webnovel

Romeo to Jasmine

Om Eo: Lagi sama Jasmine?

"Em …, Yash." Cindy hampir menyentuh bahu Jasmine.

"Males buat buka chat dia," sahut Jasmine tanpa menoleh, membuat Cindy tak lagi menjawab.

Cindy mengangguk paham dan langsung memberi balasan ke pesan yang baru masuk tersebut. Lagi-lagi dengan cepat sebuah balasan kembali masuk. Romeo, anak laki-laki yang mengirimi Cindy pesan tersebut pun bertanya mengapa Jasmine tak membuka pesannya. Cindy mengembuskan napas pelan dan mengulangi kembali pesan balasannya yang ia kirim pada anak tersebut, namun kali ini dengan menggunakan huruf kapital dan juga tanda seru pada satu kata tersebut.

Cindy: SABAR!!

Om Eo: Si anjir, gue kan jadi khawatir

Gambar langit dengan hamparan awan putih beserta matahari cerah dan juga burung-burung yang sedang terbang, membuat Romeo tahu jika tempat yang Cindy datangi adalah kamar Jasmine. Bukan karena Romeo yang sengaja mengulik semuanya tentang Jasmine hingga kehidupan pribadinya, hanya saja ia dengan aktifnya selalu melihat update story di beberapa media sosial Cindy untuk mengetahui aktifitas Jasmine. Romeo tak bisa melihat apa pun update milik Jasmine, karena ia sudah sangat sering diblacklist oleh gadis tersebut di banyak media sosialnya.

Cindy berdecak melihat balasan Romeo yang dengan sangat cepatnya kembali masuk ke ponselnya. Ia lantas bergumam dengan kesal dan mengetikkan sesuatu ke ponselnya. Hampir saja ia mengirimkan umpatan kasar pada Romeo, saat suara sahabatnya membuat ia urung untuk melakukannya.

"Lo mending cuekin dia aja, deh. Nggak usah bantu dia apa-apa. Gue tetep nggak suka, kok." Jasmine mengatakannya dengan mulai kembali menelentangkan tubuhnya, menghadap ke langit-langit kamar.

Cindy mendengkus pelan dan mengiyakannya. Ia langsung menghapus pesan yang tadi hampir ia kirim ke Romeo. Namun, kendati demikian, gadis dengan tubuh pendek tersebut tetap saja sering membantu Romeo untuk mendekati sahabatnya secara diam-diam.

***

Jasmine dan Cindy telah sampai di tempat parkir sekolah. Jasmine langsung turun dan melepas helmnya, sementara Cindy yang berada di jok penumpang pun hanya diam dan melepaskan helmnya dengan santai. Tanpa mengatakan apa pun, gadis berambut panjang nan bertubuh tinggi itu pergi meninggalkan sahabatnya begitu saja.

Cindy berteriak meminta Jasmine agar menunggunya sejenak, namun gadis itu hanya terus berjalan dan ikut berteriak mengatakan jika dirinya memiliki jadwal piket kelas hari ini.

"Ya elah, piket doang juga," gerutu Cindy dengan kesal.

Jasmine dengan langkah besarnya langsung menuju ke kelasnya. Sekolah masih cukup sepi dengan hanya ada satu anak di kelas Jasmine. Ia menaruh tas di atas meja dan menuju ke belakang kelas untuk mengambil sapu dan juga pengki, namun tak ia jumpai di sana.

Gadis dengan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai tersebut langsung menoleh ke arah temannya yang sedang tidur di bangku tersebut. Jasmine mendekati gadis dengan buku yang menutupi wajahnya itu dan membangunkannya perlahan, hingga gadis itu bangun dan membuat buku yang menutupi wajahnya terjatuh dari meja ke lantai.

"Anu …, Rachel. Sapu sama pengkinya kok nggak ada, ya?" tanya Jasmine dengan hati-hati.

Gadis yang baru bangun tersebut membuka matanya perlahan dan mengerang melihat Jasmine yang ada di hadapannya. "Akh, Jasmine. Gua baru juga tidur, tadi malem begadang buat ngerjain PPT yang disuruh sama pak Brian," rengeknya dengan raut wajah kesal seperti anak kecil.

Jasmine yang melihat hal tersebut pun langsung merasa bingung dan jadi tak enak hati pada temannya tersebut. "Maapin," jawab Jasmine ikut merengek karena merasa tak enak hati pada Rachel.

"Tadi dibawa sama anak IPA-1, dipinjem katanya." Rachel mengatakannya dengan kembali merebahkan kepalanya dan menutup wajah menggunakan buku.

Jasmine tersenyum dan berterima kasih. Dengan cepat ia keluar kelas dan langsung berhenti tepat sebelum sampai depan koridor kelas yang dimaksud Rachel tadi, IPA-1. Gadis dengan tubuh tinggi juga rambut panjang diurai tersebut mulai teringat sesuatu. Ia terdiam sejenak dan mulai bimbang untuk mengambil sapu dan pengki tadi atau kembali ke kelas saja. Jasmine mulai berpikir ia akan meminjam sapu dan peralatan bersih-bersih di kelas lain saja, namun ia langsung ingat pula peraturan kelasnya yang mengatakan siswa piket harus tahu dan menjaga investasi kelasnya.

Pada akhirnya Jasmine berdecak kesal dan melanjutkan jalannya menuju ke kelas IPA-1 dengan pelan. Ia menarik napas panjang dan bersiap memasuki pintu kelas tersebut, saat tiba-tiba saja seseorang keluar dari dalamnya dan membuat Jasmine terkejut hingga hampir terjengkang ke belakang. Beruntung gadis itu dengan sigap mengulurkan tangan, dan anak yang membuatnya terkejut juga sigap meraih tangan gadis itu.

Jasmine kembali berdiri tegak setelah anak laki-laki di hadapannya menarik tangannya. Jasmine tersenyum sekilas dan berujar terima kasih dan dijawab oleh si anak laki-laki yang membuatnya hampir terjengkang.

"Em …, kata Rachel sapu sama pengki kelas dipinjem anak sini, ya?" Jasmine mengatakannya dengan tatapan yang tak teratur. Kadang ke arah anak tinggi dengan rambut berantakan tersebut, kadang juga ke arah lain.

Anak laki-laki itu tersenyum sangat lebar dan mengangguk dengan semangat. "Ada di dalem," jawabnya.

"Oh, gua ambil, ya."

Jasmine hampir melewati anak itu di pintu saat tiba-tiba saja ia meraih pergelangan tangan Jasmine begitu saja. Gadis dengan rambut panjang yang diurai itu kontan membalikkan badan dan menepis tangan Romeo dari tangannya sendiri. Ia mengangkat alisnya dan menatap Romeo dengan kesal.

"Sorry, Jas. Cuman mau nanya aja, kok nggak baca pesan gue kemarin?" tanya Romeo dengan mengusap tengkuk lehernya yang tak terasa gatal.

Jasmine menghela napas pelan dan melengoskan pandangannya. 'Gue kira apaan,' batinnya merasa heran dan terkejut. "Oh, lo kirim pesan? Gue nggak tau soalnya," jawabnya dengan senyum hambar dan suara yang sedikit lirih.

Romeo kontan melotot dan ikut tersenyum dengan sangat lebar. "Nanti gue kirim pesan lagi, ya. Seenggaknya baca dong kalo nggak mau balas," ujarnya dengan riang. "Atau boleh gue telpon aja, nggak?"

"J-jangan," sahut Jasmine dengan cepat.

"Kenapa, Jas? Gue nggak bakal ganggu lo kalo lagi belajar, kok." Romeo terlihat sedikit bingung. "Gue telponnya pas lo senggang aja."

'Anjir, kenapa gue nggak bisa bilang biar dia pergi aja, sih?' batin Jasmine merasa kesal pada dirinya sendiri. 'Gue pengen ngatain dia juga!'

"Em …, g-gue kalo di rumah sibuk bantu toko kue mama." Akhirnya Jasmine mengeluarkan sebuah alasan. "Jadi nggak sempet deh, buat main-main sama hape," lanjutnya dengan senyum yang ia paksa agar terlihat semanis mungkin.

Romeo terlihat takjub dengan membuka mulutnya. Ia langsung mengangguk dan berkata jika ia hanya akan mengirim pesan saja pada Jasmine. "Tapi nanti lo baca ya, Jas. Dibaca aja, nggak dibales nggak apa-apa, kok," lanjutnya dengan penuh harap.

'Jas-Jas pale lo kek jas hujan.' Jasmine tersenyum sangat ramah dengan hati yang tengah mengumpati Romeo. "Btw, lo tau kan, kalo J di nama gue dibaca Y?"

"Tau, kok. Biar beda dari orang lain aja, kayak panggilan sayang gitu, loh."

*****

Kamar Tukang Halu, 10 April 2022

Next chapter