1 Girl With A Million Men

"Aku tuh, nggak tau ya, Yash."

Gadis rambut pendek yang tengah tengkurap tersebut mulai bercerita. Mata dan tangannya masih lekat pada ponsel yang ia pegang. Sementara gadis yang ia ajak bicara hanya menatapnya dengan tatapan datar, bersabar menunggu kelanjutan cerita kawan baiknya tersebut.

"Kayaknya si Daniel ini suka sama aku, deh." Gadis itu mengatakannya dengan ekspresi yang sedih.

"Daniel itu yang mana?" tanya gadis bertubuh tinggi dan ramping itu. Ia terlihat kebingungan saat mendengar nama anak laki-laki lain dari sahabatnya.

Cindy, si gadis rambut pendek, mendongak menatap Jasmine yang tengah duduk bersila menghadapnya. Ia mengembuskan napas panjang dan langsung ikut duduk bersila menatap jasmine. Ditaruhnya ponsel yang sedari tadi lekat di tangan juga matanya tersebut.

"Yang kemarin aku bilang itu, loh." Cindy terlihat kesal karena Jasmine tak tahu siapa Daniel yang Cindy maksud.

"Yang mana?" Jasmine semakin mengerutkan kening, heran dengan Cindy yang setiap harinya selalu menceritakan nama lain padanya. "Orang lu ceritanya banyak banget," lanjutnya, ikut kesal pada Cindy.

Cindy berdecak dan menarik bantal yang ada di samping Jasmine. Gadis dengan tubuh yang lebih pendek dari Jasmine tersebut mulai kembali mengulang ceritanya perihal Daniel, salah satu gebetannya. Dikatakannya bahwa Daniel adalah anak kelas dua belas IPS-3, juga seorang anggota OSIS periode yang telah lewat. Jasmine hanya mengangguk mendengarkan cerita Cindy. Ia sedikit bosan, tapi merasa jika ia akan semakin bosan kalau sedang sendiri tanpa adanya Cindy.

Jasmine mengangguk paham saat Cindy menyelesaikan ceritanya mengenai Daniel yang sempat menolongnya ketika Cindy terpeleset di koridor depan koperasi.

"Yang Daniel ini pacar lo?" Dengan polosnya Jasmine menanyakan hal tersebut.

"Ish! Bukan, Yash!"

Klung! Mettegi wattayeo~

Semula Cindy tampak geram pada Jasmine, namun mendengar ponselnya berbunyi ia langsung mengabaikan Jasmine dan meraih benda pipih tersebut dengan sangat cepat. Gadis tinggi berambut panjang yang melihatnya hanya diam dengan memanyunkan bibir, ingin mengamuk karena Cindy justru langsung mengalihkan perhatiannya pada ponsel.

"Terus pacar lo yang mana?" tanya Jasmine, mencoba menarik kembali perhatian Cindy dari ponselnya.

"Hah?" Wajah Cindy menoleh ke Jasmine, namun tidak dengan mata dan pandangannya.

Jasmine berdecak lirih. "Pacar lo tuh yang mana? Kemarin lo bilang si Bobby lagi deketin lo, lima hari yang lalu si Rama yang ajakin lo jalan, Bulan lalu juga lo bilangnya Jihan ajakin lo dinner. Eh! Sekarang tiba-tiba aja malah bahas Daniel." Akhirnya Jasmine mengutarakan isi hatinya.

Bukannya mendengarkan dan menjawab ucapan sahabatnya, Cindy justru tampak cekikikan menatap layar ponselnya dan mengabaikan Jasmine begitu saja. Melihat sikap yang sudah sangat ia duga akan keluar dari Cindy, Jasmine hanya memutar bola matanya dengan malas dan mendengkus pelan.

Gadis dengan rambut panjang itu menoleh ke nakas dan menatap ke arah ponselnya. Diraihnya benda pipih yang sedari kedatangan Cindy tak ia sentuh tersebut. Dengan malasnya ia membuka aplikasi chat dan mendapati banyak pesan dari satu anak laki-laki yang hampir setiap hari mengiriminya pesan.

Jasmine menggeleng kuat dan mendesis kesal secara bersamaan. Mendengar desisan kesal sahabatnya, Cindy menoleh ke Jasmine dan bertanya sampai mana mereka bercerita.

"Dah sampek Amrik," jawab Jasmine dengan kesal.

Cindy terkekeh pelan dan bertanya apakah Jasmine tadi menanyakan soal kekasihnya. Jasmine menggeleng kesal dan menaruh ponselnya di atas bantal di belakangnya. Cindy terkekeh dan mengatakan jika dirinya masih menjalin hubungan baik dengan kekasihnya yang berada di luar kota. Mendengar hal itu, Jasmine melongo tak percaya dan menatap Cindy dengan raut wajah yang aneh.

"Maksud lo Andre? Si narsis yang sering lo bilang toxic itu?" Jasmine terlihat memastikan sesuatu.

Cindy mengangguk dengan senyum manisnya. "Kok lu bilang dia toxic, sih? Dia tuh baik, cuman kadang agak ngeselin aja," ujarnya membela kekasihnya yang berada jauh darinya.

Jasmine mengatakan jika Cindy sudah hampir tak membicarakannya dalam waktu satu bulan terakhir. Namun, mengapa gadis dengan rambut pendek ikal tersebut masih menjalin hubungan dengannya. Padahal Jasmine pikir Cindy sudah putus dari Andre, mengingat Cindy pernah bercerita bagaimana Andre memperlakukannya dengan sangat buruk selama berpacaran.

Cindy langsung memulai kembali ceritanya setelah sebuah pesan kembali masuk ke ponselnya. Ia menunjukkan layar ponselnya pada Jasmine, dan mengatakan jika seseorang yang isi pesannya ia spoilerkan pada Jasmine tersebut terus saja mengiriminya pesan dan mengajaknya untuk pergi menonton film bersama. Gadis itu bercerita dengan mulai memakan ciki rasa cokelat yang berada di nakas dekat jasmine.

Jasmine menaikkan alisnya dan bertanya, "Daniel?"

Cindy menggeleng cepat. "Bukan. Si Ocit anak IPA-1," jawabnya dengan mengunyah ciki dalam mulut.

'Ni anak kapan tobatnya, sih?' batin Jasmine merasa heran dan sedikit takut dengan sahabatnya yang memiliki cukup banyak gebetan.

"By the way, Romeo kayaknya masih suka sama kamu ya, Yash?" tanya Cindy di sela kunyahan ciki dalam mulutnya.

Jasmine melengos dan menggeleng. Gadis itu tampak mulai tak tertarik dengan topik obrolan Cindy. Ia langsung merebahkan tubuhnya dan membuka permainan pada ponsel, tak lagi ingin mengobrol dengan Cindy karena tahu jika sahabatnya akan mulai membesar-besarkan obrolan mengenai anak laki-laki yang tadi ia sebutkan.

Cindy menelan makanan dalam mulutnya dan menatap Jasmine. Dengan kembali memasukkan ciki ke dalam mulut, Cindy bertanya apakah Jasmine tak sedikit pun memiliki perasaan pada anak laki-laki yang ia sebutkan tadi. Jasmine tampak tak peduli dan langsung membalikkan tubuhnya untuk membelakangi Cindy tanpa mengatakan apa pun.

"Ih, Yash!" Cindy yang kesal pun mulai menggoyangkan tubuh Jasmine, membuat gadis tinggi tersebut merasa sedikit gerah dengan sahabatnya. "Kasian tau si Romeo ngejar elu terus," lanjutnya dengan raut wajah sedihnya.

Jasmine berdecak dan menyingkirkan tangan Cindy dari pinggulnya. Ia tak lagi merasa kesepian jika sahabatnya tersebut pulang sekalipun, karena untuk alasan apa pun ia tak ingin membicarakan anak laki-laki yang sahabatnya sebut tadi.

Cindy yang telah diabaikan pun langsung mendengkus pelan dan mulai memakan ciki yang ia pegang hingga habis. Setelahnya, ia ikut merebahkan diri di samping Jasmine dan menatap langit-langit kamar Jasmine yang penuh akan gambar bunga. Gadis bertubuh pendek itu masih saja merasa takjub melihat gambar-gambar yang ada di atasnya.

"Kamu masih suka gambar, Yash?" tanyanya, sembari mengambil ponsel dan memotret langit-langit kamar yang tengah ia tempati.

"Ya," jawab Jasmine dengan cueknya. Ia hanya terus bermain game di ponsel dan berkali-kali menggeser layar karena adanya pop up pesan yang masuk.

Cindy melirik sekilas dan heran dengan jawaban singkat Jasmine. Ia mengatakan jika dirinya tak akan lagi membahas soal Romeo dan Jasmine tak perlu mengabaikannya sampai demikian. Namun, gadis dengan rambut panjang tersebut hanya mengendikkan bahu merasa tak peduli. Cindy pun berdecak dan mulai mengupload potret langit-langit kamar Jasmine tanpa caption apa pun.

Tak berselang lama, sebuah pesan masuk ke ponsel Cindy dan membuat gadis tersebut spontan menoleh ke arah sahabatnya yang tengah tidur dan membelakanginya.

Om Eo: Lagi sama Jasmine?

*****

Kamar Tukang Halu, 06 April 2022

avataravatar
Next chapter