8 Pil Kontrasepsi

Berada di kasur yang sama dengan posisi tidur saling memunggungi membuat suasana semakin canggung. Meri sangat gelisah malam itu, sesekali terasa kasur bergerak karena pergerakan meri seperti menciptakan gelombang dikasur itu. Walau tak bersentuhan tetap saja situasinya terasa intim. Andre merasakan meri yang sedari tadi gelisah membalik posisinya untuk menatap meri. Mendapati meri yang juga menatapnya.

"mengapa gelisah? Apa kau sakit?" tanya andre sambil menempelkan telapak tangannya di dahi meri.

Meri hanya menggelengkan kepalanya pertanda bahwa perkataan andre barusan tidak benar. Mereka saling tatap dalam diam sejenak. Sebelum akhirnya andre duduk dan menyandarkan tubuhnya dan menyalakan lampu.

"duduklah, kau sepertinya belum mengantuk" andre menepuk kasur disampingnya sebagai kode agar meri duduk disampingnya. Meri bangun dan mengikuti perkataan andre.

Mereka akhirnya duduk bersama sambil menyaksikan film tengah malam layaknya pasangan yang menghabiskan waktunya di bioskop bersama kekasihnya.

"apa kau mau makan sesuatu?" tanya andre disela-sela keheningan dalam keseriusan menikmati film yang diputar.

"tidak, aku akan gendut jika makan tengah malam" jawab meri sambil menyandarkan kepalanya di bahu andre.

"bagaimana dengan ngemil makanan ringan?" tawar andre lagi.

"itu sama saja" balas meri tak bersemangat.

"mengapa wanita selalu memperhatikan berat badan mereka?" tanya andre lagi. Itu berdasarkan penelitian pribadinya saat bekerja sampingan sebagai waitress di Los Angeles, temannya selalu mengeluh jika dia menawarkan cemilan berminyak atau hot coklat dengan alasan akan membuat mereka terlihat gendut.

" itu sudah kodrat perempuan untuk memperhatikan penampilan dan kodrat laki-laki untuk memperhatikan wanita" meri menjawab sesuai dengan apa yang ada difikirannya.

"aku bahkan tak perduli kau akan segendut apa, selama itu kau maka aku akan tetap suka, jadi jangan menyusahkan dirimu tentang itu" balas andre sambil membelai lengan meri setelah melingkarkan lengannya di bahu meri agar meri dapat bersandar dengan nyaman.

"kau hanya menghiburku. Terimakasih" ujar meri sambil menutup mulutnya yang menguap.

Melihat meri mulai mengantuk, andre mengecilkan suara televisi dan mematikan lampu kamar hingga tersisa lampu tidur yang berada di samping tempat tidur andre.

"tidurlah, akan muncul lingkaran hitam di sekitar matamu jika kau menahan kantukmu" andre berniat menggoda meri sekaligus membuat gadis itu memaksakan tidurnya karena penampilan bagi meri tetap perlu diperhatikan. Bukan karena dia ingin terlihat cantik, tapi karena kebiasaannya yang tidak pernah menggunakan make up membuatnya harus mempertahankan wajahnya agar tetap bugar.

Saat andre selesai dengan film yang ditontonnya, meripun terlelap dalam tidurnya. Setelah membaringkan meri dengan sangat hati-hati bahkan andre sampai nyaris menahan nafas hanya agar wanita itu tak terbangun, andre mematikan televisi dan segera menyusul meri berbaring. Menatap wajah wanitanya yang terlelap dalam tidurnya membuat hati andre terasa hangat. Sudah tiga tahun dia menantikan hal seperti ini. Walaupun memeluknya adalah hal yang saat ini paling ingin dia lakukan tapi rasa takut akan membangunkan putri tidur dihadapannya ini.

Malam itu berlalu dengan cepat, saat meri terbangun, andre masih tidur dengan memunggunginya. Meri menatap punggung pria di depannya itu dengan perasaan senang. Baginya, inilah punggung pria yang akan melindungi nya seumut hidupnya. Entah keberanian dari mana yang dia dapatkan, meri perlahan mengelus punggung andre dengan tangan kirinya. Rasanya sangat intim. 'mengapa tidak dari dulu aku melakukan ini' pikir meri.

Tanpa dia sadari, andre terbangun merasakan sentuhan itu, namun tetap pada posisinya dan lebih memilih menikmati moment itu daripada memberitahu pada wanita di belakangnya bahwa dia sudah ketahuan.

Saat merasakan tangan meri sudah berhenti melakukan itu andre berbalik menghadap meri yang terkejut mengetahui bahwa lelaki itu sudah terbangun.

"apa aku membangunkan mu?" tanya meri hati-hati.

"hemm" balas andre kemudian menarik meri dalam pelukannya. "kau wanitaku sekarang, jangan ragu mengatakan jika kau menginginkan sesuatu yang lebih dari yang pernah kita lakukan" kata andre dengan nada tenang. Andre memang sudah siap melakukan hal yang lebih pada meri, tapi mengingat usia meri yang baru berusia 18 tahun bukan hal yang mudah baginya. Memaksanya hanya akan membuat psikis nya tergoncang. Andre tahu banyak soal itu karena dia memang mengambil jurusan psikologi. Berkat gelarnya, dia bahkan berhasil memperoleh kesempatan menjadi asisten manajer HRD di sebuah perusahaan terkenal di New York.

Mendengar itu, meri hanya menganggukkan kepalanya. Dan melingkarkan tangannya dipinggang andre. Andre memeluk meri seperti sedang memeluk bantal empuk hingga meri sesekali harus mendongakkan kepalanya untuk sekedar bernafas. "andre" panggil meri. Andre tak menyahuti panggilan meri, hanya mempererat pelukannya. "apa kau tidur?" tanya meri karena tak mendengar jawaban dari andre.

"tidak, panggil aku dengan panggilan lain" pinta andre. Mereka sudah menjadi pasangan saat ini maka hal pertama yang harus mereka lakukan adalah mencari nama panggilan untuk pasangan mereka.

"aku tidak bisa memikirkan panggilan lain. Memanggilmu dengan kata sayang, yang, beb atau honey bagiku terlalu menggelikan" jawab meri.

"baiklah bagaimana dengan panggilan oppa atau kakak atau bisa juga abang?" tanya andre berusaha mencari panggilan yang pas untuknya.

"tidak tidak. Biarkan aku memanggilmu dengan namamu saja, itu jauh lebih bagus dari semua panggilan yang kau usulkan"

"baiklah, panggil aku kak andre" andre masih bersikeras bahwa panggilannya haruslah berbeda karena hubungan mereka juga sudah berbeda sekarang. "aku lebih tua 4 tahun darimu. Sudah sewajarnya jika kau memanggilku kakak" lanjut andre lagi.

"itu terlalu panjang. Aku akan tetap memanggil nama mu dan kau tetap memanggilku dengan namaku. Cukup begitu saja. Tapi jika kita sudah di New York kau boleh memanggilku apa saja"balas meri tegas sambil melonggarkan pelukannya andre agar bisa menatapnya.

Andre sangat mengetahui kepribadian meri yang keras kepala dan terkesan tak mau mengalah. Tapi karena hal itulah kedua orang tua nya memberi kebebasan padanya untuk memilih dimana dia akan tinggal. Dia bahkan telah pisah rumah dengan kakaknya saat berusia 16 tahun. Saat itu meri baru masuk pada tahun kedua di senior high scholl nya. Tapi karena sikapnya itu, ayah dan ibunya hanya bisa mengiyakan dan memilih memberi sebuah apartemen dengan tingkat pengamanan yang luar biasa.

"baiklah. Sudah waktunya sarapan" ujar andre kemudian bangkit dari tempat tidur menuju ke kamar mandi.

Meri yang menunggu andre selesai mandi menyibukkan diri dengan membersihkan kasurnya saat seorang pelayan hotel datang untuk merapikan kamar. Pada akhirnya meri hanya duduk di sofa dan menonton pelayan itu membersihkan kamarnya dan membawa peralatan makan mereka semalam di balkon keluar.

"siapa yang datang?" tanya andre saat keluar dari kamar mandi dan mendengar suara klik dari pintu pertanda ada yang baru saja keluar.

"pelayan hotel" jawab meri singkat kemudian masuk ke kamar mandi.

'dia pasti tidak memberikan uang tip kepada pelayan tadi. Pelayan yang malang' batin andre.

Melihat sikap meri yang irit dalam menggunakan setiap sen uang yang di milikinya membuat andre berpikiran seperti itu. Padahal itu sama sekali tidak benar. Meri bahkan memberikan uang lebih banyak dari yang andre berikan kepada pelayan pengantar makanan semalam. Walaupun dia orang yang perhitungan dalam membelanjakan uangnya dan lebih memilih sesuatu yang biasa saja daripada membeli barang high brand seperti yang biasa dikenakan oleh putri kalangan elite tapi meri bukanlah orang yang pelit. Dia akan cenderung berpikir menghabiskan uang untuk dirinya tapi tak berpikir jika itu untuk memberi kalangan di bawahnya. Baginya, kerja keras mereka yang berada di bawah juga perlu di hargai dengan pantas.

Meri bersiap-siap untuk pergi sarapan di restoran bersama dengan andre. Menggunakan kemeja polos berwarna merah dan celana katun hitam dipadukan dengan sendal dengan heels rendah. Mereka segera melangkah keluar sebelum akhirnya terdengar suara telfon dikamar berdering. Andre mengangkat telfon itu.

"halo" sapa andre

"maaf pak, ada paket atas nama meriana rezky" jawab seorang wanita diujung telfon yang merupakan front liner hotel.

"baiklah, saya akan turun mengambilnya" balas andre kemudian menutup telfon.

"siapa?" tanya meri

"penggemar, ada paket dibawah jadi kita ke bawah dulu ambil paket kemudian lanjut sarapan" kata andre santai sambil membukakan pintu.

Diperjalanan menuju ke meja bagian administrasi, pikiran andre melayang memikirkan siapa pengirimnya. Bukankah ini pertama kalinya meri berada di bali. Lantas siapa pengirim paket ini. Andre yang semakin penasaran mempercepat langkahnya tanpa memperdulikan meri yang tertinggal.

"permisi, saya andre. Saya menerima panggilan kalau ada paket untuk nona meriana rezky" ujar andre ramah kepada wanita yang ada di meja administrasi.

"oh iya pak andre, ini paketnya" jawab wanita itu sambil memberikan sebuah kotak kecil.

"siapa nama pengirimnya?" tanya andre lagi.

"maaf pak, tadi ada seorang pria yang membawakan langsung kemari dan enggan menyebutkan nama" jawab wanita itu.

"ada apa andre?" tanya meri yang melihat percakapan andre dan karyawan hotel.

"tidak ada" jawab andre sambil menyimpan kotak itu di jaketnya dan menggandeng meri menjauh dari karyawan itu. Meri yang melihat raut tidak senang diwajah andre menjadi semakin penasaran.

Setelah sampai di restoran dan menemuka meja yang kosong, mereka segera duduk dan memesan menu breakfast. Andre selalu bertanya mengenai apa yang ingin di pesan meri, mulai dari makanan pembuka, makanan berat, sampai minuman namu hanya di tanggapi dengan kata "ikut selera kamu". Meri sedang malas memilih. Pikiran lebih tertarik untuk membaca ekspresi andre.

Meri tak bisa lagi menahan rasa penasarannya. Setelah pelayan pergi meri memutuskan untuk menanyakannya kepada andre.

"ada apa? Kau terlihat sedang dalam mood yang buruk" tanya meri sambil menyandarkan tubuhnya dan melipat tangannya di dada agar terkesan mengintimidasi.

"meri katakan padaku kau bertemu dengan siapa kemarin?" tanya andre serius namun tetap lembut.

"aku sudah bilang aku bertemu temanku" jawab meri santai. Namun seberapa keraspun usahanya untuk membohongi andre, andre akan tetap tahu bahwa dia berbohong.

"aku tidak akan memaksamu mengatakan siapa nama orang yang kau temui, tapi apa kau yakin dia cuma teman?" tanya andre lagi penuh selidik. Melihat ekspresi meri yang berubah dan matanya yang berkedip lebih sering serta menarik nafas panjang. Andre sudah bisa menebak bahwa orang itu bukan cuma teman." baiklah tak perlu dijawab soal yang tadi. Tapi apa kau memberitahu kalau kau menginap di hotel ini?" tanya andre lagi.

"tidak" meri menjawab dengan mantap. Andre tahu itu adalah kejujuran.

"setidaknya katakan padaku apa dia seorang pria?" tanya andre lagi.

Mendengar semua pertanyaan andre, meri mulai tahu ada sesuatu yang terjadi dan itu mengusik andre. Dia tahu andre lelaki cerdas, akan sangat muda baginya membedakan antara kebohongan dan kejujuran.

" andre aku tidak berbohong, aku bertemu seorang teman, bukan hanya sekedar teman dia kakak tiriku. Entah bisa dikatakan seperti itu atau tidak. Dia anak dari suami pertama ibuku. Kami dekat dan saling kenal saat aku berada di Los Angeles. Dia seumuran denganmu dan terpenting dia perempuan. Dia akan kembali ke LA jadi aku menemuinya untuk mengucapkan perpisahan" jawab meri menjelaskan seadanya karena berbohongpun percuma karena andre akan mengetahuinya.

"lalu, apa ada lagi yang kau temui?" tanya andre. Bagi andre mustahil jika hanya untuk mengatakan ucapan perpisahan membutuhkan waktu seharian.

"tidak ada" jawab meri gugup yang kemudian menerima tatapan tidak puas diwajah andre. "tidak ada lagi yang kutemui secara khusus. Tapi saat aku berbelanja ada seseorang yang mencari masalah denganku. Dan sebagai permintaan maafnya dia menemaniku belanja, membayar belanjaanku dan mentraktirku makan siang" laniut meri.

"apa dia laki-laki?" tanya andre penasaran.

"iya" jawab meri sedikit takut membayangkan ekspresi andre selanjutnya.

"apa kau mengenalnya?" tanya andre lagi.

"tidak" jawab meri sambil menggelengkan kepalanya.

"gadis ini, bagaimana bisa kau pergi dengan orang yang tidak kau kenal di tempat yang baru pertama kali kau datangi" ujar andre dengan suara kesal sambil memukul pelan kepala meri.

"aw, sakit" protes meri sambil mengelus kepalanya yang dipukul. "aku memang tidak kenal, tapi dia sepertinya orang yang baik. Hanya pengawalnya saja yang menyeramkan" kata meri mencoba membela diri.

"kau" kata andre menunjuk meri dengan perasaan kesal tertahan. "bagaimana bisa kau menilai seseorang itu baik dengan hanya melihatnya sekali. Aku bahkan membutuhkan waktu 4 tahun untuk belajar memahami karakter orang lain. Lagipula jika dia membawa pengawal yang menyeramkan apa kau tidak berfikir bahwa orang tersebut membutuhkan pelindung yang artinya dia banyak musuh karena dia tak bersikap hati-hati padamu maka sudah di pastikan bahwa musuhnya adalah lelaki. Apa kau pikir jika laki-laki memiliki masalah dengan laki-laki lain dan butuh pengawalan itu hanya masalah kecil. Dengar gadis baik, berdekatan dengan orang yang memiliki pengawal bahkan jauh berbahaya dari kau berteman dengan preman. Pengawalnya mungkin menyeramkan bagimu tapi anjing bahkan lebih takut kepada tuannya dari pada kepada sejenisnya. Intinya jauhi laki-laki seperti itu karna itu berbahaya. OKE" ucap andre panjang lebar yang hanya di balas meri dengan anggukan.

"meri" panggil andre.

"hmm" balas meri hanya dengan bergumam pelan.

"katakan meri" perintah andre.

"baiklah, aku tidak akan menjauhi pria dengan pengawal seperti itu. Tapi mengapa kau bertanya seperti ini? Apa terjadi sesuatu?" tanya meri penasaran.

Andre mengeluarkan sebuah kotak yang dari tadi disimpannya di kantong jaketnya.

"wow, apa ini?" tanya meri penasaran dengan isi kotak itu. Dia dengan cepat membuka kotak itu. "ini sangat indah. Kapan kau membeli ini? Aku baru tahu kau pria romantis" kata meri dengan senyum lebar dibibirnya.

"itu dari pengagum rahasiamu" jawab andre santai. Pelayan yang datang hanya melihat ke arah meri yang tersenyum lebar sambil menata makanan dimeja kemudian pergi.

"apa ini sebabnya kau menanyaiku seakan aku ini tersangka pencurian?" tanya meri agak kesal. Andre tak menjawab, hanya menatap meri dengan tatapan tajam dan mematikan. " tapi bagaimana mungkin, aku bahkan tidak memberitahu namaku" ujar meri bingung.

"itu yang kumaksud berbahaya, lihat bagaimana dia bisa mengetahui nama dan tempatmu menginap" jawab andre sambil menyantai sarapannya.

"memikirkannya membuatku merinding. Apa dia seorang agen" ujar meri seolah sedang merenung. Pada kenyataannya meri sudah tahu akan seperti ini hasilnya. " ahh aku lapar. Buang saja hadiah itu, aku tidak membutuhkannya. Saat ini ada kekasihku yang akan memberiku hadiah semacam ini jadi aku tidak akan menerimanya. Jika dia memberiku hadiah pil kotrasepsi itu pasti jauh lebih baik" meri terus berbicara tanpa memperhatikan andre yang sedang asyik mengunyah makanannya dan tersedak setelah mendengar ucapan meri barusan.

Uhuk uhuk (suara terbatuk)

"wah, kau benar-benar membuatku frustasi. Kau memikirkan alat kontrasepsi saat kau sendiri bahkan tidak mau telanjang di depanku" kata andre setengah tak percaya dengan ucapan meri.

"aku mengatakan itu karena ku pikir aku harus meminumnya dari sekarang karna akan fatal jika singa lapar di depanku ini tiba-tiba memaksa memakanku" kata meri.

"...." andre hanya terdiam. Setiap kata yang keluar dari mulut wanitanya ini benar-benar tak terduga.

avataravatar
Next chapter