2 Liburan

Berjalan di tengah keramaian pengunjung bersama sang ibu mengingatkannya pada masa masa kecil meri yang penuh kebahagiaan. Seketika kebahagiaan itu hilang karena penyakit yang dideritanya dan mengharuskan ia berada jauh dari hangatnya suasana keluarga di rumah.

Mereka berjalan memasuki toko di pusat perbelanjaan yang ada di kotanya. Karena paman anton dan tante lusi tidak jadi mengunjunginya disebabkan anaknya yang mendadak sakit dan ada urusan keluarga membuat meri bisa bebas membawa ibunya berkeliling tanpa gangguan dari sodara kecilnya. Karena masih musim aktif belajar, kedua adiknya harus fokus pada pelajaran disekolah sementara ia dan ibunya berkeliling.

"ibu, kapan ayah dan kakak akan pulang?" semenjak kedatangannya kemarin, meri belum melihat kehadiran ayah dan kakak ketiganya itu.

"mereka akan kembali dalam dua hari, awalnya mereka berencana akan menunggumu tapi karena ada urusan di perusahaan yang mendesak jadi mereka tidak bisa menunda lagi" sambil terus memilih baju dipusat perbelanjaan.

Ibu meri adalah wanita dari keluarga biasa namun dengan kepribadian luar biasa membuat pemilik toko mengenalnya hanya dengan sekali lihat.

"aini, ada yang bisa saya bantu?" sapa pemilik toko dengan ramah sambil mendekati ibu meri.

" pinkan" balas ibu meri yang kaget mengetahui toko itu milik sahabatnya. "tidak perlu, hanya sedang membantu nona kecil memilihkan pakaian untuk persiapan kuliah." lanjutnya dengan senyum ramah dan meneruskan melihat koleksi baju dress di butik pinkan.

Melihat percakapan antara dua sahabat itu, meri memilih untuk menghindar dan berbisik pada ibunya untuk menghubunginya jika sudah selesai memilih.

Meri menunggu ibunya di sebuah caffe yang berada tak jauh dari toko dan sibuk dengan memilih makanan dan minuman. Setelah memesan steak dan air putih serta es teh tawar, meri kembali disibukkan dengan handphone yang berdering pertanda telfon masuk.

'andre, ada apa dia menelfonku' batin meri

"hallo beb" terdengar suara andre yang sedikit menggoda meri. Andre adalah sahabat meri sewaktu berada di Los Angeles. Andre orang Indonesia yang juga menempuh pendidikan high school nya di sana. Berwajah tampan, kulit sawo matang ala asia, dengan tinggi semampai dan tubuh ideal membuatnya cukup digilai wanita sewaktu di LA.

"tumben nelfon, kangen ya?" goda meri mengimbangi andre.

"nggak" (hahaha) di iringi tawa andre yang terdengar lepas membalas dingin ucapan meri. "Aku di jakarta. Apa bisa kita bertemu?"

"kita nggak sepulau andre, butuh waktu untuk ke jakarta. Bagaimana kalau besok? Tapi jangan dijakarta, aku berencana liburan ke bali, jika kau mau ikut itu akan lebih menyenangkan"

"apa karena pria itu jadi kau masih belum bisa menginjakkan kakimu di jakarta?" suara datar andre seakan menyiratkan kekecewaan mendalam mengingat bagaimana meri dicampakkan oleh sahabatnya sendiri ketika menjalani pendidikan diluar negeri.

"andre, aku sudah mengatakan padamu agar tak mengingat dia. Bagiku dia sudah lama tiada. Cukup kau dan aku. Hmm" pinta meri dengan suara berat. "ibuku datang. Nanti ku telfon. Ingat luangkan waktu mu besok dan 3 hari kedepan. Kita liburan di Bali. Oke" meri menutup telfon dan fokus pada ibunya yang menghampirinya dengan beberapa tas belanjaan ditangannya.

"sudah memesan?" melatakkan belanjaannya di samping kursi yang ditempati meri.

"sudah"

Tak berselang lama, pelayan datang dengan membawa steak dan es teh tawar beserta air putih. Sontak ibu meri menatap anaknya dengan tajam.

"meri, tahukah kau bahwa disini ada makanan lezat lainnya yang berbeda dari makanan mu yang biasa kau makan saat di luar negri?" Tatapan ibu meri yang merasa kasian pada anaknya yang hanya memesan makanan ala barat.

"ibu, lidahku terbiasa dengan cita rasa barat. Aku bukan tidak mau memakan makanan indonesia karna ingin menunjukkan statusku, aku cuma belum terbiasa" bantah meru dan memegang tangan ibunya. "lagi pula aku tak ingin gendut seperti ibu, aku harus menjaga pola dan nafsu makanku untuk tetap menjaga body ku. Tidakkah ibu senang melihat putrimu tampil sexy?" canda meri dengan meletakkan tanganya di pelipis memperagakan pose ala model iklan.

"anak nakal" balas ibu meri dengan memukul manja kepala putri tercinta nya itu.

Mereka menghabiskan waktu seharian untuk menggantikan waktu 6 tahun yang terbuang tanpa adanya kontak fisik diantara mereka. Selama 6 tahun, meri hanya bisa melihat wajah ibunya melalui layar handphone ketika melakukan video call.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Dan mereka kembali ke rumah ditemani dengan belanjaan yang memenuhi tangan mereka. Meri bergegas menuju kamarnya dilantai dua untuk membersihkan diri dan bergegas kembali ke meja makan untuk makan malam bersama ibu dan adiknya.

Melihat ibunya yang kerepotan didapur, meri tak diam berpangku tangan dan mencoba membantu memasak dan menyiapkan peralatan makan di meja. Tak lama setelah makanan tersedia dimeja, kedua adiknya turun.

"wah mereka benar benar tahu waktu yang tepat untuk turun" meri yang sibuk menatap kedua adiknya yang menuruni tangga. Dedi dan dani adalah adik meri. Dedi sangat menyayangi kakaknya walau terkadang meri merasa jengkel dan lebih memihak kepada adik bungsunya dani. Sementara itu, dani justru tidak menyukai kakaknya yang kembali kerumah karena itu artinya ayah dan ibunya akan lebih memperhatikan meri dari pada dia.

"apa kalian belum ujian?" tanya meri sambil menatap kedua adiknya.

"belum" balas mereka dengan kompak.

"aku tahu, sayang sekali padahal aku berencana untuk liburan ke bali besok" tatapan meri dengan sedikit senyum meledek kepada kedua adiknya. Meri bukannya tidam tahu bahwa mereka belum ujian, hanya saja melihat mereka iri dengan kebebasan yang diperolehnya akan membuat pemandangan dimeja makan sangat menyenangkan.

"anak nakal, kau slalu saja membuat adikmu iri dengan hal hal seperti itu. Mereka masih harus belajar" ibu meri menengahi agar tak menimbulkan keributan.

"ibu, besok subuh aku berangkat. Aku sudah menelfon ayah meminta izin dan dia mengizinkan asalakan ibu juga mengizinkan"

"pergilah, ibu tahu kau butuh refreshing, jangan lupa mengabari temanmu itu dan jangan lupa bawa obatmu, disana daerah timur. Mungkin cuaca nya juga ekstrim jadi tak ada salahnya berhati hati" penjelasan ibu meri yang mengkhawatirkan putrinya.

"baiklah"

Perbincangan diakhiri dengan tatapan sinis dan cemburu dari kedua adik meri. Meri bangkit setelah menyelesaikan makan malamnya dan menuju ke kamarnya untuk mempersiapkan barang yang perlu dibawanya saat liburan.

***

Bandara deputi amir.

Meri membawa koper dan sebuah tas ransel yang dibelikan ibunya kemarin sambil terus menyusuri antrian untuk ceck in tiket. Setelah lelah mengantri, akhirnya ia bisa dengan santai duduk menunggu jadwal berangkat nya di gate yang sudah disediakan.

Menggunakan kaca mata hitam serta jaket kulit berbulu pada bagian leher membuat tampilannya semakin elegan namun tak menampakkan kesombongan.

Terdengar pengumuman dari pihak bandara, meri segera naik ke pesawat melalui lorong yang telah disediakan. Tak berapa lama dia berada di pesawat pada class ekonomi.

Ibunya selalu protes padanya karena meri lebih memilih penerbangan class ekonomi dibandingkan class bisnis. Bukan tanpa alasan meri menolak. Karna baginya berada di class bisnis atau ekonomi tak ada bedanya. Karna saat terjadi sesuatu, tempatmu duduk tak menjamin keselamatanmu, lagipula sifat low profil yang dia miliki membuat nya selalu memilih menjadi orang normal dengan kehidupan yang tak perlu naif atau bermuka dua.

Berselang dua jam kemudian kakinya menginjak tanah dewata yang dikenal dengan jumlah pura yang melimpah serta keindahan pantai pantai nya.

---to be continue---

avataravatar
Next chapter