18 Selalu Begitu

Saat malam mulai larut, suara kebisingan dari tawa dan perbincangan di ruang keluarga belum juga berakhir. Meri bahkan sudah lelah meladeni ayahnya dan andre yang selalu saja membuat lelucon yang selalu berhasil mengocok perut seluruh keluarga yang berkumpul di sana.

Mereka berbincang-bincang layaknya sebuah keluarga harmonis yang sudah mengenal dengan baik satu dan yang lainnya. Mereka berkumpul untuk merayakan kepulangan meri dari rumah sakit sekaligus perpisahan untuk andre yang akan kembali ke new york.

"ayah, andre sepertinya harus istirahat sekarang. Jadwal penerbangannya pagi dia akan terlambat bangun besok kalau kita terus menahannya di sini" ujar meri mencoba mengingatkan mereka mengenai waktu yang sepertinya mereka lupakan karena asyik bercanda.

"tidak apa-apa meri. Aku akan bangun tepat waktu. Lagipula ada hal lain yang ingin aku bicarakan dengan ayahmu" ujar andre mencoba untuk serius.

"ada apa nak, apa kau butuh sesuatu?" tanya ayah meri yang di ikuti dengan pandangan penasaran dari seluruh mata di rungan itu.

"begini om, saya sebenarnya ingin membawa meri bersama saya ke New York. Lagi pula dia akan melanjutkan study di sana jadi banyak hal yang harus dia persiapkan dari sekarang" ucap andre tenang.

Meri yang mendengar itu justru merasa gugup bercampur bahagia karena kekasihnya itu bersungguh-sungguh dengan ucapannya saat di rumah sakit.

"andre, om bukannya tidak setuju. Hanya saja meri belum pulih total dan waktu liburnya masih ada sekitar 3 minggu lagi. Jadi biarkan dia memulihkan kesehatannya terlebih dahulu. Jika seminggu kemudian meri sudah sembuh total, om tidak akan menahannya untuk segera ke New York" ayah meri berbicara dengan sangat hati-hati agar tak menyinggung perasaan andre dengan penolakannya.

"baiklah om. Saya akan menunggunya di New York. Om dan tante tidak perlu mengkhawatirkan meri selama dia berada di sana. Karena saya yang akan menjaganya" ujar andre dengan nada di buat senang walau sebenarnya ia kecewa karena tak berhasil membawa meri bersamanya.

"yah, meri boleh bicara berdua dengan amdre di taman belakang?" ucap meri yang menyadari raut kekecewaan di wajah andre.

"baiklah. Ini sudah jam 9 lewat. Jadi jangan terlalu lama di luar karena udara malam tak baik untuk kesehatanmu. Jangan lupa pakai jaketmu" setelah mengatakan hal itu, mereka mulai membubarkan diri dan kembali ke kamar mereka masing-masing.

Andre membantu meri berjalan ke taman dengan memegang lengan atasnya. Mereka duduk disebuah kursi panjang yang tak jauh dari kolam renang.

"apa ada yang ingin kau katakan?" tanya andre setelah membantu meri duduk.

"aku melihat ilham"

Deg

Kata-kata meri seakan mampu menghentikan denyut jantung andre. Dia tak menyangka pembicaraan kali ini mengenai mantan kekasih meri.

"aku melihatnya di bandara ketika transit di jakarta. Aku tidak begitu melihatnya dengan jelas karena jarak kami lumayan jauh, tapi aku pikir itu dia" meri berusaha mengingat bagaimana dia melihat ilham waktu itu.

"apa kau mencaritahu tentangnya?" tanya andre.

"aku sempat menanyakan pada petugas bandara, aku hanya tahu kalau saat itu dia akan pergi ke makassar"

"apa kau benar-benar ingin menemuinya?" tanya andre lagi.

"andre, aku tidak memiliki perasaan apa-apa padanya, tapi kemudian berpacaran dengannya. Karena berpacaran denganku dia sampai harus dipaksa menjauhiku. Study nya bahkan terhambat karenaku. Aku merasa bersalah karena mengacaukan hidupnya" ujar meri mencoba menjelaskannya agar tak menimbulkan kesalahpahaman dibenak andre.

"kita akan mencarinya bersama. Tapi untuk saat ini kesembuhanmu harus jadi prioritas " andre bukanlah pria yang akan meledak-ledak karena rasa cemburunya. Pengendalian dirinya sangat bagus, dia hanya terkadang bersikap keras jika itu untuk melindungi wanita yang sangat dicintainya itu. "aku akan pergi besok, jadi diamlah di rumah dan jangan bergaul dengan sembarang pria. Jika ingin menemui kenalanmu, mintalah seseorang menemanimu. Mengenai ilham, mari kita tunda sampai kau menyelesaikan ujian masuk universitas mu. Kau harus fokus, persaingan di universitas terbaik new york bukanlah sesuatu yang mudah" andre menggenggam tangan meri agar tak kedinginan. Terkadang dia menggosok tangannya kemudian menempelkannya di wajah kekasihnya itu agar tetap merasa hangat .

"kau tidak perlu merasa khawatir" ujar meri menenangkan.

"ah ya, karena kau mengatakan itu, aku jadi ingat bahwa kau sudah melanggar janjimu untuk tidak membuatku khawatir dengan menjadi langganan rumah sakit. Aku belum mendapatkan apa-apa atas kesalahanmu itu bukan?" andre tersenyum licik kepada meri yang hanya menepuk keningnya.

'mengapa harus mengingatkannya meri' pikirnya dalam hati.

" aku akan mengambil bayaranku itu jika kau sudah berada di New York, sekarang masuklah" ucap andre sambil berdiri dan mengarahkan tangannya untuk mengangkat lengat meri.

"andre, waktu itu aku benar-benar menyesal. Aku tidak menduga pria itu akan senekat itu" ujar meri tetap duduk dan mengacuhkan tangan andre yang mau membantunya berdiri.

"kenapa selalu mengungkit masalah itu?" andre kesal dengan sikap meri yang selalu mengingatkannya pada peristiwa itu, namun dia tetap berusaha berbicara selembut mungkin.

"aku hanya ingin kau mengatakan semua perasaanmu saat itu. Saat kau mengetahui aku menghilang sampai saat kau menemukanku" ujar meri menatap andre yang berdiri di depannya.

Andre kembali duduk di samping meri, dia sebenarnya sudah muak membahas masalah ini, tapi dia juga tidak mau masalah ini akan terus di bahas sampai saat meri di New York, andre ingin membuat meri memulai semuanya di New York dan mengubur semua yang terjadi di Indonesia.

"baiklah. Dengarkan baik-baik, setelah ini. Tak ada lagi percakapan tentang masalah ini. Tidak disini ataupun di New York. Kau setuju?" tanya andre

"aku setuju" jawab meri bersemangat.

"pertama, aku mengetahui berita kehilanganmu itu dari seorang teman yang melihat berita kehilanganmu di televisi. Dia temanku yang berada di Bali. Mengetahui bahwa kau sudah dua hari menghilang tapi ponsel dan kartumu tak bisa di lacak, aku mulai sadar sepertinya kau mendaftarkan ponsel mu memakai identitasku. Temanku ahli dalam bidang IT jadi aku memintanya mencari tahu keberadaanmu dan mendapatkan lokasi terakhirmu sebelum akhirnya sinyal mu terputus. Aku mengetahui soal villa itu karena villa itu terdaftar sebagai aset perusahaan JR corporate dan berada di dekat lokasi terakhirmu" andre berhenti sejenak menatap meri yang dengan serius mendengar apa yang di ucapkan andre.

"lanjutkan" ujar meri yang mulai tidak sabar melihat andre yang berhenti berbicara.

"perasaanku waktu itu tentu saja sangat khawatir. Kau menghilang selama dua hari bersama seorang pria. Setelah mengetahui bahwa psikopat itu mengejar mu dari dulu, aku pikir dia mungkin hanya akan menidurimu tapi tak akan melakukan hal buruk lainnya mengingat dia sangat menginginkanmu. Aku hanya menyiapkan mentalku untuk menemukanmu dalam keadaan sudah tidak perawan lagi" andre berhenti sejenak melihat perubahan ekspresi di wajah meri. "apa kau marah?" tanya andre karena takut meri tersinggung dengan kata "perawan" yang dia ucapkan.

"tidak sama sekali, lanjutkan" jawab meri tenang namun tetap memberikan senyuman manisnya kepada andre.

"setelah menemukan villa itu, aku awalnya ragu untuk masuk. Aku hanya takut mentalku tidak cukup kuat. Sampai akhirnya aku mendengar suaramu berteriak memanggil namaku seakan kau tahu aku berada di sana"

Meri mengepalkan tangannya mengingat kejadian mengerikan itu, namun tetap serius mendengarkan perkataan andre.

"saat aku masuk, aku melihat bajingan itu..." andre terdiam memikirkan kata apa yang tepat untuk mengatakan pria itu menindih kekasihnya.

"aku tidak akan tersinggung. Bicara saja apa yang kau lihat dan kau pikirkan" meri tahu andre berfikir untuk menghindari menyinggung perasaannya.

"aku melihat dia berbuat kurang ajar padamu. Saat aku menariknya, aku tidak melirikmu sedikitpun. Aku hanya ingin memberi pelajaran kepada bajingan itu kemudian melihat keadaanmu yang tak berdaya diranjang dengan bekas pukulan dan lebam di wajah dan tanganmu. Aku menyesal tidak sekalian membunuhnya saja waktu itu"

"apa yang kau pikirkan saat melihatku dalam keadaan seperti itu?" tanya meri sambil menggenggam tangan andre.

"aku kecewa, perasaanku hancur seakan ada yang menyakiti organ terpenting dalam tubuhku" andre menunduk mengingat betapa terguncangnya mentalnya malam itu.

"kau kecewa karena dia meniduri wanitamu?" tanya meri berusaha memperjelas perkataan andre.

"Mmm, aku memang kecewa mengenai itu, saat melihat keadaanmu penuh luka. Aku lebih kecewa mengapa kau tidak mengikuti kemauan bajingan itu. Dengan begitu dia tidak akan menyiksamu" andre berkata dengan tatapan penuh ketulusan. "kau tahu betul, bahwa sekuat apapun dirimu. Sebagai wanita, tenagamu akan tetap kalah darinya. Kau mungkin juga tahu, jika kau melawannya terus dia akan nekad menghabisimu" suara andre tercekat di tenggorokan setelah mengatakan hal itu.

"apa melihatku tiada lebih mengerikan daripada melihatku ditiduri pria lain" tanya meri setelah melihat andre berhenti berbicara ketika membahas kematiannya. Dia tahu betapa berat pilihan yang dia lontarkan saat ini tapi dia hanya ingin tahu apa yang dipikirkan kekasihnya itu.

"Mmm, aku sudah menyiapkan mental untuk menerima kau sudah dinodai, tapi mentalku tidak cukup kuat melihatmu mati karena mempertahankan kesucianmu itu, apa semua pertanyaanmu sudah terjawab sekarang?" tanya andre sambil membelai lembut wajah meri, menjelajahi bekas luka dan lebam yang masih samar-samar nampak di wajah cantik wanitanya itu.

" ada satu hal lagi. Apa yang kau harapkan saat sebelum menemukanku, dan apa yang kau pikirkan saat tahu aku sudah ditiduri?"

"aku berharap menemukanmu tanpa luka sedikitpun, saat tahu kau sudah di tiduri? Aku pikir ini tidak benar. Nyatanya aku tahu bahwa kau belum di sentuh sampai sejauh itu. Kau mungkin tidak tahu, tapi perawat mengatakan kau baik-baik saja dalam artian kau masih meri ku yang dulu. Aku bahkan meminta dokter perempuan memastikan itu dan hasilnya membuatku begitu bahagia" andre mengacak rambut meri yang terpelongo mendengar perkataan andre barusan.

"apa maksudmu dengan kata baik-baik saja dan aku masih meri mu yang dulu?" meri merasa senang mendengar kalimat itu, tapi dia hanya ingin memastikan bahwa dia tidak salah paham.

"kau masih suci meri. Kau masih gadis perawanku" jawab andre dengan nada dan ekspresi bahagia yang juga menular ke wajah meri. "aku awalnya ingin menyembunyikannya darimu agar saat aku memintamu nanti di New York, kau tidak akan berpikir panjang. Tapi ku rasa itu tidak perlu lagi. Bukankah kau bilang kau menyesal karena tidak memberikan semuanya padaku lebih cepat?" goda andre.

"kau. Kau.. Yaaaa otakmu itu kenapa isinya mesum semua" teriak meri kemudian berdiri menjambak rambut andre.

Ibu meri yang mendengar suara itu, keluar untuk melihatnya dan menemukan andre yang berjongkok sedangkan meri setengah berdiri sambil terus menjambak rambut andre.

"meri, apa yang kau lakukan" ibu meri menghentikan mereka.

Meri bangkit berdiri tegak dan merapikan pakaiannya dan meniup rambutnya yang jatuh menutupi wajahnya. Sementara andre hanya tersenyum sambil merapikan rambutnya dengan tangan dan membuatnya seolah menjadi sisir.

"apa yang kau lakukan barusan?" tanya ibu meri setelah kedua muda mudi itu sudah selesai merapikan diri mereka.

"bu, bukankah kau tahu kalau meri baik-baik saja dan tidak sempat di 'anu' oleh jackob?" andre yang menjawab terlebih dahulu dengan bertanya kepada ibu meri sambil memberi kode tanda kutip dengan kedua tangannya yang membentuk hurup V dengan jari telunjuk dan tengahnya sebagai makna kata 'anu' dalam ucapannya.

Kata 'anu' sering digunakan sebagai kata ganti untuk suatu hal yang sulit di katakan. Kata itu digunakan oleh suku makassar dan sulawesi untuk menggantikan kata benda, sifat, orang, atau pun kata kerja. Andre mengetahui simbol itu karena meri terkadang menggunakannya ketika dia bingung untuk mengungkapkan sesuatu.

Ibu meri mengetahui kode yang diberikan oleh andre dengan jelas. Kemudian menjawab "iya" disusul dengan anggukan kepala.

"kalau begitu aku tidak bersalah jika tidak memberi tahunya. Dia baru mengetahui itu dan menjambakku karena menyembunyikannya" bela andre sambil menatap meri dengan senyuman penuh kemenangan.

Meri cukup tahu bahwa andre mencari dukungan ibunya. Dia jelas bukan marah karena baru tahu fakta itu, dia marah karen andre berencana memanfaatkan ketidaktahuan meri agar bisa tidur dengannya tanpa menerima penolakan. 'bajingan ini benar-benar cerdik' rutuk meri dalam hati yang hanya bisa melemparkan tatapan sinis kepada andre.

"meri, ibu berencana memberitahumu nanti setelah kau pulih total. Mengapa menjambaknya begitu keras. Kau seharusnya cukup memukulnya sekali untuk membalasnya" ujar ibu meri sambil tersenyum menatap putrinya. Dia jelas-jelas mendengar rutukan meri yang mengatai andre mesum tadi.

Meri memukul kepala andre satu kali dan berbalik meninggalkan ibu dan andre yang memegangi kepalanya yang sakit setelah mendapat pukulan mendadak itu.

Ibu meri tersenyum melihat tingkah putrinya yang benar-benar memukul andre sekali untuk membalasnya. "bukankah dia menggemaskan" ujar ibu meri sambil menatap andre yang memegangi kepalanya.

"dia selalu begitu"jawab andre dengan tersipu malu.

Malam itu andre tidur di kamar tamu di rumah meri. Dia memutuskan menerima tawaran ayah meri untuk tinggal di rumahnya setelah meri kembali dari rumah sakit.

avataravatar
Next chapter