5 Romantic story

Senja sudah mulai menunjukkan cahayanya yang indah. Bias warnanya yang dipantulkan oleh air laut membuat mata yang memandangnya tak akan jemu. Inilah bentuk keindahan dunia yang banyak memikat mata-mata yang memandangnya. Warna jingga yang kontras dengan cahaya malam seakan merupakan perpaduan yang tak terbantahkan. Dibibir pantai yang sama, dua orang muda-mudi menghabiskan waktu sekedar menatap moment itu untuk sekedar dikagumi dan menambah kesan romantis diantara mereka.

"apa menikmati sunset juga ada alasan tertentu?" tanya andre yang masih asyik menatap matahari tenggelam bersama sosok wanita yang dipuja nya.

"hmm" meri mengarahkan pandangannya kepada andre. "alasannya hampir sama dengan alasanku menyukai ombak. Sama-sama menyukai sesuatu yang pergi namun akan kembali ke esokan harinya dan yang terpenting adalah hanya saat dia tenggelam maka semua mata dapat menatapnya tanpa perlu pelindung. Ini sangat indah" kata meri menjelaskan jawaban dari pertanyaan andre yang sekarang balas menatapnya.

"apa mencintaiku pun harus ada alasannya?" balas andre penuh selidik.

"tidak, jika punya alasan maka itu bukan cinta. Bisa jadi itu hanya sekedar rasa kagum yang dianggap sebagai rasa cinta. Aku jelas bisa membedakan antara rasa kagum, cinta atau sekedar obsesi" meri menggenggam tangan andre yang berada di hadapannya bersebarangan dengan meja makan romantis yang dihiasi dengan lilin dan bunga serta makanan saefood di atasnya. "cobalah untuk memahami perasaanmu dulu, apa benar itu cinta atau sekedar rasa ketergantungan karna seringnya kita bersama" lanjut meri.

"aku sudah memahami perasaanku sejak lama meri, bahkan sebelum kau memutuskan untuk memilih ilham. Bahkan saat semua seakan sudah terlambat, aku masih belum memiliki alasan untuk bisa lupa dengan perasaanku. Mengapa tidak kau coba untuk mempertimbangkan aku sebagai bagian dari masa depanmu hmm" pinta andre dengan wajah sendu seakan menahan perkataan itu sejak lama.

"akan ku pikirkan lagi, sebaiknya kita makan atau kita akan terlambat kembali ke hotel" pembicaraan diantara mereka ditutup dengan makan malam romantis dipinggir pantai dihibur dengan suara ombak yang menyapu pasir pantai. Suasana hening menimbulkan rasa canggung diantara keduanya. Walaupun begitu, andre sesekali mencuri pandang untuk sekedar melihat ekspresi meri yang seakan kaku tanpa bisa ditebak.

Setelah menyelesaikan makan malam, mereka segera menuju hotel untuk beristirahat. Didalam mini bus, andre tetap diam dan tak berani memulai percakapan. Meri yang menyadari suasana semakin canggung mencoba mencairkan suasana dengan melingkarkan tangannya dilengan andre kemudian menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.

"jangan terlalu baik padaku, sudah bertahun-tahun aku mengabaikanmu tapi jangankan membenciku, kau bahkan tak pernah marah sekalipun. Aku akan memikirkan semuanya lagi kali ini, maukah kau menunggu?" rengek meri yang diikuti dengan pandangan dari pemandu wisata mereka melalui kaca spion depan.

" kau bersifat seperti ini apa tidak malu" balas andre. "dan lagi, aku tadi pagi marah padamu. Jadi aku bisa marah. Sebaiknya kau memperlakukan ku dengan manis agar aku bisa bertahan disampingmu" lanjutnya sambil mengelus kepala dan wajah meri yang berada di bahu nya.

Meri hanya menjawab dengan hembusan nafas panjang seakan menyiratkan bahwa kalimat yang baru saja terlontar itu cukup mampu memberikan tekanan bagi batin nya.

Kendaraan terus melaju memecah hiruk pikuk kota bali yang menandakan mereka sudah mendekati hotel. Tak berselang waktu lama mereka sudah berada di loby hotel tempat dimana mereka menginap. Meri segera turun dan berjalan gontai menuju kamarnya tanpa memperdulikan andre yang merasa heran dengan sikapnya yang berjalan tanpa melihat kepadanya sama sekali.

'ada apa lagi dengannya? Apa aku melakukan kesalahan lagi' batin andre yang segera mengikuti meri menuju kamar nya.

Meri sudah lebih dulu memasuki kamar mereka kemudian melemparkan tas dan blazernya ke sofa yang terdapat di sudut kamar. Sambil menghempaskan tubuhnya dikasur yang empuk dan menerawang jauh mencoba mencerna perkataan andre ketika di pantai dan di mobil. Entah mengapa pikirannya seakan kacau. Saat dia masih sibuk dengan pikirannya, terdengar suara pintu di buka.

'kliiik'

Tak lama andre sudah berada di hadapannya. Menatap dalam ke wajah meri mencoba mencari tahu yang terjadi.

"memgapa menatapku seperti itu"protes meri terhadap tatapan tajam andre yang seakan akan ingin memakannya.

" apa tidak boleh? " balas andre dengan mengajukan pertanyaan balik.

" aku risih. Pandanganmu seperti menelanjangiku" jawab meri dengan nada samar samar pada kata terakhirnya.

"aku sudah lama ingin melakukan itu, jika saja aku bisa" andre mengatakan kalimat itu dengan jelas, tegas namun juga terdapat sisi menggoda di dalamnya.

Meri terdiam sejenak mencoba berfikir keras tentang bagaimana membalas perkataan andre barusan. Dengan wajah bersemu merah dia mencoba mendudukkan tubuhnya dengan kaki yang setengah menjuntai. Dia menarik baju andre dengan keras sehingga mereka jatuh bersama ke atas kasur dengan posisi andre menindih tubuh meri.

"pengendalian dirimu sangat luar biasa kak" ucap meri sambil melingkarkan tangannya di leher andre dan menariknya mendekat kemudian berbisik "tapi bisakah hari ini kau menjadi tak terkendali"

Andre yang mendengar meri untuk pertama kali memanggilnya dengan sebutan "kak" merasa bahwa kesempatan yang selama ini di tunggu nya sudab terbuka.

"apa kau yakin dengan perkataanmu barusan?" andre masih merasa tak percaya dengan apa yang dia dengar dan menggali keyakinannya.

"ntahlah, mungkin beberapa detik kemudian aku akan berubah piki..." meri awalnya mencoba untuk menggoda andre dengan berpura-pura menyesal dengan melepaskan tangannya yang melingkar di leher andre, namun belum sempat menyelesaikan perkataannya, andre sudah lebih sigap membungkam mulut meri dengan bibirnya.

Ciuman itu awalnya terasa sangat kaku, meri yang mendapat ciuman dadakan itu merasa bingung dengan apa yang dia rasakan. Pipinya seakan terbakar, jantungnya seakan memompa darah lebih cepat dari biasanya. Andre yang menyadari sikap meri yang tak menyambut ciumannya dan terdiam seperti manekin, melepaskan ciumannya dan memandang wajah meri yang masih dengan ekspresi terkejut.

"apa ini yang pertama?" tanya andre yang hanya dibalas dengan anggukan ringan oleh meri dan memilih untuk menundukkan pandangannya mencoba menyembunyikan perasaan malu dan rona merah diwajahnya. Andre yang melihatnya hanya tersenyum kemudian mengangkat dagu meri dengan tangan kanannya agar bertatapan dengannya.

"cukup lakukan seperti yang kulakukan. Cobalah se-santai yang kau bisa. Hmm" tuntun andre sambil membelai pipi kiri meri.

"mmm" meri lebih memilih untuk bergumam sebagai jawaban pertanda bahwa ia mengerti dari pada mengungkapkannya dengan kata-kata karna rasa nya akan sulit menjaga nada suara nya agar tak bergetar akibat jantungnya yang berdebar lebih kencang.

Andre yang menerima jawaban dari instruksinya kembali mencoba mendaratkan ciuman yang lembut dibibir gadis yang sekarang berada dibawahnya itu. Meri mencoba membalas ciuman itu walaupun masih terasa kaku. Andre berusaha melakukan nya dengan lembut dan tidak terburu-buru, dia hanya ingin memberikan kesan pertama yang indah untuk gadis yang dicintainya itu. Ciuman itu berlangsung lama, terkadang andre memainkan lidahnya di mulut meri namun tak ada tanggapan, saat andre ingin mengakhiri permainan lidahnya tiba-tiba meri menyambut permainannya itu di iringi dengan tangan meri yang kembali melingkar dileher andre membuat keintiman diantara mereka semakin terasa.

Setelah merasa cukup meladeni permainan dibibir meri, andre perlahan berpindah menciumi wajah kemudian turun ke leher. Meri kembali merasakan sensasi yang berbeda, ia merasa tubuhnya seakan terserang dingin yang kemudian berganti dengan rasa hangat yang membuat bulu kuduknya merinding. Andre yang mendengar deru nafas meri yang tak beraturan mengerti bahwa gadisnya mulai menikmati permainannya. Andre sesekali melihat wajah meri yang mulai menggigit bibir bawahnya untuk menahan agar tak mengeluarkan suara.

Melihat hal itu, andre menghentikan aktivitasnya dan kembali mematap meri. Membelai bibir gadis itu dengan ibu jari nya.

"jangan mengigit bibir mu, atau dia akan terluka. Bersuaralah, tak perlu menahannya. Hmm" ujar andre yang kembali mendaratkan ciuman di kening meri. Meri yang merasa tersipu malu hanya menundukkan wajahnya dalam dalam untuk menyembunyikan perasaannya.

Andre lanjut mencium bibir meri, turun ke leher dengan tangannya yang mulai liar menjelajahi lekuk tubuh meri. Meri merasa terbuai dengan perlakuan andre sesekali mengeluarkan suara "ahh" yang terdengar tertahan. Mendengar itu seakan membakar gairah andre. Tangan dan bibirnya semakin liar hingga tangan andre hampir menyentuh kumpulan daging lembut di dada meri.. Meri yang merasakan itu cepat menahan tangan andre dan segera mengembalikan kesadarannya.

"aku rasa sudah cukup untuk malam ini" kata meri sambil mendorong andre menjauh dari tubuhnya. Alhasil andre terjatuh ke samping meri yang segera duduk dan memperbaiki baju nya yang terlihat berantakan karna ulah andre. Mendengar itu andre hanya melingkarkan tangannya pada pinggang meri.

"gerah, aku mau mandi" meri berdiri dengan terburu-buru kemudian pergi ke kamar mandi tanpa menoleh kepada andre. Melihat hal itu, andre hanya tersenyum tipis dan memperbaiki posisi baringnya dengan melipat kedua tangannya di bawah kepalanya sebagai bantal kemudian mencoba mengingat apa yang baru saja dia lakukan.

'kenapa dia mandi lama sekali' batin andre menatap jam tangannya. Sudah 25 menit sejak meri masuk ke kamar mandi. Andre yang khawatir segera meloncat turun dari ranjangnya dan bergegas ke kamar mandi. Baru saja dia akan mengetuk pintu kamar mandi tiba-tiba dibuka.

"oh astaga, kau mengagetkanku sialan" rutuk meri tanpa sadar dan segera menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya. Andre yang mendengar itu sontak saja kaget, sudah bertahun-tahun dia mengenal meri dan baru sekali ini dia mendengar wanitanya itu mengeluarkan kata kasar.

"aku baru tahu kalau ciuman pertama bisa membuat mulut seseorang jadi tak bisa mengontrol perkataannya" goda andre sambil melipat tangannya di dada dan menatap meri dengan senyum jahil tergambar diwajahnya.

"aku terkejut jadi spontan mengatakannya" kilah meri.

"rasanya aku ingin menghukum bibirmu itu dengan melumatnya dengan ganas" balas andre.

"itu lebih terdengar seperti nafsu mu daripada sebuah hukuman" meri membalasnya dengan senyum manis terlukis di wajahnya yang masih nampak basah oleh air membuatnya tampak lebih mempesona.

Andre hanya menaikkan bahunya pertanda bahwa ia tidak menyangkal hal itu. "kenakan pakaianmu atau kau akan terkena flu" kata andre sambil mundur untuk memberi meri ruang melewatinya. Baru selangkah meri berada di luar kamar mandi, terdengar andre berbisik "sepertinya kita harus tinggal d kutub saat melakukan lanjutan yang tadi. Bagaimana bisa suhu AC 12 derajat bisa membuatmu gerah" sindir andre yang dibalas dengan tatapan tajam meri. Andre segera masuk ke kamar mandi untuk menghindari tatapan meri.

Tak berapa lama, andre keluar dari kamar mandi menggunakan handuk warna putih dari perut batas lutut yang disediakan pihak hotel. Dia melihat meri sudah meringkuk di atas kasurnya dengan ditutupi selimut berwarna putih yang sangat lembut. Melihat meri yang memunggunginya, andre segera menyusup di dalam selimut meri dan memeluknya dari belakang. Meri berbalik ingin melihat wajah pria yang dicintainya itu, hingga ia sadar bahwa andre belum mengenakan pakaiannya.

"apa yang kau lakukan?" kata meri dengan nada sedikit tinggi.

"berbaring disamping mu" jawab andre tenang.

"maksudku, kenapa kau tak berpakaian" balas meri kemudian mengambil jarak.

Andre hanya menatapnya berusaha mencerna perkataannya. 'apa dia belum siap untuk menuntaskannya' batin andre masih menatap meri hingga tatapannya menangkap tanda merah di leher meri. Andre menjulurkan tangannya untuk meraih leher meri. Spontan meri menahan tangan andre di ikutk dengan tatapan mematikan.

"jangan salah paham, aku hanya kedinginan sehabis mandi jadi berusaha menghangatkan tubuhku sebentar dengan memelukmu. Mengenai tanganku sekarang, aku hanya ingin memastikan sesuatu. Mendekatlah" andre menjelaskan dengan nada tenang tanpa ada nada yang menunjukkan dia kecewa ataupun tersinggung.

Melihat kejujuran dari tatapan andre, meri mendekatkan tubuhnya kepada andre. Andre yang melihat wanitanya ini sangat penurut tak tahan untuk tak tersenyum. Andre menyibakkan selimut dan rambut yang menutupi leher meri. Dia melihat banyak bekas kecupan di sekitar leher dan pundak meri. Mengelus bekas itu dengan lembut.

"apa sakit?" tanya andre lembut sambil menatap mata meri untuk memastikan wanitanya berkata jujur atau tidak.

"tidak" jawab meri tenang.

"apa aku melakukannya dengan kasar?" tanya andre lagi masih dengan tatapan menyelidik.

"hmm" jawab meri namun kemudian di ikuti dengan gelengan kepala.

"mengapa jawabanmu jadi bias begitu" ujar andre kemudian menarik gadis itu ke dalam pelukannya. "aku akan memperlakukan mu dengan baik" lanjut andre sambil mendaratkan kecupan di puncak kepala meri.

"andre" panggil meri lembut dalam pelukan andre.

"hemm" jawab andre.

"boleh aku meminta sesuatu?"

"tentu saja" balas andre masih tetap memeluk meri.

"aku ingin tidur dengan memelukmu, tapi bisakah kau memakai pakaianmu? Aku risih jika harus menyentuh kulitmu secara langsung. Aku pikir itu belum saatnya."pinta meri. Andre hanya mendaratkan kecupan di kepala meri dan bangkit dan mengenakan pakaiannya. Setelah berpakaian, ia kembali kedalam selimut meri, menyelipkan satu tangannya ke bawah kepala meri kemudian menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Meri membalas dengan memeluk pinggang andre dan membenamkan wajahnya di dada pria itu.

Mereka hanyut dalam pikiran dan sebaris senyuman yang nampak dari bibir keduanya.

avataravatar
Next chapter