167 permohonan seorang teman

📞"tuan, kami di per empatan sebelum kampus ege. Teman nyonya mengalami kecelakaan. Nyonya saat ini sedang histeris, sepertinya kondisinya tidak baik"

📞"aku berada di dekat kalian. Jangan nyonya, jika bisa tenangkan dia sampai aku datang"

📞"baik tuan"

Sopir itu cukup spontan dengan menelfon orang yang tepat pada situasi kritis seperti saat ini.

Setelah menelfon ambulance, ia segera menghampiri nyonya yang merupakan permata di istananya. Jika terjadi sesuatu, entah murka apalagi yang akan di perlihatkan sang tuan dari neraka itu.

Wanitanya bahkan tidak boleh menyentuh bawang di dapur lalu mana mungkin ia akan senang melihat istrinya itu memegang pria lain bahkan menangis tersedu-sedu untuknya.

"nyonya, tenangkan dirimu. Tuan akan segera datang" kata sopir itu mencoba menenangkan.

Jika orang lain biasanya menepuk punggung orang yang di tenangkannya, sopir itu hanya bisa menggenggam tangannya sendiri. Dia tidak cukup berani melakukan hal itu, bisa saja tangannya akan di potong tuannya jika berani menyentuh istri berharganya itu.

"ambulance, telfon ambulance" perintah meri.

Sopir itu gugup sejenak menyaksikan wajah nyonya besar itu yang tetap cantik dengan derai air mata. Ini pertama kalinya ia melihat wajah cantik itu. Hari ini mungkin hari buruk bagi fuad dan nyonya rumahnya, tapi ia merasa beruntung dengan anugerah terbesar yang selalu di inginlan para pembantu di rumahnya.

Kini ia bisa menyombongkan dirinya kepada yang lain karema bisa melihat wajah sang nyonya, bukan dari jauh tapi dari dekat.

Baru sebentar ia menikmatinya, ia sudah harus sadar karena sang pemilik sudah datang. Dengan cepat ia mundur dan menundukkan pandangannya.

Ilham duduk sambil mengeluarkan masker dari saku celananya.

"pakai ini"

Ia tidak terburu-buru untuk memaksa meri menutup kembali wajahnya dengan cadar. Hanya masker kesehatan yang ia sodorkan untuk menghindari istrinya dari menghirup polusi udara.

"bagaimana dengannya?" meri masih memikirkan kondisi fuad.

"meri tenanglah. Kau seorang dokter, temanmu bisa saja meninggal jika kau tidak bisa menguasai emosimu"

Meri mulai meredakan tangisnya dengan perlahan menarik nafas panjang dan membuangnya. Ia berusaha menarik energi positif untuk menenangkan emosinya.

Dengan sigap, ilham memeriksa keadaan fuad. Respon buruk di tambah tulang peher yang cedera. Beruntung saraf yang penting penghubung kepala dan tubuhnya tidak sampai terjepit.

"apa kau sudah bisa tenang sekarang?" tanya ilham.

"Mmm" jawab meri bergumam.

Keadaannya lebih tenang dari sebelumnya tapi air matanya tetap sulit untuk berhenti.

"aku akan melepas helm nya. Kau pegang leher dan kepalanya. Pastikan posisinya tetap rata" kata ilham mengingatkan.

Lagi-lagi meri hanya mengangguk. Mobil ambulance sudah tiba dengan begitu mereka sudah memiliki penyangga leher.

Meri menahan kepala dan leher fuad dengan hati-hati. Tangisnya kembali pecah melihat betap parah luka di kepalanya.

Fuad masih sadar dan melihat meri melakukan penyelematan untuknya. Ia cukup kuat untuk mempertahankan kesadarannya hingga akhirnya tubuhnya pindah ke ambulnace.

Ilham menarik istrinya keluar dari mobil ambulance itu. "kau naik mobilku saja"

"tidak ada yang menjaga fuad" protes meri dalam tangisnya.

"tenangkan dirimu meri. Dia akan baik-baik saja sekarang, tapi bagaimana dengan janinmu" ilham mengingatkan dengan penuh kekhawatiran.

Bukan hal mudah melihat seseorang yang penting di hidupmu terluka, tapi pikiran jernih tetap di perlukan. Sesakit apapun meri saat ini, ilham merasa lebih sakit menyaksikan istrinya menangis untuk pria lain tapi ia terus mencoba mengerti betapa lembut hati Wanitanya itu.

"naik ke mobilku. Kita harus lebih dulu sampai ke rumah sakit"

Tak merasa berdebat menguntungkan dan akan memakan waktu lama, meri masuk ke dalam mobil suaminya. Duduk dengan patuh namun tetap dengan ekspresi khawatir.

Ilham sampai harus memasangkan safety belt nya karena meri melupakan hal itu.

Mobil mereka melesat dengan cepat melewati jalan raya yang padat. Ambulance berangkat lebih dulu tapi mobil ilham tiba di rumah sakit lebih awal lima menit.

Karena tak ingin melihat meri khawatir terlalu lama yang akan mengakibatkan hal buruk pada janinnya, ilham melajukan mobil itu bagai orang yang sedang kerasukan arwah sang legenda balap formula one.

Fuad di larikan ke ICU dengan ilham serta meri di sampingnya. Dokter rumah sakit itu sudah bersiap untuk melakukan penanganan tapi melihat sang jenius di dunia medis berdiri di sampung pasien, mereka merasa akan lebih baik jika ilham yang melakukannya.

"aku bukan dokter di sini, jadi lakukan tugas kalian" ujar ilham.

Posisinya saat ini bukanlah tempat di mana ia bisa melakukan segala hal sesuka hati. Ketenarannya tidak membuat ia bersikap sombong dan meremehkan kemampuan orang lain.

Karena itu, ia memilih mundur dan membiarkan dokter di rumah sakit itu yang melakukan tugasnya. Ia juga masih harus menyeret istrinya itu ke ruang pemeriksaan kandungan.

Guncangan panik ini mungkin akan mempengaruhi kandungannya, jadi ia tidak akan mengambil resiko sekecil apapun.

Baru saja ilham keluar dari ruang ICU dengan menarik meri dan belum sempat menanyakan keadaannya, meri sudah lebih dulu mengeluh.

"perutku sangat tegang, kepalaku rasanya berat" meri memutuskan bicara jujur lebih baik daripada menyembunyikannya.

Tidak menjawab sepatah katapun, ilham memapah istrinya itu menuju ruang pemeriksaan kandungan. Ini kedua kalinya ia datang hanya di selangi waktu dua hari.

Sepanjang jalan, mereka di pandangi tatapan kagum dari para perawat, dokter ataupun pengunjung wanita.

Sebagian dari mereka yang mengetahui identitas ilham karena sebelumnya desas desus kedatangannya pertama kali sudah tersebar dan menjadi buah bibir.

Beberapa perawat bahkan sempat mengambil fotonya saat membawa meri memeriksakan diri pertama kali. Mereka bukan hanya perawat dan dokter, dalam diri mereka tersimpan jiwa papparazi.

Berkat beberapa foto itu, mereka mulai mengenali pria tampan itu sebagai profesor terkenal dari pusat penyembuhan dan ahli peneliti di pusat penelitian kars amerika.

Pengunjung yang turut menatap kejadian itu di karenakan itu adegan yang sangat romantis jika di tunjukkan di depan ruang publik seperti rumah sakit dan sebagian lagi karena terpana pada ketampanan ilham.

Apapun alasan mereka dan bagaimanapun kekaguman mereka, orang yang paling beruntung saat ini adalah wanita yang berada dalam pelukan tangannya. Siapa lagi jika bukan meri.

Beberapa rekannya mengenalinya, tapi sebagaian besar lainnya yidak terlalu memperhatikannya.

"dia hanya sedikit tegang karena stres" kata dokter kandungan setelah melakukan pemeriksaan pada meri. "dokter ana, kau seorang dokter yang pintar. Walau bukan dari departemen obgyn atau spesialis kandungan, aku cukup yakin kau tahu kondisi mu bisa mempengaruhi janinmu. Aku dengar kau melakukan operasi besar dua hari lalu, kau tentu tahu itu tidak baik. Aku sarankan, kau mengambil cuti atau sekalian mundur untuk fokus pada kehamilanmu. Prof ilham juga pasti menginginkan hal yang sama. Tapi mengingat betapa keras kepala dirimu, aku secara pribadi akan meminta suamiku untuk membantu tugasmu dan kau di persilahkan menangani bedah ringan dan pasien yang tidak terlalu rumit"

"terimakasih dokter. Aku berencana akan melamar pekerjaan di sini dan mengambil posisi istriku sebagai ahli bedah. Aku hanya ingin dia jadi asistenku di ruang operasi" jawab ilham datar.

Sebelum kembali ke rumah sakit itu lagi, ilham sudah melakukan pengecekan pada identitas dokter jackob yang ternyata adalah suami dari dokter kandungan meri saat ini.

Harga dirinya masih cukup tinggi untuk membiarkan pria itu yang menjaga meri. Ia sudah memutuskan akan datang bekerja di rumah sakit tempat meri bekerja dengan syarat menggeser posisi meri dan menjadikannya sebagai asisten dokter pribadinya.

Jika bisa, ia ingin meri menjadi dokter junior di bawah bimbingannya dan ia hanya ingin meri dan tak ingin yang lainnya.

"aku rasa itu juga bagus. Direktur pasti tidak akan menolak seorang jenius seperti anda"

"terimakasih"

Keluar dari ruang pemeriksaan itu, meri tidak berniat menunggu sedetikpun untuk tidak melihat fuad. Ia segera menuju ruang ICU dan dokter yang menangani juga sudah keluar.

Meri berdiri di samping ilham mendengarkan penuturan dari dokter yang memeriksa keadaan fuad.

"jadi apa rencana kalian?" tanya ilham.

Dalam dunia medis, diagnosis hanya tahap awal dan yang terpenting adalah perencanaan penanganan.

"kami akan melakukan dua operasi bersamaan"

Alis ilham berkerut tidak mengerti dengan keputusan dokter di hadapannya itu. Melakukan operasi bersamaan antara operasi bedah saraf di kepala untuk mengatasi luka di kepala dan melakukan operasi bedah tulang rusuk yang patah sangat riskan.

Jika alat vital menunjukkan sesuatu yang salah maka akan sulit mendeteksi bagian mana yang melakukan keselahan.

"boleh ku tahu kenapa kalian memutuskan melakukan operasi besar secara bersamaan?" tanya ilham.

"waktu kami terbatas, jika kami mengutamakan memperbaiki tulang rusuk yang patah maka kami akan terlambat menangani kerusakan saraf di kepalanya. Dan jika kami melakukan operasi saraf terlebih dahulu, itu juga sulit mendeteksi kemungkinan respon tubuh setelah operasi bedah"

Meri mulai mengerti situasi sulit yang di hadapi rekannya itu, jadi dia cukup memahami pilihan tindakannya. Tidak mudah melakukan dua operasi bersamaan tapi waktu mereka terbatas.

"bisa ku lihat hasil pindai CT dan MRI nya?" ilham berniat memberikan pandangannya kali ini.

Sebagai dokter ia juga tidak bisa lepas tangan terlebih ia memiliki hubungan yang rumit dengan pasien. Fuad adalah pemegang tendernya pada pembangunan desa penyembuhan sekaligus merupakan sahabat baik istrinya yang merangkap sebagai pemuja wanitanya.

Menyelamatkannya kali ini merupakan sesuatu yang harus ia lakukan, jika tidak melakukan operasinya setidaknya ia bisa memberikan penilaiannya terhadap kasus fuad.

Dokter itu menunjukkan hasil pindai CT, MRI dan hasil pindai sinar X sekaligus.

Ilham memperhatikan dengan seksama, sambil terus menatap jam tangannya. Ia seperti sedang menghitung berapa lama waktu yang di butuhkan untuk melakukan penanganan.

"dokter jackob bisa melakukan pembedahan ini. Dia cukup kompeten jadi panggil saja dia" ujar ilham.

"tapi ini pasienku"

Mendengar kalimat berisi egoisme itu, tatapan bersahabat itu tiba-tiba berubah jadi tatapan tajam mematikan.

"apa nyawa pasien tidak lebih berharga daripada harga dirimu?"

Terkadang permasalahan tidak hanya terjadi pada rumah tangga, di rumah sakit persaingan juga terjadi dan tidak menutup kemungkinan terjadinya benturan kepentingan hingga hal seperti saat ini bisa saja terjadi.

"jika kau merasa yakin bisa menyelesaikan operasi di kepalanya dalam 60 menit, maka kau boleh maju. Tapi jika tidak sebaiknya jangan membuang waktuku bernegosiasi denganmu"

"aku akan melakukannya"

"dokter jack" meri terkejut melihat dokter jack sudah ada di dekatnya.

"kalian sebaiknya bekerja sama. Pasien kali ini bukan orang biasa. Dia salah satu pangeran di kerajaan arab. Jika kalian gagal, bukan hanya pekerjaan tapi kalian juga mungkin kehilangan nyawa. Pikirkan baik-baik" ilham memanggil jackob bukan karena berbaik hati memuji kemampuannya, ia mencoba meletakkan sebuah telur di ujung tanduk.

Jika jackob bersedia maka itu bagus, tapi jika tidakpun tetap tidak masalah baginya. Ia bukanlah dokter rumah sakit itu jadi bukan tanggung jawabnya untuk menyelamatkan fuad.

Dokter yang baru saja mendengar identitas asli sang pasien langsung melangkah mundur. Mereka sangat takut untuk bertaruh di permainan berbahaya ini.

📞"halo"

📞"ketua, anda di mana? Presentasi akan segera di mulai"

📞"aku di rumah sakit. Adikmu mengalami kecelakaan dan kebetulan bersama istriku jadi aku sepertinya tidak bisa datang. Bisakah kau tangani situasi ini?" kata ilham pada seseorang di ujung sambungan telfon

📞"baiklah. Tolong selamatkan adikku. Aku akan segera ke sana setelah presentasi selesai. Prof, bisakah aku memintamu melakukan operasi adikku sebagai seorang teman?" pintanya sebagai kakak.

avataravatar
Next chapter