4 Ombak dan aku

#Flashback#

Terik matahari sepertinya tak pernah lupa untuk menyengat siapa saja yang terkena cahaya nya. Seakan tugasnya dikala siang bukanlah menerangi tetapi memanasi. Panasnya matahari tak menyurutkan semangatnya untuk menembus jalanan ke arah rumah rafa yang merupakan kakak keduanya yang setia mendampingi nya di L. A.

Mendengar kedatangan ayahnya dari Indonesia memberi semangat baru baginya. Tak berapa lama mengendarai taksi dari apartement nya, mobilpun berhenti pada sebuah pekarangan mewah milik kakaknya itu. Meri segera berlari menghambur ke dalam rumah hingga terdengar suara samar-samar percakapan ayah dan kakaknya.

"Rafa, ayah mempercayakan adikmu disini agar tak ada peluang baginya memikirkan pria lain. Ayah tahu selera adikmu yang tak menyukai pria asing" terdengar suara yang penuh kemarahan.

"ayah, di sini bukan hanya ada warga lokal. Warna indonesiapun banyak yang menempuh pendidikan di sini. Entah bagaimana dia bisa akrab dengan kedua pria Indonesia itu" suara rafa yang berusaha memberi penjelasan kepada ayahnya yang tengah berang mendengar kedekatan putrinya dengan pria lain di usia yang terbilang seumur jagung.

"baiklah. Singkirkan mereka. Terserah bagaimana cara nya. Memberi mereka uang, menghubungi relasimu agar mendeportasi mereka, jika perlu bunuh saja. Ayah tidak ingin putri ayah terganggu dan pastikan dia tidak tahu" perintah ayahnya terdengar jelas ditelinga meri membuat lututnya seakan mati rasa dan tak mampu menyangga berat tubuhnya. Meri mencoba bersandar pada dinding agar bisa tetap berdiri.

"mereka berdua ayah, jika kita menyingkirkan keduanya akan menimbulkan kecurigaan dibenak meri"

"baiklah kalau begitu cari tahu siapa yang disukai oleh meri diantara keduanya. Cukup singkirkan saja dia. Jika ada peluang untuk meri menyukai keduanya maka cepatlah bertindak" tukas ayah meri dengan nada memerintah namun terlihat tenang.

Meri yang tak sanggup mendengar kenyataan bahwa ayah yang selama ini dipuja nya laksana dewa ternyata tak lebih buruk dari seorang rahwana. Berlari menembus keramaian, melintasi jalan raya yang padat kendaraan. Berusaha mengembalikan kesadarannya. Meri singgah pada minimarket yang terletak tak jauh dari apartemennya. Kulitnya terasa terbakar setelah berjalan dibawah terik matahari hanya dengan menggunakan T-sirt lengan pendek dan jins biru.

Diapartemen nya, meri sibuk memikirkan cara agar tak terjadi sesuatu pada kedua orang yang ia sayangi. Hingga akhirnya memutuskan untuk memilih agar ilham yang dijauhkan darinya. Ilham pria kaya dengan sejuta rahasia, rasanya tak akan sulit baginya untuk melupakan meri. Sedangkan andre hanyalah pria biasa yang berhasil melanjutkan study d LA berkat beasiswa yang diperolehnya. Yang terpenting bahwa meri mencintai andre.

#flashback end#

Hari ini akan menjadi hari yang padat aktivitas bagi dua muda mudi yang ingin menikmati liburan mereka di pulau yang terkenal dengan beragam wisata nya, mulai dari wisata pantai, bukit hingga wisata religi.

Bali merupakan sebuah pulau dengan penduduk mayoritas beragama hindu, hal ini yang banyak menarik minat wisata karena selain di suguhi dengan pemandangan pura dengan jumlah tak sedikit serta arsitektur bangunan yang unik, wisatawan juga di suguhi dengan ritual adat yang masih kental dengan tradisi budaya serta kekeluargaan yang terjalin sangat intim.

"hari ini, mau jalan kemana?" tanya andre membelah kebisuan yang terjadi.

"kita ke wisata terdekat saja dulu. Di sini dekat dari pantai kuta, ada baiknya kita ke sana kemudian lanjut ke wisata lain dan hari ini aku mau ke pantai jimbaran. Di sana terkenal dengan diner romantis untuk yang berbulan madu, di temani dengan sunset, bagaimana menurutmu? " meri menjelaskan panjang lebar mengenai rencana nya dengan penuh semangat.

" baiklah. Tapi tidakkah menurut mu kita seharusnya berganti pakaian? " balas andre sambil menatap pada pakaian yang melekat pada tubuh wanita yang di kagumi nya.

Meri mengikuti arah pandangan andre sambil mengangguk anggukan kepalanya pertanda setuju. Dengan segera meri beranjak dari tempat mereka sarapan lalu menuju kamar untuk mengganti pakaiannya.

'bagaimana bisa kau berpakaian seperti ini, kau tampak seperti penggoda dasar anak nakal' batin meri sambil melucuti pakaiannya dan menggantinya dengan baju kaos oblong dan blazer berbahan jeans dengan lengan panjang dipadukan dengan celana panjang levi's dengan warna senada dengan blazernya. Mengambil tas santai dan sepatu sneakers putih di tambah kacamata yang di sampirkan di leher baju membuat nya nampak modern tanpa harus menunjukkan identitas dan kelasnya.

Andre menatap meri yang menuruni tangga dengan tatapan kagum.

"entah kapan wanita disampingku ini benar benar akan menjadi wanitaku" bisik andre ditelinga meri yang sudah berada disampingnya dan menyambut andre dengan melingkarkan tangannya dilengan andre.

Meri hanya menatapnya dengan sedikit senyuman dibibirnya. "kau selalu mengagumkan" tambah andre yang kemudian di balas dengan kedipan mata oleh meri untuk menggoda nya. Kedua nya tersenyum dan kemudian fokus untuk rencana perjalanan mereka hari ini.

Mereka berdua ditemani dengan pemandu wisata yang memang telah ditemui andre saat meri sibuk mengganti pakaiannya. Setelah berbicara mengenai rencana mereka hari ini dan bertanya apa waktu nya cukup, pemandu wisata mengiyakan dan mengatakan jam 9 malam mereka sudah bisa kembali ke hotel.

Tak memerlukan waktu lama, meri dan andre sudah berada di hamparan pasir putih dengan suguhan pemandangan laut jernih. Mereka cepat membaur di tengah keramaian. Pantai kuta memang tak pernah sepi. Selain karena pemandangannya yang memanjakan mata tetapi juga karena fasilitas lengkap yang berada disekitar pantai membuat wisatawan lokal maupun asing merasa dimanjakan.

Meri duduk dipantai bersisian dengan andre yang sibuk mencari sesuatu untum dijadikan alas duduk. Meri menatapnya dengan senyuman dan kemudian membuka sepatu sneakersnya dan menjadikannya alas untuk duduk. Andre yang melihatnyapun tersenyum dan melakukan hal yang sama.

"apa kau begitu menyukai pantai? " tanya andre yang menatap meri penuh kekaguman.

"tidak" meri menjawab tanpa memalingkan wajahnya.

"lalu, mengapa kau suka mengunjungi pantai?" andre kembali bertanya dengan penasaran.

"..."

"sewaktu di LA kau selalu mengunjungi pantai, apa itu hanya untuk mengisi waktu luang?" andre bersama meri sejak pertama kali meri menginjakkan kaki di L. A, mereka berada di penerbangan dan tujuan kota yang sama hanya terpisah beberapa blok.

Di Los Angeles meri sering mengunjungi beberapa pantai disana, mulai dari santa monica bay sampai vanice beach. Meripun sering mengunjungi playa del rey beach saat sore hari hanya untuk menghilangkan lemak ditubuhnya dengan bersepeda dipesisir pantai pada jalur sepeda yang telah disediakan sambil menunggu sunset. Sesuatu yang menarik adalah meri mengunjungi pantai dengan jumlah pengunjung yang tidak terbilang ramai bahkan terkadang pantai yang dia kunjungi sepi.

Awalnya, andre berpikir bahwa meri menyukai ketenangan oleh karena itu memilih ke pantai yang sepi. Tapi melihat hari ini tempat dia berada sangat jauh dari kata sepi membuat andre penasaran.

"aku bukannya menyukai pantai, aku menyukai ombak. Karna ombak tak ada di kolam renang ataupun danau itulah mengapa aku memilih ke pantai" jawab meri dengan tatapan kosong setengah menahan suara nya agar tak bergetar karena menahan agar tak meneteskan air mata.

Andre masih menatap meri dengan penuh pertanyaan namun melihat wanita disampingnya ini nampak tak suka memvahas hal itu, andre menekan rasa ingin tahu nya dan memilih menunggu agar meri sendiri yang akan bercerita kepadanya.

"aku menyukai ombak karena sejauh apapun mereka pergi, mereka tetap akan kembali pada asalnya. Melihat ombak yang tak berhenti hanya karena ada batu karang atau apapun yang menghalanginya serta membawa pergi apa yang ia capai membuat ku kagum akan ciptaan tuhan yang satu ini" meri menjelaskan dengan menatap ombak yang terus menyapu pesisir pantai. "mereka pergi dengan memberikan bekas sapuan mereka, tapi mereka pergi untuk kemudian kembali entah beberapa detik kemudian atau menit berikutnya atau hari berikutnya. Mereka akan kembali pada apa yang telah mereka sisiri di waktu sebelumnya. Tidakkah menurut mu itu mengagumkan? " meri menatap andre yang membuat tatapan mereka bertemu.

Andre menarik tubuh meri ke dalam pelukannya. Tatapan meri barusan seakan menjelaskan kepedihan dan kerinduan yang ada dihatinya.

" jika kau merindukan dia, mengapa tak berusaha mencarinya? Hmm" andre mencoba mengerti perasaan sahabatnya walaupun itu melukai perasaannya.

"aku merindukannya sejak aku merasa kehilangan sahabatku karena ulahku. Aku hanya merasa bersalah dan ingin memperbaikinya" balas meri yang tetap hanyut dalam pelukan andre.

"kau memang harus memperbaikinya, tapi cobalah untuk tak merasa bersalah. Ilham juga tahu pengorbanan yang dia lakukan agar kau bahagia, bukan sperti ini meri" andre melepas pelukannya dan menatap meri yang mulai menangis.

"apa dia akan memaafkan ku?" suara meri mulai gemetar karena terisak.

"tentu saja dia akan memaafkan mu. Sudah cukup menangisnya, orang akan berpikir aku mengganggumu" goda andre mencoba menenangkan meri.

"terimakasih" wajah meri mulai menunjukkan secercah senyuman.

Kemudian terdengar hp meri berdering memperdengarkan lagu someone like you dari penyanyi adele.

"halo" meri mengangkat telfon dihadapan andre.

"..."

"baiklah. Terimakasih" balas meri untuk orang diseberang telfon dan kemudian mematikan sambungan.

"siapa?" tanya andre penasaran.

"bukan siapa-siapa, aku akan ke minimarket sebentar untuk membeli makanan. Kamu sebaiknya tunggu di sini" ucap meri kemudian berdiri.

"tidak, biar aku saja" balas andre.

"tidak usah. Biar aku saja. Aku juga ingin ke toilet sebentar. Jadi tunggulah di sini. Dan apa aku bisa meminjam sendalmu?" pinta meri. "akan ribet jika menggunakan sneakers ku" tambah meri lagi yang menjawab pandangan keanehan diwajah andre.

"baiklah" andre berdiri dan memberikan sendalnya yang terlihat kebesaran di kaki meri. Namun meri tetap memakainya.

Andre terus menatap punggung meri yang berjalan menjauhinya hingga tak terlihat lagi karena keramaian.

Meri menuju sebuah minimarket namun bukannya masuk, ia menghampiri sesorang yang tampak sedang menunggu nya.

"apa kau yakin itu mereka?" meri bertanya pada seorang wanita yang kini berada dihadapannya.

"iya, aku sudah mengikutinya sejak kemarin" balas wanita itu.

"baiklah, aku akan mengurusnya. Awasi kemana dia pergi dan letakkan ini di mobil yang dikendarainya" balas meri sambil menyerahkan sesuatu ke tangan wanita itu yang kemudian beranjak pergi.

Meri masuk ke dalam minimarket dan membeli dua botol minuman dan satu botol air putih dan beberapa makanan pengganjal perut. Kemudian menatap kearah pintu setelah membayar dengan terburu-buru.

BRAAKKK

Meri menambrak seseorang yang hendak melintasi jalan di depan minimarket, sontak saja makanan yang ia beli berhamburan.

"maaf maaf pak, saya terburu-buru" kata meri sambil memunguti belanjaan nya yang tercecer tanpa menatap orang yang ditabraknya.

Lelaki tersebut dengan arogan berlalu meninggalkan meri yang masih sibuk memasukkan belanjaannya ke dalam plastik. Perlahan berdiri dan menatap ke arah punggung pria yang ditabraknya sambil menyunggingkan senyuman khas nya.

"kudapat kau" kata meri sambil berlalu menuju ke arah pantai tempat andre menunggu

avataravatar
Next chapter