171 Nostalgia

"tidak banyak perbedaan. Apa kau sadar bahwa dulu dan sekarang saat kau hamil hanya aku yang ada di sampingmu"

Meri memgerutkan dahinya, ingatannya mengenai hal itu masih samar tapi ia sangat tahu pasti bahwa apa yang di katakan ilham adalah kebenaran.

Nasibnya saja yang sedang buruk saat itu hingga harus menjaga wanita hamil dari pria lain selama tujuh bulan.

Bekerja pada tiga hal sekaligus, tenaga medis serta seorang CEO di kerjaan bisnis serta membantu mengelola bisnis yang di tinggalkan andre waktu itu.

Setelah semua itu, meri hanya mengingat bahwa selama ia hamil ilhamlah yang ada di sisinya. Pengorbanan sebesar itu hanya tampak kecil berkat amnesia yang ia alami.

Itu adalah hal terburuk bagi meri dan nasib buruk bagi ilham. Dialah kekasih yang tak di anggap. Beruntung otak yang menolak mengingat tak menghapus perasaan yang sudah mengakar.

"jujur saja, aku belum mengingat semuanya tapi setelah melihat fuad kecelakaan tadi, sebagian memoriku kembali. Aku ingat tentang rian yang juga mengalami kecelakaan. Tapi ada satu hal yang tidak ku mengerti, waktu itu aku jelas melihat megan dan kau yang berlari ke arahku. Wanita itu tersenyum padamu, apa kalian saling mengenal?" tanya meri.

Perihal kecelakaan rian itu sudah lama ia ketahui karena pengakuan megan dan cerita andre. Tapi keakraban antara ilham dan megan, dia merasa ada yang terlupakan.

Jantung ilham terasa berhenti berdetak. Pertanyaan itu cukup mengejutkan dan jika di bahas mungkin akan menimbulkan kegemparan.

"meri, terkadang ada hal yang lebih baik untuk di lupakan daripada di kenang" kata ilham.

Matanya mencari objek lain agar tak bertemu dengan tatapan istrinya. Walau meri tidak sepintar junior dalam membaca ekspresi tapi ia juga tidak tergolong dungu.

Masa lalu itu sebaiknya terkubur rapat. Megan sudah berbahagia dengan suaminya dan ilhampun sudah bahagia bersama meri dan sebentar lagi alan lengkap dengan anak yang di kandungnya.

Jika masa lalu akan menyebabkan hal buruk maka lebih baik untuk tidak mengungkitnya lagi. Bagi yang lupa sebaiknya lupakan untuk selamanya.

"hei lihat, bukankah itu andre dan clara?" teriak meri sambil menunjuk ke suatu arah tak jauh di bawah mereka.

"Mmm, itu mereka" jawab ilham acuh.

"apa kita harus memanggil mereka? Kita jadi bisa menikmati pemandangan bersama" meri menawarkan double date.

"tidak perlu. Menikmati pemandangan berdua jauh lebih baik" tolak ilham.

Saat ini ia hanya ingin bersama istrinya. Mereka berada di tempat mereka sekarang juga karena ilham ingin menghibur perasaan istrinya yang mungkin merasa jenuh berada di rumah.

Melakukan double date sebenarnya tidak ada yang salah tapi status mereka berbeda. Ilham dan meri adalah pasangan suami istri sedangkan andre dan clara bahkan belum bisa di golongkan sebagai pasangan jadi sangat tidak etis menunjukkan kemesraan pada pria dan wanita yang tidak berdaya itu.

Setidaknya ilham masih punya hati dan rasa iba pada keadaan adiknya itu. Suka atau tidak, nyatanya saat ini ilham terlihat seperti merebut istri adiknya sendiri. Dia bahkan dengan tegas memberi peringatan keras agar adiknya itu menyerah dan menjauh dari istrinya.

Dengan menjaga jarak serta menghindar bertemu dengan andre setidaknya ia bukan hanya membantu menjaga perasaan adiknya, ia juga membantu dirinya sendiri agar tidak perlu merasa khawatir tentang perasaan istrinya.

"hahaha.. Sepertinya kau menghindar dari adikmu. Kenapa? Apa kau masih cemburu padanya?" goda meri.

"kau terlalu banyak berpikir"

"hmm tidak sama sekali. Aku hampir tidak berpikir tapi itu terlihat dari wajahmu" meri sebenarnya hanya menebak asal dan mencoba meyakinkan bahwa ia tahu segalanya.

Saat ingin menipu seseorang yang meri tahu teknik terpentingnya adalah yakin.

"berbohong tidak semudah itu" kata ilham.

Meri seperti ingin melompat mencekik suaminya itu. Mengapa ada pria yang begitu mengenalnya di dunia ini.

Tidak bisakah ia berpura-pura seakan meri berhasil mengelabuhi nya. Suaminya itu benar-benar tidak bisa berpura-pura bodoh walau sehari saja, atau setidaknya sekali saja.

"di sini ada cafee yang lumayan terkenal. Kita bisa menikmati makan sambil melihat sunset. Kau akan menyukainya" ilham membimbing meri ke lantai paling atas dan duduk di kursi yang berada di pinggiran menara.

Matahari terbenam akan tampak jelas dari posisi mereka berada saat ini. Hamparan laut dan atap-atap bangunan bernuansa merah putih memenuhi sudut pandang mereka. Sangat indah dan terlihat seragam.

Di temani cemilan sore serta segelas jus jeruk mint, meri menikmati sore bersama suami yang selalu tahu cara membahagiakannya.

Di zaman sekarang sangat sulit menemukan suami dengan gelar tinggi dan bisnis besar namun selalu siap mendampingi istri serta meluangkan waktu sekedar duduk menikmati kopi dan pemandangan sore hari.

"apa kau tahu mengapa aku menyukai pantai?" tanya meri.

"Mmm, karena aku"

"kau terlalu percaya diri" kilah meri.

Alasannya memang sedikit bersinggungan dengan ilham, tapi tidak sepenuhnya karena pria itu.

"kau menyukai ombak karena tahu tempat kembalinya. Aku juga kurang lebih sama. Dulu aku pernah pergi tapi bukankah kemudian aku sudah kembali. Tempat asalku adalah kau jadi sejauh apapun aku pergi, aku akan kembali"

"rayuanmu semakin luar biasa tapi mungkin hanya aku yang akan bergeming"

"Mmm, apa kau mau melihat aku merayu wanita lain?"

"kau tidak akan bisa" ejek meri dengan senyum meremehkan.

"kau menantangku" ilham bangkit, berdiri dan menggulung lengan kemejanya.

"mau kemana?" tanya meri.

"memenuhi tantanganmu"

Meri spontan menarik ilham dengan keras. "apa kau bosan hidup?" ancam meri.

Jangankan melihat ilham merayu wanita lain, meri bahkan akan merasa hatinya kepanasan hanya dengan lirikan dari para wanita lain ke arah suaminya. Rasanya ia ingin mengunci ilham di kamar dan tak ingin wanita lain menikmati ketampanan suaminga.

Ilham menepuk punggung tangan meri yang memegang lengannya. "aku hanya bercanda. Tenanglah nonya, aku hanya ingin ke toilet"

Meri masih tidak melepaskan pegangannya bahkan tidak melonggarkan sedikitpun. Matanya mulai berkaca-kaca menatap nanar ke arah suaminya yang sukser mengerjainya dengan candaan yang sama sekali tidak lucu.

"maafkan aku. Bercandaku keterlaluan" ilham menarik meri dalam pelukannya, membelai punggungnya agar ia sedikit tenang.

Tadinya ia memang bermaksud menunjukkan bahwa ia bukan tidak bisa merayu wanita. Selama ini ia hanya tidak ingin melakukannya dan tidak pernah berniat untuk melakukannya pada wanita lain.

Karena meri seakan menantangnya, ia merasa perlu menunjukkannya walau hanya sekali. Tak di sangka istrinya semakin hari semakin perasa hingga matanya sudah mulai tergenang air mata sebelum ilham melakukan ucapannya.

"jangan melakukannya lagi, kau membuatku takut" kata meri masih dalam pelukan ilham.

"maafkan aku. Tidak akan ku ulangi lagi" ilham berdiam sejenak masih menenangkan meri di dalam pelukannya. Ia tidak terlalu perduli dengan tatapan pengunjung lain, selama istrinya tidak terganggu maka ia juga tidak.

Merasa sudah cukup tenang, meri menjauhkan tubuhnya dari pelukan ilham dan kembali duduk di kursinya.

Telfonnya berdering bersamaan dengan suara seseorang menyapanya.

"meri, kau juga ada di sini" sapa andre berjalan mendekati pasangan suami istri yang tak lain kakak dan kakak iparnya.

Saat andre dan clara mendekat, ilham mempersilahkan keduanya untuk duduk karena masoh tersisa dua kursi kosong di meja mereka. Tepat saat itu meri bangkit dari duduknya.

"apa aku mengganggu?" tanya andre tersinggung.

"ah tidak, kakakku menelfon jadi aku hanya ingin mengangkat telfonnya sebentar. Kalian silahkan ngobrol lebih dulu, aku permisi sebentar"

Setelah cukup jauh dan mendapatkan tempat yang lumayan sepi, meri mengangkat telfon dari rafa.

Sementara itu, ilham hanya berdiam diri mendengar percakapan andre dan clara. Sesekali ia menanggapi dan sesekali melirik le arah meri berada.

Mereka saat ini di tempat umu yang cukup ramai di kunjungi. Ia tidak tahu orang seperti apa yang ada di sekitar mereka karena itu ia hanya waspada kepada istrinya.

"aku berencana pindah ke apartemen besok, jadi bisakah aku membawa junior bersamaku lusa?" tanya andre.

Dia adalah seorang ayah sementara ilham hanyalag seorang paman yang merangkap menjadi ayah tiri tapi norma kesopanan membuatnya meminta izin kepada ilham.

"sebaiknya bicarakan dengan meri. Dia ibu sekaligus pemegang hak asuh jadi tanyakan saja padanya" jawab ilham

"meri tidak akan menolakku, tapi junior bisa saja menolak. Karena dia sangat mendengarkan perkataanmu, bisakah aku meminta bantuanmu untuk membujuknya?"

Tak ingin memperpanjang pembicaraan, ilham segera mengiyakan. Dia akan membantu berbicara kepada junior tapi ia tidak akan memaksa jikalau junior menolak.

"kak ilham, apa kau ingat dengan citra?" tanya clara

"tidak" jawab ilham acuh.

"citra sepupuku, dia yang selalu memberimu coklat setiap hari itu, apa kau masih tidak ingat?"

"tidak"

Ilham terus menyangkal bukan karena ia lupa, ia hanya tidak ingin clara memabahas masa lalu terlebih jika itu mengenai wanita.

Tak perduli itu cinta monyet atau cinta sepihak, saat masih kecil atau beranjak remaja ketika meri mendengarnya sudah dapat di pastikan itu akan menyalakan api kecemburuan.

Kehamilan meri menyebabkan wanitanya itu lebih sensitif dan emosional. Selain moody dan bertingkah ke kanakan, istrinya berubah menjadi wanita pencemburu berkat kehamilannya itu.

Sangat menyebalkan tapi ilham tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Dalam rumah tangga masalah bisa saja muncul, hanya saja ilham selalu memastikan masalah itu akan selesai sebelum keduanya menutup mata di malam hari.

Itulah kunci hubungan mereka terkesan bahagia tanpa masalah di mata orang lain. Hanya junior yang tahu segala yang di lalui dadi nya selama ini.

"kalian sepertinya membahas hal yang seru" sapa meri saat ia sudah selesai menelfon dan kembali ke tempat duduknya.

"ah iya, aku hanya mencoba bernostalgia dengan kenangan masa kecil kami" jawab clara.

"benarkah.. Ceritakan padaku" pinta meri bersemangat.

Semangatnya saat ini akan berbanding lurus dengan amukannya di rumah jika clara benar-benar menceritakan mengenai citra.

"bukan apa-apa, hanya permainan anak kecil zaman dulu. Bagaimana kabar kakakmu? Apa ada masalah?" ilham mengalihkan topik dengan cepat.

avataravatar
Next chapter