20 Suka sama suka??

Senja sudah semakin menghilang. Meri melepas andre untuk segera pergi ke New York sore itu. Suasana bandara seakan hampa saat meri melihat waktu semakin malam dan siap atau tidak dia tetap akan melepas andre.

Andre menatap kekasihnya itu dengan tatapan tenang, walaupun berat dia tidak bisa terus berada di samping meri dan membiarkan pekerjaannya terhambat. Pekerjaan itu bukanlah hal yang luar biasa, tapi dia sangat membutuhkannya untuk menutupi kehidupannya yang lama.

"pulanglah, aku akan segera masuk" andre membuka pintu mobil meri agar meri segera masuk dan pulang ke rumah.

"baiklah, aku akan merindukanmu. Ingat untuk tetap menungguku. Cepat atau lambat aku akan menemuimu" ujar meri

"baiklah, aku akan menunggu. Tak perduli seberapa lama itu."

"janji?" ujar meri mengangkat jari kelingkingnya untuk mengikat ucapan itu.

"janji" andre membalas dengan menangkupkan kelingkingnya ke kelingking meri.

Meri akan masuk ke mobilnya saat ponsel di saku jaketnya berdering. Meri mengangkatnya khawatir jika ayahnya sudah lebih dulu tiba dirumah. Ternyata randy mengabarkan bahwa rafa ada di bandara saat ini, dan akan lebih baik jika meri bisa sekalian menjemputnya. Meri tentu mengiyakan ucapan kakak sulungnya itu.

Tanpa mereka duga, sosok yang dimaksud oleh kakak sulungnya itu sudah sejak lama memperhatikan mereka dari kejauhan. Rafa melihat andre dengan tatapan tidak suka. Dia dari awal memang tidak menyukai andre yang terkesan terus terang dan berusaha mencari perhatiannya ketika di LA. Rafa bukan tipe orang yang mudah bergaul, tidak sama denga rido. Rafa lebih tertutup dalam hal pergaulan, karena sifatnya itulah hingga sekarang Rafa tak memiliki teman wanita atau sekedar teman jalan. Temannya hanyalah relasinya dan karyawan di perusahaan.

Dari semua saudara meri, Rafa adalah kakak yang paling tegas. Dia menuruni sifat ayahnya yang tegas, bersikap bijak dan cepat tanggap masalah.

Dia menghampiri meri saat andre mulai menjauh.

"kakak" meri sedikit terkejut melihat rafa sudah ada di depannya.

"mari kita pulang, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan" rafa segera masuk ke dalam mobil, mengambil alih kemudi karena dia memang tidak menyukai jika adiknya itu mengemudi sendiri.

Meri hanya diam dan memilih melempar pandangannya pada sisi jalan sebelah kiri untuk menghindari menatap wajah kakaknya itu.

"ku dengar operasi mu berhasil" rafa memecah keheningan di antara mereka.

"iya" balas meri singkat.

"apa kau sudah lebih baik sekarang?" rafa tahu bahwa operasi itu berhasil tapi itu hanya akan menyembuhkan luka pada fisiknya dan bukan psikis adiknya itu. Pertanyaan itu lebih mengarah kepada psikis meri.

"Mmm, kurasa aku sudah lebih baik sekarang" meri hanya mengingat kejadian betapa gilanya dia di hotel tadi pagi. Pikirannya perlahan sudah bisa melupakan kejadian naas itu. Lagipula kekasihnya tak mempermasalahkan itu jadi diapun akan melupakannya.

"tapi kakak, mengapa kau baru pulang sekarang?" tanya meri karena merasa rafa keterlaluan dengan tidak datang saat mengetahui keadaannya.

"ayah melarangku pulang karena ada proyek yang sudah di kejar deadline. Aku sudah berusaha maksimal untuk bisa pulang tapi ternyata butuh setengah bulan untuk menyelesaikannya" ucap rafa.

Dari pribadinya, rafa sangat keras namun dia tetap mengikuti instruksi ayahnya. Dia tidak pernah mengutamakan pendapatnya jika itu bersifat pribadi. Dia hanya akan mengalami perdebatan dengan ayahnya jika itu perihal bisnis. Ayahnya sosok panutan dalam menjalankan bisnis bagi rafa, tapi terkadang dia juga harus mengutarakan pendapat karena menjalankan bisnis di luar negeri dan di Indonesia berbeda. Ada banyak perbedaan aturan dan perbedaan pangsa pasar.

"sidang kasusmu minggu depan dan lusa pelimpahan berkas ke pengadilan, jadi aku sengaja pulang. Jika tidak bisa melihatmu berjuang waktu itu setidaknya aku akan berjuang untuk membuat pria itu menghabiskan waktu yang lama dipenjara" nada bicara rafa penuh dengan kemarahan saat mengucapkan itu.

"kakak, aku sebenarnya kasian kepadanya" meri menatap kakaknya yang masih fokus pada jalanan kini menatapnya aneh namun kembali fokus pada kemudi.

"apa yang membuatmu kasihan?" tanya rafa karena menangkap ekspresi tulus diwajah meri saat mengucapkan hal itu.

"entahlah. Mungkin karena dia sahabat kak rido" jawab meri asal. "sejak kejadian itu, kak rido bahkan tidak berani menatapku. Dia terus saja diam dan menghindariku. Aku tahu dia merasa bersalah, tapi aku merasa kehilangannya akhir-akhir ini" lanjut meri lagi.

"kakak" panggil meri.

"Mmm" jawab rafa hanya dengan bergumam.

"bisakah kau membantuku menemui bang jack?" pinta meri

"beri aku alasan" rafa masih belum mengerti jalan pikiran adiknya itu.

"dia sahabat kak rido sejak kecil, dia bahkan seperti kakak bagiku. Dia teman bermainku, dia juga sering menjagaku ketika di LA. Saat kak rido mau meninggalkanku, dia akan mempercayakanku kepada bang jack. Aku bukannya tidak marah setelah apa yang dilakukannya, tapi mengabaikan ratusan kebaikannya hanya karena satu kesalahan itu bertentangan dengan nuraniku" meri memegang dadanya saat mengatakan nurani. Dia berusaha melankolis agar kakaknya itu sedikit tersentuh.

"lagipula kak, saat dia menahanku. Dia tidak langsung bersikap kurang ajar padaku. Dia justru memintaku mempertimbangkan keputusanku. Hari kedua saat aku menolaknya barulah dia berbuat kasar, sepertinya dia kerasukan setan. Dia benar-benar tidak ingin memaksaku jadi dia memilih memakai obat agar aku yang memintanya" meri sudah dalam keadaan baik saat mengingat kejadian itu.

"kau terlalu baik meri. Jika dia benar-benar tidak kasar, lalu mengapa wajahmu penuh luka?" bantah rafa.

"satu-satunya luka yang dia buat hanya menamparku dan cekalan di tanganku. Kalian tidak menanyakan lebam di tanganku karena alasan apa dan hanya menarik kesimpulan bahwa itu saat dia memaksaku. Kak, aku hanya mengatakan ini padamu karena diantara yang lain bagiku kau yang paling bijaksana pada saat genting seperti ini. Bisakah kau mendengarkanku? " meri memegang lengan rafa sambil memohon.

"lanjutkan, aku akan mendengarnya" jawab rafa tenang.

"luka di wajahku itu ulahku sendiri, aku begitu putus asa jadi aku memilih mengakhiri hidupku, aku membenturkan kepalaku ke dinding sampai berdarah, anehnya polisi beranggapan bang jack yang sengaja membenturkan kepalaku. Aku berusaha melukai wajahku sendiri dengan pecahan kaca jendela, lebam di tanganku itu karena dia berusaha keras menahanku. Aku sampai melukai tangannya waktu itu, tapi polisi menganggap luka itu sebagai bentuk pertahanan diriku. Dia memang kasar, tapi saat melihatku menangis, dia langsung pergi tak mau menatapku. Dia memaksaku makan setiap saat karena tidak mau melihatku mati kelaparan. Dia sampai harus mengancamku jika tak juga makan maka dia pasti dengan mudah memaksaku. Coba kau pikirkan, mana ada penjahat yang mau memberikan kekuatan kepada tawanan agar bisa melawannya kecuali jika dia psikopat. Jadi bisakah kau membantuku?" meri kembali memohon.

"mengapa tidak menceritakan semua ini kepada ayah atau kak randy. Mereka pasti mempertimbangkannya" jawab rafa heran karena meri hanya mengemis pertolongan padanya.

"seperti yang kujelaskan tadi. Fakta kejadian itu tiba-tiba memberatkan bang jack, aku pikir ini ulah ayah dan kak randy karena kak rido tidak akan berfikir sejauh itu, terlebih lagi mereka bersahabat. Kemudian kau mengenalku sejak lama, kau tahu aku tak akan berbohong. Jika mengatakan hal ini kepada mereka, mereka hanya akan berpikir aku berbaik hati" ujar meri dengan nada sendu.

"aku juga berpikiran sama. Kau terlalu berbaik hati" jawab rafa yang seketika membuat meri lemas. "tapi aku juga tidak berpikir kau berbohong. Aku akan berusaha meyakinkan ayah, aku pasti akan ditentang habis-habisan oleh mereka. Cobalah meyakinkan ibu, ayah setidaknya akan melunak jika kau berhasil membuat ibu mendukung kita, ingat meri. Waktu kita hanya sampai besok untuk bisa menarik tuntutan itu. Jika sampai pada pengadilan. Kita tidak bisa berbuat banyak. Kita hanya bisa mengurangi hukumannya saja"

"aku mengerti kak. Terimakasih sudah mempercayaiku. Aku tahu kita selalu cocok dalam banyak hal. Kau harus jadi rekan bisnisku nanti" ujar meri bersemangat.

"tentu, itu artinya kau harus merubah jurusanmu dari kedokteran menjadi ekonomi" ucap rafa dengan senyuman jahilnya.

"tidak. Aku akan tetap menjadi dokter. Itu sudah diputuskan, kau pasti sudah mendengarnya dari ibu"

"kau benar. Tapi aku tidak berniat membuka bisnis di bidang kesehatan, itu tidak cocok denganku"

"kau benar, kalau begitu jadilah pasien istimewaku setelah ayah, ibu, kak randy dan kak rido" ujar meri.

Rafa tersenyum mendengar urutan keistimewaan dibenak adiknya itu. 'dia mengistimewakan yang lain di atasku tapi terus saja merengek meminta pertolongan padaku. Apa kau akan tetap seperti ini jika tahu apa yang sudah kulakukan pada mantan kekasihmu' pikir andre bermain dengan ingatannya. Perasaan bersalahnya mulai muncul mengingat bagaimana dia tak berdaya membantah keinginan ayahnya. Dia terus memikirkan cara agar bisa menjaga perasaan adiknya namun tak menentang ayahnya.

Hingga ide gila muncul dibenaknya waktu itu. Dia merasa bersalah menyembunyikan semuanya dari meri dan ayahnya. Dia pikir kesalahannya itu akan terkubur selamanya dengan menghilangnya ilham. Tapi tak disangka, andre bisa muncul sedekat itu dengan keluarganya. Rafa mengetahui perihal kedekatan andre dan meri dari ibunya yang selalu menyanjung andre. Rafa berusaha begitu keras untuk bisa menjelaskan siapa andre sebenarnya, tapi selalu tertahan karena ibunya yang begitu mengagumi sosok andre.

Dia akan menyampingkan mengenai andre saat ini dan akan fokus pada kasus adiknya. Dia tidak ingin melakukan kesalahan lagi dengan menghukum orang yang salah setelah mengetahui kebenarannya. Terlebih lagi itu permohonan adiknya.

Andre membawa meri langsung pulang ke rumah. Menemui jackob bukanlah hal yang tepat karena akan menimbulkan persepsi berbeda dimata penyidik jika dia mengunjungi jackob dan kemudian menarik tuntutan.

Sebelum makan malam, meri terus mendekati ibunya dan menjelaskan semua yang terjadi, dia berusaha begitu keras untuk mendapatkan dukungan ibunya itu. Saat ini suara ibunya itu tidak hanya berarti satu orang tapi suara setuju dari ibunya akan menjadi tiga setelah itu. Walau sulit, meri akhirnya berhasil mendapatkan dukungan ibunya.

Sementara itu, rafa sibuk melihat berkas kasus meri dan menemukan fakta bahwa beberapa bukti pendukung jackob berbalik memberatkannya. Dia berusaha keras mencari celah dari kesalahan itu dan memanfaatkan hukum yang berlaku untuk bisa membebaskan jackob. Hal ini hanya untuk berjaga-jaga jika dia tidak berhasil meyakinkan ayahnya untuk mencabut tuntutan.

Terdengar suara kaki berlari mendekati kamarnya. Dia sudah menebak bahwa itu meri jadi rafa segera bangkit dan membuka pintu tepat saat meri akan mengetuk pintu.

"ka.. Kak. Kau sudah tahu aku akan datang rupanya" meri tersipu karena terciduk mau mengetuk pintu dengan tangan yang sudah terangkat namun akhirnya turun perlahan pada posisi siap.

"kau berlari kemari, suara sendalmu terdengar jelas. Bukankah kata dokter kau masih harus berhati-hati saat menaiki atau menuruni tangga" ujar rafa mengingatkan adiknya kemudian kembali duduk di meja kerjanya.

"aku terlalu bersemangat. Aku sudah berhasil meyakinkan ibu" ucap meri setengah berteriak karena senang dan bangga menyelesaikan tugas dari kakaknya itu.

"itu bagus, kita hanya perlu menunggu ayah pulang dan membantu ibu menjelaskan pada ayah. Kau yang harus mengatakannya secara langsung. Aku dan ibu hanya sebagai suara tambahan" ujar rafa memberi suplemen keberanian kepada adiknya itu.

"baiklah, tapi apa yang kau kerjakan?" tanya meri melihat kertas berserakan di meja kakaknya

"ini berkas kasusmu, aku memeriksanya kembali. Hanya untuk berjaga-jaga jika ayah tidak mau mencabut tuntutannya" jawab rafa.

"tapi kak, kau mungkin tidak melihat bahwa tuntutan itu atas nama kak rido. Ayah sengaja melakukannya sebagai hukumannya dan agar kak rido berhati-hati dalam kasus ini dan tidak melepaskan bang jack begitu saja, ku rasa ini akan semakin sulit. Aku semakin mengerti mengapa akhir-akhir ini dia menjauhiku, sepertinya dia fokus pada kasus ini dan hanya akan mengajakku bicara lagi jika bang jack sudah mendapat vonis pengadilan" meri semakin khawatir mengingat kakak nya yang begitu murah hati bersikeras menghukum sahabatnya sendiri.

"dia pasti berada dalam dilema saat ini. Awalnya ku pikir anak itu tidak akan jadi masalah. Tapi mengingat betapa dia menyayangimu sepertinya memang tidak akan semudah yang ku bayangkan" rafa menerawang jauh membenamkan pikirannya kepada kasus pelecehan dan kekerasan.

"jadi apa yang harus aku lakukan?" tanya meri cemas.

"jadilah saksi dan katakan bahwa kau melakukannya atas dasar suka sama suka" ucapan rafa itu membuat mata meri menjadi bulat sempurna seakan siap melompat keluar.

"apa yang kau katakan, bagaimana bisa aku mengatakan itu" meri terkejut mendengar ide gila kakaknya itu.

"meri, kelemahan hukum mengenai kekerasan seksual hanya pada letak terpaksa atau sukarela. Jika kau mengatakan atas dasar suka sama suka, tak ada hukum yang bisa menjeratnya. Ini hanya akan dianggap kesalahpahaman. Lagipula jackob tak mengatakan satu katapun saat di interogasi. Dia menggunakan hak diamnya selama proses penyidikan. Karena itulah semua bukti memberatkannya karena dia bahkan tak mengatakan iya atau membantah apapun" rafa bukan orang yang ahli dalam hal hukum tapi memanfaatkan kelemahan sesuatu untuk menjadi pendukungnya adalah keahliannya. Dia sangat cerdik dalam hal memcari celah dalam bisnis dan sepertinya bakatnya itu juga membuat matanya jeli melihat celah dalam kasus ini.

"kakak, aku menyukai seseorang. Dia akan menjauhiku jika aku bersaksi seperti itu. Dan lagi, kami tidak melakukan hal yang melewati batas. Bagaimana aku akan menjelaskan mengenai afrodiac itu. Aku tidak mungkin mengatakan bahwa aku sengaja meminumnya. Itu akan terkesan aku wanita murahan" tegas meri.

"kau benar, tapi hukum tidak akan bertanya sejauh itu. Setelah kau mengatakan itu dasar suka sama suka. Kasus ini akan selesai. Aku sendiri yang akan membantumu dari belakang. Jika kau memikirkan untuk mencoba meyakinkan rido, buang jauh pikiran itu. Dia bahkan tidak akan percaya dengan ucapanmu. Dia mengenalmu sebagai adik yang baik hati yang bahkan menangis ketika tak sengaja menginjak semut. Dia tidak akan mengikuti keinginanmu membebaskan jackob hanya karena kau adik kesayangannya. Kau hidup diluar negeri bersamaku, jadi aku tahu lebih banyak kepribadianmu saat mulai dewasa, tapi rido hanya memiliki kenangan saat kau masih gadis imutnya. Pikirkan saranku barusan. Ini rencana ketiga jika kita tidak berhasil meyakinkan ayah untuk meminta rido mencabut tuntutannya. Rencana keduanya aku yang akan menghubungi pengacara jackob dan memberikan bukti yang bisa meringankannya. Tapi itu tidak bisa membebaskannya. Hanya rencana pertama dan ketiga yang bisa membebaskannya. Jadi kau yang putuskan. Aku akan membantumu apapun keputusanmu itu"

Percakapan itu selesai saat dani memanggil mereka untuk makan malam. Mereka hanya makan malam berlima. Ayah dan randy sedang menghadiri rapat dewan direksi di hotel yang baru mereka resmikan. Sedang rido belum pulang sejak pamitan di sore hari untuk berkumpul bersama teman-temannya.

avataravatar
Next chapter