11 Licik

Matahari sudah terik dan menyilaukan wajah meri memaksanya untuk membuka mata. Cahaya matahari yang mulai menunjukkan kekuatannya menembus gorden menandakan bahwa meri terlambat bangun pagi. Saat melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi.

Andre masih terlelap dalam tidurnya walau matahari mengenai punggungnya. Meri menatapnya sejenak kemudian bangkit dan melihat betapa kamarnya saat ini lebih mirip dengan kapal pecah.

Meri melangkah perlahan agar tak menginjak sesuatu yang mungkin melukai kakinya. Sandal hotel yang disiapkan pihak hotel waktu itu tertinggal di taksi karena terburu-buru. Menuju kamar mandi yang berada di dekat pintu masuk kamar.

Mandi dengan air dingin memang menjadi kebiasaan meri. Baginya mandi air hangat sama sekali tak menyegarkan. Dia hanya akan mandi air hangat ketika kelelahan dan itu malam hari. Jika pagi, mandi air dingin lebih baik untuk kulitnya agar tetap terlihat segar. Lagipula di Indonesia yang merupakan negara tropis mandi air hangat terasa kurang cocok. Setidaknya itu menurut penilaian meri.

Setelah selesai dengan mandinya, meri keluar dengan menggunakan handur minim yang membalut tubuhnya dari dada sampai paha. Berwarna putih dengan bahan lembut. Saat meri kembali kekamar, meri masih melihat andre tertidur dengan selimut yang membungkusnya.

Meri membereskan pil yang tercecer dan bagian handphone yang telah rusak dengan sangat hati-hati. Lantai kamar kembali menunjukkan warna putih dan bersih. Andre masih tertidur tanpa bergerak seincipun dari posisinya ketika meri keluar dari kamar mandi.

'dia tidur seperti beruang yang hibernasi' batin meri menatap wajah andre yang tenang saat tidur. Tiba-tiba meri ingin menjahilinya dengan menarik selimut andre. Andre mencoba menarik kembali selimutnya masih dengan mata tertutup namun meri menariknya dengan keras dan membuangnya ke sofa. Andre hanya meringkuk seperti bayi dalam perut ibunya akibat dingin AC yang telah diturunkan suhunya oleh meri.

Melihat andre yang masih tak bergeming dari tidurnya, meri jadi kehilangan kesabaran.

"andre bangun" meri mengguncang tubuh andre dengan keras. Andre hanya membalikkan tubuhnya ke arah lain dan menggeser tubuhnya ke ujung kasur yang lain untuk menghidar dari jangkauan meri.

"kau tukang tidur, apa kau tidak malu pada ayam. Ayam bahkan akan bangun jika mendengar suara angin meniup daun" ujar meri yang sudah berada di atas kasur dan kembali mengguncang tubuh andre lagi.

"gadis ini" andre membelalakkan matanya menatap meri yang tersenyum puas. "izinkan aku tidur beberapa menit lagi" pinta andre yang lebih mirip bergumam karena masih ingin melanjutkan tidur.

"andre bangun" meri masih berusaha memaksa andre bangun dengan menarik lengannya. Andre balas menarik lengan meri hingga ikut terbaring dikasur dan memeluknya dengan erat.

"daripada membangunkanku, lebih baik kau ikut tidur lagi" andre berbisik masih dengan mata tertutup.

Meri menggigit lengan andre hingga pria itu meringis dan melepaskan pelukannya. Meri segera bangkit dan menatap wajah andre yang mulai kesal.

"apa kau tidak bisa jadi gadis lembut dan tidak membuat masalah dalam sehari" andre menatap meri dengan kesal dan bangun dari tidurnya.

"tidak, aku memang sudah terlahir seperti ini sejak dulu" balas meri dengan senyuman penuh kemenangan.

"sepertinya aku yang tidak beruntung" desah andre sambil berjalan menuju kamar mandi. Meri memperhatikan langkah andre yang malas-malasan bahkan terkesan dipaksakan.

'hari ini aku pasti akan membalasmu' batin meri.

Meri segera mengenakan pakaiannya setelah puas mengerjai andre. Dengan t-sirt polos berlengan pendek warna biru dan celana warna putih berbahan denim mebuat meri tampak cantik namun tetap dengan gaya casual nya dengan memadupadankan dengan sepatu kets dengan warna senada dengan celananya.

Sambil menunggu andre selesai bersiap-siap, meri memutuskan untuk menelfon ibunya. Karena ponselnya rusak, meri mengambil ponsel milik andre. Meri menekan nomor handphone ibunya yang sudah dia hafalkan sejak masih di Los Angeles. Ketika menekan panggilan nama yang muncul pada layar "ibu mertua". Meri tersenyum mengetahui andre menyimpan kontak ibu nya dengan nama itu.

๐Ÿ“ž"halo bu"

๐Ÿ“ž"halo sayang"

๐Ÿ“ž"bu maaf baru bisa memberi kabar. Ponselku rusak dan belum ada waktu membeli yang baru"

๐Ÿ“ž"tidak apa-apa sayang. Andre selalu menelfon ibu untuk memberi kabar tentangmu. Dia bahkan selalu mengirim fotomu ke ibu"

๐Ÿ“ž"oww. Apa? Dia mengirim fotoku. Tapi kapan dia mengambilnya" ujar meri heran

๐Ÿ“ž"ibu mana tahu, sepertinya dia mencurinya karna dari posisi mu di foto selalu tidak sadar kamera. Dia berbakat jadi papparazi" goda ibu meri sambil tertawa pelan

๐Ÿ“ž"sepertinya begitu, ibu aku tutup dulu. Kami mau keluar mencari sarapan dan menikmati hari terakhir di Bali"

๐Ÿ“ž"baiklah, beritahu kakakmu agar menjemputmu di bandara besok"

๐Ÿ“ž"oke. Aku sayang ibu"

๐Ÿ“ž"ibu juga"

Setelah menutup telfon, andre keluar dari kamar mandi. Melihat ponselnya berada di tangan meri membuatnya terkejut. 'apa dia melihat video itu? Akan sulit menjelaskannya jika sampai meri bertanya dimana video itu di dapatkannya' batin andre. Dengan tetap berusaha tenang andre melangkah mendekati meri.

"apa kau tipe wanita yang over protektif?" andre mengambil ponselnya yang berada di tangan meri.

"..."

"mengapa kau memeriksa ponsel ku?"

"aku meminjamnya untuk menelfon ibuku"

"apa ada orang meminjam tanpa meminta izin?"

"aku.. Aku.. Hey, apa kau sangat perhitungan sekarang? Aku hanya menelfon ibuku. Aku tidak memeriksa yang lainnya. Lagipula tidak ada untungnya bagiku untuk mengetahui isi ponselmu. Aku mungkin hanya akan menemukan hal yang menyakitkan jika melihatnya" sindir meri tajam kemudian bangkit untuk mengambil kaca mata dan jaketnya yang berada di meja nakas. Tepat saat itu telfon kamar berdering. Andre langsung menoleh untuk mengangkatnya namun meri sudah lebih dulu.

๐Ÿ“ž"halo"

๐Ÿ“ž"dengan nona meriana rezky?"

๐Ÿ“ž"iya betul"

๐Ÿ“ž"maaf nona, ada seorang pria membawa paket untuk mu tapi karena pesan dari pak andre kami menolaknya, pria itu bersikeras dan mengatakan ingin bertemu langsung denganmu"

๐Ÿ“ž"dimana dia sekarang?"

๐Ÿ“ž"diruangan tunggu loby hotel"

๐Ÿ“ž"baiklah, aku akan menemuinya" meri mengakhiri telfonnya kemudian mengambil jaket dan kaca matanya.

Saat dia akan berbalik, andre sudah berada di belakangnya. Menatapnya tajam membuat meri terkejut.

"astaga, apa kau tidak bisa menghilangkan sifat burukmu yang suka mengejutkan orang lain"

"siapa yang mau kau temui?" andre tak memperdulikan protes meri yang terkejut.

"ada seorang teman menungguku dibawah" meri terlihat gugup dengan sorot mata andre seperti laser yang bisa menciutkan lawannya.

"tunggu di sini, aku yang akan menemuinya" balas andre kemudian membuka kopernya dan mengambil pakaian yang akan dia kenakan.

"aku saja, kau terlalu lama. Tidak baik membiarkan teman menunggu lama" meri mengatakan itu sambil melangkah menuju pintu dan tak memperdulikan andre.

"meri" andre berteriak memanggil meri yang hampir mencapai pintu. "jika kau melangkah keluar kamar, akan ku pastikan kau menyesali tindakanmu" ancam andre yang membuat meri membeku di tempat.

"aku yang akan menemuinya, tunggulah di kamar hemm." ujar andre setelah bersiap-siap keluar dan menemukan meri masih mematung di dekat pintu.

Andre memeluk meri dari belakang dengan lembut kemudian mendaratkan ciumannya di pipi dan leher meri agar kekasihnya itu tidak ketakutan lagi." aku akan menghubungi telfon rumah jika menurutku dia bisa menemui mu sekaligus memanggilmu untuk sarapan"

Meri melepaskan pelukannya andre dan berbalik menuju kasur tanpa melirik ke arah andre sekalipun. Memang tidak kasar, tapi begitu dingin. Andre tak ingin memperpanjang masalah dan segera turun menemui orang yang dimaksud meri sebagai teman.

Saat andre turun menemui pria itu, meri justru sibuk mengemas barangnya ke dalam koper sambil mengeluarkan omelan dan rutukan entah kepada dirinya sendiri atau kepada andre.

"dia bahkan lebih menyeramkan dari hulk ketika marah. Dan apa semua temanku harus menemuinya terlebih dahulu baru kemudian boleh menemuiku setelah dia menyetujuinya. Wah, dia bahkan lebih over protektif daripada ayah. Aku kemari untuk liburan tapi malah memangkas berat badanku. Ibu akan shock melihatku pulang dwngan kondisi seperti busung lapar" meri terus mengomel sambil memungut semua barangnya dan memasukkannya ke dalam koper. Sesekali terdengar kata "bodoh", "menyebalkan".

"gonggongan anjing bahkan lebih lembut terdengar dari pada teriakannya" ujar meri kemudian memakai jaket dan kaca matanya. Dia memutuskan mengakhiri liburannya hari ini juga. Dia benar-benar stres menghadapi andre yang memiliki dua kepribadian. Terkadang begitu lembut hingga mengalahkan perlakuan ibunya. Tapi saat marah bahkan lebih mengerikan daripada pencabut nyawa.

Meri bergegas menarik kopernya keluar dan menuju loby hotel. Saat hendak keluar pandangannya melihat andre yang sedang berbicara dengan seorang pria yang tak asing bagi meri.

Andre yang berada di ruang tunggu tak jauh dari meja reservasi dengan kaca transparan melihat meri yang keluar dengan membawa koper segera keluar dan menghampirinya tanpa memperdulikan pria yang menjadi lawan bicaranya.

"mau kemana membawa koper?" tanya andre setelah berada di hadapan meri.

"aku akan pulang hari ini. Liburan ku sudah selesai tadi" meri mengatakan itu dengan nada tenang namun dalam mengisyaratkan bahwa keputusannya sekarang itu karena kejadian tadi.

"meri, kita bisa membicarakan ini baik-baik. Tidak perlu seperti ini" andre menggenggam lengan meri dan mencoba mengambil alih koper yang ditangan meri.

Meri menarik tanganya dengan kasar dan menepis tangan andre yang hendak mengambil kopernya.

"aku sudah bilang aku akan pulang hari ini" ujar meri tenang karena tak ingin menjatuhkan harga diri kekasihnya itu di depan umum. Mereka berdua cukup populer karena adegan romantis semalam dan saat ini mereka menjadi pusat perhatian dari pihak karyawan hotel yang mulai menebak bahwa mereka memiliki masalah.

"baiklah, kita akan pulang bersama. Tapi naiklah dulu, aku juga perlu mengambil barangku di kamar" andre berusaha membujuk meri.

"tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Aku bukan anak kecil lagi yang harus di awasi. Andre, kau bahkan lebih ototiter daripada ayahku. Aku tidak berfikir kau bisa membentakku bahkan mengancamku. Saat ayahku marah dia bahkan tidak pernah mengurungku didalam kamar" ujar meri kesal dengan nada bergetar karena menahan air matanya.

Andre menyadari nada suara meri yang menahan tangisnya. Tatapannya pun menggambar betapa terlukanya perasaannya saat ini.

"meri keadaannya sekarang berbeda" jawab andre berusaha memberi pengertian kepada kekasihnya itu.

"berbeda? Ayahku sering menghadapi masalah ku yang beragam, dia juga bisa marah karena sikap keras kepalaku. Tapi bahkan saat memarahiku nada suaranya tetap seperti ayah yang mencoba menidurkan anaknya yang gelisah. Kalian memang berbeda" meri terus berbicara sambil mengusap air matanya yang sudah tak bisa di bendung lagi.

Andre menarik meri ke dalam pelukannya. Dia sangat tahu hati kekasihnya ini sangat terluka. Andre hanya melihatnya menangis dua kali hanya ketika dia memberi tahunya mengenai masa lalunya dan yang kedua karena dia membentak kekasihnya ini. Andre semakin menyadari bahwa wanitanya ini sangat mencintainya. Karen seseorang yang bisa membuatmu menangis untuk hal kecil bukanlah orang yang paling kau benci melainkan orang yang paling kau cintai.

Meri memang memiliki keluarga yang menyayanginya. Dia di besarkan dikeluarga yang menjaga etika dengan baik. Saat orang dikeluarganya marah, nada suara hanya akan meninggi jika yang menjadi sasaran kemarahan itu pria. Keluarga meri menjunjung etika yang memperlakukan wanita dengan baik, santun dan penuh kelembutan.

"kau menangis didepan umum saat ini, bagaimana jika matamu bengkak seperti kemarin" andre menenangkan meri sekaligus menggodanya.

"pergilah kemasi barang-barang mu. Aku akan menunggu di bandara" ujar meri masih dalam pelukan andre.

"ku pikir ini masih hari liburan kita. Bisakah kita pulang besok. Aku ingin mengajakmu berkencan hari ini" andre memberi kode kepada karyawan hotel yang berada tak jauh di hadapannya untuk mendekat. Memberikan kunci kamar dan memberi perintah untuk membawa koper meri ke kamar hanya dengan kode tangan dan mata. Karyawan hotel itu dengan cepat mengerti dan memberikan senyum kepada andre. Andre membalasnya dengan senyuman yang mampu melelehkan wanita yang saat itu melihat senyumannya dan menyaksikan betapa keras andre membujuk kekasihnya itu.

Setelah karyawan hotel itu pergi, barulah andre melepas meri dari pelukannya. Menatap wajah kekasihnya yang merah karena menangis, menghapus jejak air mata di wajah kekasihnya itu dengan lembut kemudian menurunkan kacamata yang berada di atas kepala meri untuk menutupi mata kekasinya yang merah. Meri melirik ke sampingnya dan tak menemukan kopernya. Andre yang melihatnya hanya tersenyum licik.

avataravatar
Next chapter