13 Kesepakatan

Meri terbangun saat matahari bahkan belum muncul. Dia menatap jam tangan dan itu baru jam 4 subuh. Meri ingin melanjutkan tidurnya namun mengingat dia akan segera kembali ke bangka dan barang bawaan andre serta hadiah untuk buah tangan keluarganya belum di kemas dengan benar, dia segera bangun dari tidurnya.

Meri mengumpulkan semua barang yang merupakan hadiah dari andre untuk keluarganya dan membeli label satu persatu pada barang itu. Meri menandainya dengan nama masing-masing si penerima hadiah agar dia tak bersusah payah menjelaskan satu per satu saat sudah tiba di rumah.

Kecuali perhiasan ibunya, semua di masukkan ke dalam sebuah kotak terbuat dari karton tebal. Walaupun ada beberapa barang elektronik, meri tidak khawatir karna dalam kotak masing-masing sudah ada gabus pelindung agar tidak bergerak dan tidak pecah saat tertindih. Setelah selesai dengan oleh-oleh itu, meri mengumpulkan semua barang andre dan menyusunnya dengan rapi di kopernya. Kemudian mengeluarkan pakaian yang akan di pakai andre selama perjalanan.

Meri melakukan pekerjaannya dengan sangat telaten dan dengan senyum bahagia. Mengingat semua kejadian yang dia alami sebelumnya, apa yang dia lakukan saat ini lebih mirip seperti perhatian seorang istri kepada suaminya. Meri tersenyum memikirkan bahwa dia begitu perhatian kepada kekasihnya itu. Saat ingin menutup koper, tak sengaja meri melihat secarik kertas di antara pakaian andre. Dia melihatnya dengan perasaan campur aduk.

"ini sangat aneh, dia membeli barang semahal ini dengan kartu kredit. Mengapa sepertinya dia pria kaya, jika hanya dengan gajinya selama di LA, dia pasti sudah menghabiskan tabungannya gajinya selama 1 tahun di sana" meri menatap kertas bukti pembelian itu. Merasa curiga, meri mengambil dompet andre yang berada di meja dekat tempat tidurnya. Dan lebih terkejut lagi melihat kartu kredit berwarna gold dan beberapa kartu debit berbagai bank. Dia kemudian membongkar kantong plastik belanjaan kemarin untuk melihat harga barang yang di beli andre sebagai hadiah untuk keluarganya.

"wah, aku semakin yakin dia bukan pria biasa. Apa yang kau sembunyikan dariku andre" meri menatap andre yang masih terlelap di ranjang.

Setelah menyelesaikan semua packingannya, meri kembali ke kasur. Menatap pria di sampingnya itu dengan dalam. 'jika dia pria kaya, mengapa dia bahkan membutuhkan beasiswa untuk melanjutkan study nya di luar negeri. Dia bahkan bekerja sampingan selama masa study nya' batin meri sambil menatap wajah kekasihnya itu.

Meri membelai rambut kekasihnya itu dengan lembut, mencoba meyakinkan bahwa pria ini tidak akan menyembunyikan sesuatu darinya. Jikapun ada, dia pasti memiliki alasan yang kuat. Tak masalah baginya selama andre tetap di sisinya walau dengan sejuta rahasia. Dia hanya ingin menjaga pria ini di sampingnya dan kali ini dia akan berjuang mempertahankannya sekuat yang dia bisa.

Andre yang merasakan belaian meri menangkap tangan itu. Kemudian membalas pandangan wanitanya itu dengan lembut dan menenangkan.

"ada apa? Kau terlihat memikirkan sesuatu" andre bertanya setelah melihat meri tak berhenti menatapnya.

"aku masih merasa ini mimpi melihatmu ada di sini. Di kamar dan ranjang yang sama" ujar meri

"kalau begitu jangan biarkan mimpimu berakhir" andre merangsek masuk kepelukan meri dan membenamkan wajahnya di dada meri.

Meri hanya membelai lembut kepala andre. Dan memukulnya sesekali jika andre menggosokkan wajahnya turun ke payudaranya.

"kau bukan bayi, jadi itu bukan wilayahmu" meri menarik kepala andre agar bisa melihatnya.

"bukankah untuk memiliki bayi, ayahnya yang harus terlebih dahulu memilikinya" goda andre setengah tertawa.

"kau terlalu jauh memikirkan hal itu" meri tampak mengacuhkan godaan itu. Pikirannya melayang jauh memikirkan sesuatu yang mengganjal di benaknya.

Andre mencium leher meri dengan lembut, perlahan namun semakin menunjukkan gairah yang menggebu-gebu. Meri berusaha mengimbangi tapi merasa andre semakin bernafsu dengan cepat dia mendorong andre menjauh.

"kita akan pulang hari ini, kau bisa membuat ayahku tahu jika seperti itu" meri memberi penjelasan di tengah nafasnya yang masih terengah-engah.

Andre menatapnya puas. Dan kembali mendaratkan ciumannya di bibir meri, melumat bibir itu dengan penuh gairah. Meri kembali mendorongnya menjauh.

"kau mau membuat bibir ku bengkak" meri mulai kesal dengan tingkah andre.

"hanya hari ini. Kau akan kembali ke rumahmu. Dan aku harus segera kembali ke Los Angeles dan segera ke new york" keluh andre.

"kita akan tinggal serumah nanti, lagipula jika keluargaku tahu kau mungkin tidak akan bisa melihatku lagi" meri mencoba menghiraukan andre walau itu sulit. "kita harus bersiap-siap. Ini sudah pagi" meri bergegas meninggalkan andre dan menuju kamar mandi.

Andre tidak ingin menyerah begitu saja. Dia memaksa masuk ke kamar mandi mengikuti meri yang sudah hampir melepas pakaiannya.

"andre, apa yang kau lakukan?"

Andre memeluk meri dengan baju setengah terbuka. Andre menurunkan baju piyama meri dari pundaknya. Karena kancing piyama yang sudah terbuka setengahnya, baju itu dengan mudah meluncur. Meri berusaha menjaga kesadarannya. Meri membiarkan andre melakukan apa yang dia mau selama tidak sampai berhubungan badan.

Andre menciumi setiap jengkal tubuh meri dengan gairah yang sudah memuncak ke ubun-ubun. Tangannyapun mulai menjelajahi tubuh wanita itu. Meri hanya pasrah dan mencoba membalas pelakuan andre itu.

"lakukan dengan cepat karena kita mungkin akan ketinggalan pesawat. Dan jangan meninggalkan tanda" andre hanya tersenyum mendengar peringatan meri.

"apa kau ingin menyelesaikannya sekarang?" andre memancing meri yang mulai susah mengendalikan akal sehatnya.

"pria ini, kau sudah selesai jadi pergilah" meri mendorong andre dan segera memutar badannya untuk menghindari pandangan andre ke dada nya. 'pria mesum ini, aku hampir kehilangan kendali tadi' meri segera menyalakan shower air dingin untuk menurunkan libido nya yang seperti membakar tubuhnya.

Mereka ke bandara segera setelah bersiap-siap dan setelah menyelesaikan administrasi dengan pihak hotel. Di bandara, andre sibuk mengurus barang yang akan di bagasi sedang meri hanya ia perbolehkan untuk melihat. Meri merasa senang dengan perlakuan andre yang memanjakannya.

Andre sengaja memesan tiket untuk meri dengan tujuan jakarta dan tidak langsung ke bangka. Dia ingin membawa wanitanya itu berkeliling di jakarta walau cuma sebentar. Meri tentu saja tidak mengetahui hal itu, dia hanya tahu jika andre mengurus tiket untuk dia pulang ke bangka.

Saat tiba di bandara soekarno-hatta, meri menemani andre mengambil barangnya, betapa terkejutnya melihat barangnya pun berada di situ.

"mengapa barangku juga di sini?"

"kita akan menghabiskan waktu sebentar di sini, jadi aku mengatur tiket pemberangkatanmu ke bangka nanti malam" andre berbicara dengan santai.

"andre, kau tahu aku pasti tidak mau berada di sini" meri berusaha menolak tanpa harus mengingatkan andre dengan kejadian yang sudah lama ingin dihapusnya.

"meri, jakarta bukan milik ilham saja. Kau sekarang pacarku, bukankah sudah waktunya kau melupakan dia" andre sedikit kecewa dengan penolakan meri.

"aku tidak bisa melupakan hal itu dengan mudah. Jadi jika kau tidak mau mengurus kepulanganku sekarang biar aku sendiri yang mengurusnya" meri menarik kopernya yang ada di samping andre. Andre tentu saja menahannya.

"baiklah, maafkan aku. Kita akan mengatur jadwal keberangkatanmu 3 jam dari sekarang"

"sekarang andre" balas meri yang tak ingin menunda kepulangannya. Jika saja ada jalur pesawat yang lain selain melalui transit di jakarta, meri akan lebih memilih jalur tersebut. Dia berdiri cukup lama di bandara ini karena setidaknya menghargai andre sebagai kekasihnya. Dia hanya ingin melepas andre di pintu keluar dan secepatnya meninggalkan bandara itu.

"baiklah" andre tak bisa berbuat banyak jika meri sudah menetapkan keputusannya. Mengubah keputusan meri sama dengan memindahkan sebuah gunung.

Setelah mendapatkan tiket untuk meri, andre segera meninggalkan bandara diantar oleh meri. Meri berpisah di pintu keluar.

"aku akan merindukanmu" ujar meri memeluk andre.

"aku juga. Jaga dirimu dan jangan berbuat ulah selama aku jauh. Sampaikan salamku pada keluargamu. Kita akan bertemu di new york sebulan ke depan. Jadi selesaikan liburanmu di sini dengan baik. Dan gunakan waktumu untuk keluargamu. Mulai besok aku akan sibuk mengurus keberangkatanku ke new york tapi aku akan menghubungimu sebisa mungkin".

"Mmm, aku akan mengingat semuanya. Minggu depan aku dan ibuku akan berkunjung ke makassar untuk menemui paman dan sepupuku. Aku rasa aku tidak akan memikirkan mu selama aku disana"

Andre melepaskan pelukannya dan menatap meri dengan tatapan tajam. "ingat, jangan terlalu dekat dengan pria manapun. Jangan membuatku khawatir" andre mengecup dahi wanitanya itu sebagai ungkapan perpisahan. Saat andre ingin berbalik meninggalkan meri, meri mencium bibir andre dengan cepat secepat kedipan mata andre. Saat dia tersadar meri sudah berbalik menjauh darinya dan melambaikan tangannya.

"sangat manis" ujar andre sambil menyentuh bibirnya dan meninggalkan bandara.

Meri segera menuju gate yang telah ditunjukkan oleh security bandara, hingga tatapannya menangkap sosok yang di kenalnya.

Deg

Jantung meri serasa akan keluar melihat apa yang selama ini dia cari. Meri berusaha mengejarnya namun terlambat karena pria itu berada di gate yang berseberangan dengannya.

"tidak mungkin. Bagaimana mungkin itu dia" meri berusaha menenangkan pikirannya. "tidak tidak. Jika itu benar dia, bagaimana bisa aku melewatkan kesempatan ini"

Meri berlari menuju ke security yang tadi menunjukkannya ruang tunggunya.

"maaf pak, gate yang di sana itu untuk tujuan ke mana?"

"itu untuk ke makassar dek" jawab security itu dengan ramah.

"terimakasih" meri kemudian meninggalkan security itu karena sudah waktunya dia naik ke pesawatnya.

Di bandara deputi amir, meri di jemput oleh kakak ketiganya yang sudah kembali dari perjalanan bisnis nya ke kalimantan.

"kakak, kau memelukku seperti aku ini masih anak kecil. Orang yang melihat akan mengira kau kekasihku" protes meri saat di peluk oleh rido.

"wah, aku pikir aku akan mendengar adikku mengatakan kakak, aku merindukanmu" ejek rido menggoda adik kesayangannya itu.

"aku sudah besar sekarang berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil"

"coba ku lihat. Kau ternyata memang sudah besar sekarang. Tapi bagiku kau tetap adik kecilku. Jadi jangan pernah protes lagi" rido mengacak rambut adiknya itu dan membawanya ke mobilnya yang berada di tempat parkir.

Meri hanya bisa menerima perlakuan kakaknya itu. Dia memang selalu memanjakan meri sejak dulu. Karena hanya meri saudara perempuan yang dia miliki. Selain itu, meri yang jarang berada di rumah membuat rido semakin merindukannya dan merasa kehilangan moment kecil mereka.

"kak, apa kau tidak salah menjemputku dengan mobil ini?" meri terkejut mengetahui kakaknya itu menjemputnya dengan menggunakan mobil ferrari milik meri.

"tidak, ini mobilmu. Aku mau mengajakmu balapan" rido sudah menyiapkan kejutan untuk penyambutan adiknya.

"kakak, aku tidak bisa. Ayah akan memukuli mu jika dia sampai tahu, lagi pula aku membawa banyak barang. Mengapa kau membawa mobil ini" meri masih takut mengendarai mobilnya karena ayahnya masih melarangnya mengendarai mobil sendiri. Dia seridaknya harus di temani seseorang.

"kau tenang saja, barang mu sudah ada yang menjemputnya. Lagipula kau tidak akan berkendara sendiri. Di sini aku yang mengemudi, di sirkuit nanti ada jackob yang akan menemanimu di kursi penumpang" ujar rido mencoba mengerti kekhawatiran adiknya.

"baiklah. Mari kita lihat apa kemampuanku sudah berkembang" meri dengan semangat masuk ke dalam mobil.

Mereka segera menuju ke lapangan sirkuit yang jaraknya tak jauh dari bandara. Sirkuit yang rido maksud adalah sirkuit mxgp, di kota mereka belum di bangun sirkuit balapan mobil.

"kak, kau membawa jackob menemuiku, bukan untuk menjodohkanku dengannya kan?" tanya meri penuh selidik.

"meri, dia sangat menyukaimu dari dulu. Dia bahkan memintaku membantunya. Dia pria yang baik jadi mengapa kau tidak memberi kesempatan saja padanya" ujar rido.

Jackob adalah sahabat rido sejak kecil. Dia dulu juga menjadi teman bermain meri ketika masih SD. Saat meri berada di luar negri, jackob tak pernah ketinggalan saat rido mengunjungi meri. Dia bahkan berniat melanjutkan studynya di LA waktu itu agar bisa bertemu dengan meri.

"meri, dia datang dari ausy hanya untuk hari ini"

"Apa? , jadi kakak benar-benar mengundangnya kemari. Seharusnya biarkan saja dia di ausy. Aku pikir dia kebetulan berada di sini jadi dia menemanimu" meri sangat tidak menyukai jackob karena langkahnya mendekati meri yang terlalu di umbar. Dia bahkan bicara terus terang kepada rafa kakak kedua meri saat mengunjunginya di LA.

Mereka tiba di sirkuit yang sudah ramai dengan sahabat rido. Mereka mengenal meri sejak kecil. Bagi mereka, meri bukan hanya adik rido tapi juga adik perempuan mereka. Meri sangat menyenangkan dan mudah bergaul dengan sahabat kakaknya membuat mereka seperti seumuran.

"lihat, ratu lintasan sudah datang. Apa kau ingin mencoba satu lap denganku?" sapa yuda yang juga sahabat baik rido.

"kakakku hari ini ingin balapan mobil denganku. Kalian cukup menonton saja. Kalian harus menjadi saksi bagaimana kakakku ini akan kalah hari ini" ujar meri sombong.

"hahaha, aku benar-benar berharal itu terjadi" ujar rido.

Meri segera masuk ke dalam mobilnya, tak lama kemudian disusul dengan jackob yang duduk di kursi penumpang. Sementara rido berada di mobil nya seorang diri. Dia melihat ke arah meri dan jackob dengan senyuman jahilnya.

'aku tahu rencana mu sejak awal bukan untuk menang kak, tapi hanya mau mendekatkan ku dengan pria menyebalkan ini' batin meri sambil membalas tatapan kakaknya.

"aku berharap kau menang kali ini" ujar pria di samping meri yang tak lain yaitu jackob.

"tentu, mari buat kesepakatan" meri menatap tajam ke arah jackob. "jika kali ini aku menang, berhentilah mengejarku"

"jika kau kalah, tidurlah denganku malam ini" ujar jackob bersemangat.

"baiklah. Pastikan saja wajahmu tidak lebam karena pukulan kakakku" bukan meri jika tidak bisa membuat sesuatu yang melawannya justru menjadi keuntungannya.

avataravatar
Next chapter