan bangunan tempat melakukan jual beli yang sering didatangi oleh warga sekitar. Dari deretan pertokoan nampak toko yang memiliki bangunan cukup tua, secara keseluruhan toko itu mencolok jika dilihat lebih dekat.

Bangunan yang hampir seluruh pondasinya terbuat dari kayu, atap toko dengan gaya kuno.

Bukan hanya itu saja dari luar terlihat bagaikan bangunan yang angker hingga sering anak kecil jalan melewati atau bahkan tidak berani datang ke toko ini. Memang toko ini bukan untuk masyarakat umum melainkan tempat yang dibutuhkan oleh dukun di kota ini.

"Permisi aku datang untuk membersihkan pusakaku, halo…ada orang disini."

Satria membuka pintu toko yang desainnya sangat berbeda dari kebanyakan toko lain.

Berada didalam toko itu Satria menemukan berbagai aksesoris yang kental akan nilai-nilai supranatural, karena memang tempat ini adalah tempat peralatan dukun.

Mendengar ada yang membuka pintu toko, seorang pegawai toko menyambut kedatangan Satria.

"I-iya ada aku disini, se-selamat datang, huaaa…a-aduh."

Sambutan yang diterima Satria datang dari gadis yang baru saja jatuh saat mengambil sesuatu dari lemari tinggi didekatnya.

Dia terjatuh karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dengan tangga yang digunakan. Kurang lebih dia tidak memiliki kontrol yang baik dalam mengerakkan persendiannya yang berakibat pada kecerobohan dirinya.

"Kau baik-baik saja, apa perlu aku bantu?."

Gadis itu tertimbun buku-buku mantra yang ada di toko tersebut, dan sepertinya cukup sakit kejatuhan buku yang tebalnya kurang lebih 15-25 cm.

"A-aku baik-baik saja, anda tidak perlu khawatir. Hehehe…"

Gadis itu masih bisa tersenyum meski merasakan sakit disekujur tubuhnya.

"Oke… aku baru pertama kali melihatmu disini, kamu pegawai baru disini, ya?."

"Benar sekali, saya pegawai baru disini. Nama saya Sasha Saraswati, terimakasih sudah mampir ke toko kami, ada yang bisa saya bantu?."

Dia memperkenalkan dirinya kepada Satria, bisa terlihat dia merupakan orang yang sopan.

"Saraswati? Ah mungkinkah kamu kerabat madam?!."

"Iya saya keponakan beliau, anda kenal dengan bibi saya?."

"Bisa dibilang kalau aku pelanggan tetap tempat ini."

Ketika mendengar bahwa pelanggan pertamanya adalah pelanggan tetap, gadis itu bertingkah kikuk takut jika pelanggan tetap bibinya pergi karena ulahnya yang kurang sopan.

Menyambut pelanggan namun memperlihatkan insiden yang memalukan.

"Ma-maafkan ketidaksopananku, aku mohon anda tetap menjadi pelanggan tetap disini. Anda tau kalau tempat ini jarang didatangi, itu menyebabkan pendapatan kami berkurang. Aku mohon jangan pergi dari toko kami, kumohon dengan sangat."

Sepertinya gadis yang ditemui Satria kali ini memiliki perasaan khawatir berlebihan, bisa juga ini termasuk salah satu sindrom.

"Tenang saja aku tidak akan lari, di tempat ini aku bisa mendapatkan pelayanan dengan harga murah mana mungkin aku pergi dari tempat sebagus ini."

Sasha langsung gembira mendengar bahwa Satria masih akan menjadi pelanggan tetap di toko ini. Wajahnya langsung gembira, terlihat dari senyuman lebar yang tulus bagaikan anak kecil polos dan mata besar yang berkilauan bagaikan bintang-bintang kecil.

"Terimakasih banyak! Kami akan melayani anda dengan semaksimal mungkin, tidak kami akan layani anda secara gratis."

"Kalau kamu mengratiskan semuanya, bisa-bisa toko kalian malah akan bangkrut."

"Ah…anda benar, saya tarik ucapan saya tentang gratis. Meski tidak gratis jangan pergi, aku mohon."

Sasha benar-benar gadis kikuk meski dia cukup manis dengan wajah bulat dan rambut pendek. Mata besarnya menambah keimutan untuk gadis seusianya, bukan hanya itu lingkar pinggangnya sangat ramping.

Tapi sayang dia memiliki payudara kecil.

"Jadi kau bisa membersihkan pusaka bukan?."

"Te-tentu saja aku bisa melakukan itu, jangan meremehkanku."

"Maaf saja tapi kesan pertama yang aku lihat saat melihatmu adalah kau orang yang ceroboh."

Sindiran itu mengenai perasaan Sasha sebagai gadis yang polos.

Memang bukan menjadi fakta yang terbantahkan saat dirimu melihat kekonyolan yang dilakukan oleh seseorang. Tentu saja pandangan orang akan ragu dan khawatir tentang apa yang akan orang itu lakukan.

"Anda tidak perlu khawatir tentang itu, ketika aku melakukan pembersihan pusaka kau akan menarik kembali kata-katamu itu. Maaf bolehkan aku tau nama anda, agak tidak sopan bila aku tidak mengenal nama pelanggan tetap disini."

"Benar juga aku lupa menyebut namaku, Satria Mahesha itu namaku."

Setelah menyebutkan namanya, Satria langsung memberikan pusaka miliknya untuk dibersihkan.

Pembersihan pusaka dilakukan dengan air khusus yang digunakan untuk menghilangkan bercak atau noda siluman pada pusaka milik dukun.

Air yang digunakan sebagai pembersihan, berasal dari danau pegunungan yang suci.

Pusaka yang sudah direndam dalam air suci kemudian dicelupkan jimat untuk mengaktifkan kekuatan air suci.

Jimat itu langsung mencair ke dalam air hingga bentuk dari jimat itu sudah menyatu dengan air suci.

Pada saat itu juga noda atau bercak noda siluman hilang permanen.

Bau dari siluman pun juga hilang seketika itu juga.

Sasha mengambil pusaka yang sudah terendam tersebut lalu menaruhnya di altar kecil sebagai penyucian pusaka.

Pada saat itu Satria benar-benar takjub melihat apa yang Sasha lakukan, dia benar-benar tidak terlihat seperti amatiran dalam melakukan hal tersebut, Satria menarik kata-katanya jika Sasha orang yang agak ceroboh melakukan tugasnya dengan benar.

Sasha kemudian mengambil kuas lalu mencelupkannya ke dalam tinta, Sasha menuliskan beberapa huruf aksara kuno di sekitar altar kecil tersebut.

Dia begitu lihai dalam menggunakan kuas tersebut, tulisan yang dia tulis cukup rapi dan indah untuk dilihat.

Kuas itu bagaikan bagian dari dirinya sendiri, dia bisa memunculkan estetika tinggi saat menuliskan aksara kuno.

Penyucian dilakukan dengan membacakan mantra.

[Jiwa adalah sebuah cermin bening tak kasat mata dalam diri,

Tubuh adalah debu di atasnya yang mewadahi kehidupan,

Pusaka adalah berkah dari ilahi untuk semua manusia

Dan dengan kekuatan suci, mereka membersihkan kutukan dari iblis.]

[Yaatana]

Kejadian yang mungkin jarang bisa dilihat oleh orang-orang pada umumnya, tapi bagi tabib ataupun dukun tentu saja sering melihat hal ini karena mereka bekerja untuk memurnikan keganjilan.

Cahaya keluar dari altar kecil yang digunakan sebagai tempat penyucian, seperti sinar yang turun dari langit untuk memberikan keselamatan bagi semua makhluk hidup.

Pembersihan pusaka sudah selesai dilakukan, Sasha mengembalikan pusaka kepada pemiliknya.

"Pusaka milik tuan Satria sudah selesai."

Satria berdiri dari kursi yang kurang lebih 15 menit dia duduki.

"Akhirnya selesai juga, jadi totalnya berapa?."

"Semuanya 800.000 termasuk pajak, hehehe…"

Satria menyerahkan uangnya, dompet Satria penuh karena dia sudah mendapat bayaran dari asosiasi.

Setiap dukun yang sudah melakukan pemurnian akan dibayar tergantung kondisi yang mereka hadapi kali ini.

Uangnya akan langsung otomatis masuk rekening dukun terkait.

"Ini uang kembaliannya."

Sasha menyerahkan uang kembalian kepada Satria

"Untukmu saja, anggap saja tip dariku."

"Benarkah, makasih banyak tuan Satria."

"Jangan memanggilku tuan, itu terkesan aku menyombongkan diri."

"Anu…kalau begitu bapak Satria, ah tidak pak Satria saja…erm anda tidak terlihat tua-tua amat sih dan kurang keren kalo aku manggilnya seperti itu…umur anda berapa?."

"Eh aku, 21."

"Yang bener tapi kupikir anda umur 27, panggilan yang cocok untuk anda bang Satria saja bagaimana? Karena sudah memberikan tip aku akan beritahu juga umurku juga, aku masih 18, hehehe."

"Aku tidak perlu tau umurmu."

"Heh?! Tapi bukankah pria ingin tau tentang umur gadis muda."

"Tidak semuanya seperti itu, ohya dimana madam sekarang daritadi aku tidak melihatnya."

"Bibi sedang keluar, katanya dia mendapat panggilan dari beberapa klan di kota ini untuk menyuplai beberapa jimat."

Madam Saraswati merupakan tabib terkenal, dia banyak membantu dukun dalam memurnikan keganjilan.

Tidak jarang karena kemampuannya yang cukup hebat dia bisa memiliki citra kuat.

Selain itu jika kau memiliki citra kuat akan sangat membantu dalam berbisnis, seperti yang madam lakukan saat ini.

Dia menyuplai banyak keperluan bagi dukun.

"Bang Satria, klan apa yang kamu ikuti?."

Pertanyaan pribadi mulai terlontar dari mulut Sasha.

"Aku ikut klan Kartanegara."

"Hebat, tidak banyak orang yang bisa menjadi dukun dari klan itu. Bagaimana bang Satria bisa direkrut klan tersebut?."

"Dengar ya jangan terlalu mengusik urusan pribadi seseorang, itu kurang sopan."

"Ah, aku minta maaf."

Satria mengambil barang miliknya dan keluar dari toko.

"Kalau begitu aku pergi dulu."

"Te-terimakasih banyak sudah mampir ke toko kami."

Satria menutup pintu toko dengan perlahan dan elegan, dia pergi untuk melanjutkan aktivitasnya.

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Miraii_99creators' thoughts
Next chapter