10 Tidur di ICU

Andre mendaratkan sebuah kecupan ringan di bibir meri. Merasakan hal itu, meri hendak mengambil masker mata alami buatannya itu sebelum tangannya berhasil menjangkau masker, andre sudah lebih dulu menahan tangan meri hingga pada posisi merentangkan tangannya.

"diam saja di tempat" andre kembali mencium meri dengan penuh gairah, meri berusaha melepaskan kedua tangannya dari cekalan andre. "kenapa selalu melawanku, kau memang keras kepala dari dulu tapi jadilah gadis baik sebentar saja. Posisi sekarang lebih mirip aku memperkosamu" ujar andre sedikit kesal.

"kau tidak perlu merasa begitu, aku hanya belum siap. Sikapmu ini membuatku membayangkan kau dengan wanita lain bukan denganku" meri menarik tangannya yang sudah dilepaskan andre kemudian menyingkirkan masker teh di matanya. Menarik tubuhnya agar duduk berhadapan dengan andre.

"aku hanya perlu waktu. Bisakah kau menunggu?" meri merasa bersalah dengan pikirannya yang selalu membayangkan apa yang dilakukan andre dengan teman kencannya dulu.

"aku sudah menunggu selama tiga tahun. Apa itu masih kurang lama?" balas andre menatap meri dengan dalam.

"aku baru tahu tentang masa lalumu sekarang. Jadi setidaknya beri aku waktu untuk bisa menerimanya"

"baiklah. Aku ada janji dengan seseorang. Selama aku pergi, gunakan waktumu sebaik-baik mungkin untuk menerima semuanya"

"apa aku boleh keluar?"

"tidak"

"aish" desis meri kecewa kemudian menjatuhkan tubuhnya di kasur.

andre segera bangkit dan bersiap-siap untuk pergi. " meri, masa laluku bukanlah suatu hal yang bisa ku ubah" ujar andre sebelum meninggalkan meri yang termenung memikirkan kalimat itu.

Ditempat lain andre sudah memasuki sebuah club terkenal dikota bali. Setelah menunjukkan sebuah kartu kepada petugas keamanan, andre di bawa menuju sebuah ruangan di lantai dua.

"kau datang" kata seorang pria yang melihat andre masuk di antar dua petugas keamanan. "kalian boleh pergi" pria itu memberi kode melambaikan tangan mengusir kedua pengawal itu.

"apa kau mengetahui sesuatu?" andre bersandar di sofa tak jauh dari tempat duduk pria itu.

"tentu, tak butuh waktu lama untuk mengetahuinya"

"katakan padaku siapa dia?" tanya andre

"dia hanya pria biasa yang kebetulan lewat didepan hotelmu"

"berarti ada yang menyuruhnya" balas andre.

"binggo. Analisamu dari dulu tidak mengecewakan"

"apa kau mencari tahu lebih jauh lagi?"

"tentu saja. Ini pertama kalinya kau meminta bantuanku maka aku tidak akan mengecawakanmu. Dia disuruh seorang pria yang dia temui di depan hotel. Pria itu hanya kurir biasa dari sebuah perusahaan ekspedisi. Saat aku melacak si pengirim paket, itu adalah seorang perempuan"

"apa itu perempuan yang dia temui" batin andre mencoba mengingat perkataan meri tadi pagi.

"perempuan itu berusia sekitar 40 tahun" sambung pria itu, membuyarkan pemikiran andre yang mengira itu adalah kakak tiri meri. "tapi ada hal yang ingin ku tanyakan" pria itu menatap andre.

"katakan"

"meriana rezky, siapa wanita itu? Apa dia pacarmu?" tanya pria itu dengan penuh semangat.

"hemm. Bukan pacar. Dia wanitaku" jawab andre santai dengan senyum terlukis di sudut bibirnya.

"apa maksudmu kau akan menjadikannya pendamping mu?" tanya pria itu lagi.

"tentu"

"apa kau tahu mengenai keluarganya?"

"aku tahu semua yang perlu ku ketahui tentangnya"

"lalu apa dia tahu tentangmu?"

"apa menurutmu aku akan memberitahunya?" andre membalas dengan melemparkan pertanyaan. Mereka saling tatap sejenak, kemudian pria itu membalas dengan gelengan kepala. "jangan beritahukan siapapun mengenai kedatanganku, termasuk orang yang saat ini sedang kau pikirkan untuk mengabarinya" sambung andre.

"kau semakin cerdas ternyata. Baiklah aku akan bungkam mengenai kedatanganmu tapi ada satu hal yang belum ku katakan"

"apa?"

"hadiah itu di beli di sebuah toko perhiasan terkenal di kota ini. Dan itu sangat mahal. Desainnya yang tergolong unik dan limited edition membuat clara gampang melacak paket itu. Awalnya aku ingin acuh, tapi mengetahui bahwa pengirimnya sangat profesional dan tak ingin diketahui identitasnya serta mengajak perusahaan ekspedisi untuk terlibat maka sudah kupastikan dia adalah orang yang berpengaruh. Mendengar pengirimnya adalah wanita tua aku berpikir bahwa itu mungkin keluarga meriana, jadi aku mencari tahu mengenai keluarganya. Dan aku terkejut mengetahui identitasnya yang luar biasa. Ntah bagaimana dia bisa menyembunyikan identitasnya serapat itu"

"kau terlalu berbelit-belit boy, katakan intinya. Aku harus segera kembali ke hotel"

"baiklah. Pengirim itu bukan keluarga meriana. Jadi aku melacak paket itu bukan melacak pengirimnya. Di bali produk itu baru laku 2 buah. Satu milik clara dan yang satunya dibeli atas nama kakakmu"

"bagaimana kau bisa tahu?"

"kau sepertinya meremehkan relasi clara. Dia pebisnis kosmetik dan perhiasan terkenal di sini. Jadi tidak sulit baginya mengetahui pelanggannya sendiri"

"apa maksudmu clara pemilik toko perhiasan itu?" tanya andre.

"binggo, kemarilah, aku punya kejutan lain untuk mu"

Andre menghampiri boy yang kemudian memutar sebuah video di laptop nya. "ini di rekam oleh karyawan clara yang berada di sana saat kejadian" ujar boy.

"gadis ini benar-benar merepotkan. Bagaimana bisa dia terlibat dengan pria berbahaya ini" ujar andre merasa tak percaya. "kirimkan video ini padaku" ujar andre kemudian meninggalkan ruangan itu namun terhenti di pintu saat boy memanggilnya.

"andre, akan lebih baik jika kau bicara pada kakakmu"

"terimakasih boy, jika kau butuh sesuatu jangan ragu memintanya padaku" ujar andre kemudian meninggalkan tempat itu.

Boy diam di tempatnya memikirkan perasaan andre jika mengetahui wanitanya merupakan incaran kakaknya sendiri. "tapi kalian sangat cocok, si pria yang tidak mau mengakui identitas keluarganya dan si wanita sangat ingin menyembunyikan identitas keluarganya, kalian akan jadi pasangan yang unik" ujar boy setelah kepergian andre.

Meri yang menunggu andre hanya bisa menyibukkan dirinya dengan menonton dan memainkan handphone nya. Ketika panggilan maria mengejutkannya.

📞"halo maria"

📞"gadis bodoh ini, mengapa tidak memutuskan sambunganmu dengan alat penyadapmu"

📞"astaga aku benar-benar lupa"

📞"terlambat, dia sudah menangkapmu sekarang. Apa terjadi sesuatu? Apa kau baik-baik saja?"

📞"maria, aku sengaja melakukannya agar dia mencariku" balas meri merasa bersalah membuat kakaknya itu khawatir.

📞"wah, gadis bodoh ini benar akan membuatku gila. Apa kau tahu seberapa bahaya nya dia. Kau belum mendapatkan apapun darinya dan dia sudah mengetahui semua tentangmu"

📞"aku bilang aku sengaja. Aku akan membuatnya menyukaiku dan mencari tahu tentang ilham darinya"

📞"meri, apa kau sebodoh ini? Apa kau tidak memikirkan cara lain lagi. Apa kau pikir untuk mengetahui itu racun maka kau harus meminumnya sendiri?" maria sampai berteriak karena kesal

📞"hanya dia petunjukku saat ini"

📞"aku bisa mati berdiri karena ulah cerobohmu itu. Sekarang ganti handphone dan nomormu. Sebelum itu reset semua datamu. Dan hubungi aku setelah kau memiliki nomor baru. Untungnya dia hanya melacak ip mu dan tidak menyadap balik. Tapi itu hanya menunggu waktu. Lakukan yang ku katakan dan segera pulang ke bangka. Itu akan lebih aman untuk saat ini"

📞"aku akan baik-baik saja"

📞"meri. Apa kau benar-benar mau aku mati. Kenapa keras kepala mu semakin parah. Pikirkan bagaimana khawatirnya ibu jika kau dalam masalah"

📞"baiklah" meri kemudian menutup telfon dan menghapus semua data di ponselnya. Dia kemudian menghancurkan ponselnya dengan melemparnya ke dinding kamar.

Meri terbaring lemah seakan semangatnya untuk bisa menemukan sahabatnya itu adalah separuh dari kehidupannya. Dia menatap jam yang melingkar ditangannya. Hanya itu kenangan ilham yang tersisa. Rasa bersalahnya lagi-lagi menghantuinya. Merasakan nafasnya mulai sesak, ia segera bangkit untuk mengambil kotak obatnya. Karena tangannya yang mulai gemetar, alhasil obat yang ia tuangkan lebih banyak yang tercecer. Meri hanya membutuhkan satu butir jadi hanya itu yang di minumnya. Dan tak memperdulikan yang tercecer kemudian kembali berbaring di kasur. Menatap langit-langit kamar.

Andre masuk ke kamar dalam keadaan gelap karena lampu yang tidak menyala dan saat itu sudah pukul 7. Andre meraba dinding untuk mencari saklar lampu dan kemudian suasana telah terang dengan kamar berantakan, pil berserakan dan terdapat pecahan ponsel yang terpisah menjadi beberapa bagian sementara meri terbaring lemah di kasur.

"apa yang terjadi?" andre menghambur ke samping meri untuk memastikan kondisinya.

"aku baik-baik saja" jawab meri lirih di pangkuan andre yang sedang mengusap bulir bening di dahi meri.

Andre dengan sigap memerikasa denyut nadi meri dan mendekatkan telinganya ke hidung meri agar bisa merasakan pernafasannya.

"apa kau minum obat tanpa makan?" andre mulai mengetahui apa yang terjadi. Meri hanya mengangguk lemah.

"kau benar-benar merepotkan. Bertahanlah" andre mengangkat tubuh meri dan membawanya ke rumah sakit terdekat dengan diantar karyawan hotel.

Meri segera mendapat penanganan dari dokter setelah tiba di ICU. Andre berbicara berdua kepada dokter untuk menanyakan kondisinya. Untungnya, andre cepat membawa meri ke rumah sakit dan obat yang di minum meri juga tergolong dosis rendah sehingga tidak terlalu fatal. Meri hanya perlu menghabiskan sebotol cairan infus untuk pemulihan dan boleh kembali ke rumah setelah itu. Dokter menyarankan agar meri menghindari pengobatan dengan pil dan lebih pada pengobatan dengan terapi.

"dia butuh dokter psikolog untuk menghilangkan trauma psikis nya. Pil hanya mengobati saat gejala muncul dan tidak menghilangkan akar penyakitnya" kata dokter kemudian berlalu meninggalkan andre yang terpaku ditempat mendengar kekasihnya membutuhkan dokter psikolog.

Selama diruangan ICU meri dan andre hanya terdiam dan saling tatap. Andre menggenggam tangan meri sambil memukulnya lembut untuk menenangkannya. Saat cairan infusnya sudah habis, andre segera memanggil perawat dan kemudian membawa meri keluar dari rumah sakit. Saat itu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

"aku lapar" meri memecah keheningan di antara mereka.

"kau tadi sudah makan bubur di dalam" jawab andre sambil menunjuk ke arah pintu rumah sakit yang berada di belakang mereka.

"aku tidak makan dengan baik tadi, aroma rumah sakit begitu mengganggu dan mengganggu nafsu makanku. Pantas saja orang didalam terlihat pucat. Itu karena mereka tidak menikmati makanannya" keluh meri dengan nada kesal.

Andre yang melihat meri sudah bisa mengeluarkan keluhan hanya tersenyum dan yakin bahwa kekasihnya ini sudah sembuh. Andre melepas jaketnya dan memakaikannya kepada meri.

"udara malam tidak baik untukmu" andre menarik meri mendekat dan menuju sebuah caffe yang ada di samping rumah sakit.

Meri makan dengan lahap seperti orang yang 2 hari tak melihat makanan. Andre lagi-lagi hanya bisa tersenyum.

"aku mau membeli ponsel baru. Ibu akan khawatir jika sampai besok aku tidak mengabarinya"

"aku sudah menelfonnya tadi dan mengatakan bahwa kau sudah tidur"

"kau membohongi ibuku?"

"kau tadi memang sedang tidur di ICU" jawab andre membela diri. "kita akan membeli ponsel baru untukmu besok, sekarang kita pulang agar kau bisa beristirahat" andre kemudian kembali ke hotel masih dengan mobil yang disiapkan pihak hotel.

Andre membaringkan meri di kasur dengan lembut. Mereka menjadi perhatian karyawan hotel yang melihat bagaimana andre menggendong meri dari loby sampai ke kamarnya. Kebanyakan tanggapan dari mereka memuji andre dan yang lain mencibir cemburu berharap merekalah yang ada di posisi meri.

avataravatar
Next chapter