1 Aku akan menunggu

Cahaya matahari mulai menembus jendela kaca yang membiaskannya pada siapa saja yg berada dibaliknya membuat meri terbangun dari tidurnya yang lelap setelah seharian menempuh perjalanan panjang dari tempatnya memutuskan menempuh pendidikan dan kembali ke rumah tempat dia mampu menemukan cinta dan kehangatan dari sebuah keluarga.

Meri adalah seorang putri dari seorang pengusaha tambang terkenal di negaranya. Ayah nya adalah pengusaha dengan otak jenius membuatnya mampu mengembangkan usahanya meski tekanan dari persaingan yang ketat. Bakat usaha yang dimiliki ayahnya pun menurun kepada putra sulungnya yaitu rido, seorang pria dengan penuh rahasia dimata orang orang yang belum mengenal pribadinya yang ternyata humble dan humoris terhadap adik perempuan satu satu nya.

Meri memiliki 2 kakak lainnya yang merupakan anak dari ibunya dari pernikahan sebelumnya. Walaupun bersaudara dari dua benih yang berbeda, kakaknya tak pernah merasa terdapat perbedaan diantara mereka. Itu karena mereka telah tinggal bersama sejak meri baru dilahirkan. Ibu meri adalah seorang wanita dengan kepribadian luar biasa, kepedulian nya terhadap lingkungan sosialnya membuat dia disegani dan dihormati. Sikap rendah hati yang dimilikinya lah yang membuat hariyanto yang saat itu dikenal sebagai pemuda biasa menjadi jatuh cinta kepadanya walau dengan status janda 2 anak.

Mereka dipertemukan oleh paman hari ketika sedang meninjau tempat usaha barunya di sebuah pulau yang jauh dari perkotaan. Tak disangka, bukan hanya ladang usaha yang ia peroleh melainkan juga seorang ibu dari anak-anak nya. Hari memutuskan menikahi aini dengan jangka waktu perkenalan hanya 1 bulan dan memutuskan membawanya beserta kedua putranya untuk kembali ke ibukota. Namun, aini yang sejaklama tinggal dipulau yang terkenal indah dengan pemandangan laut serta kubangan besar yang diakibatkan oleh pertambangan itu menolak. Dengan alasan bahwa dia merasa dunia perkotaan terlalu kejam baginya setelah bercerai dari suaminya yang dahulu. Dan itu membuat hari menerima keputusannya.

Terlahir dari keluarga terpandang dan kaya raya tak membuat meri tinggi hati. Ia justru rendah diri dan terkesan menutupi jati diri keluarga nya yang sebenarnya.

Indonesia, itulah tempat dimana meri bernaung dibawah aturan negara yang sangat menghargai perbedaan. Beberapa kali ayahnya ingin mengirimnya ke luar negri untuk melanjutkan kuliahnya, akan tetapi meri menolak karna tak ingin berada jauh dari ibunya. Meri yang merupakan putri tunggal dari 6 bersudara memutuskan akan tinggal di Indonesia setelah 6 tahun berada jauh dari ibunya. Ya, meri menyelesaikan pendidikan junior dan senior high school nya di luar negeri karna merasa akan tampak luar biasa dimata ayahnya dikarenakan hanya dia yang menuruni kejeniusan ayahnya. Ketiga kakak nya hanya terfokus pada usaha dan tak mementingkan pendidikan.

"meri" panggil sang ibu dengan suara lembut dan mampu menenangkan jiwanya dari kerinduan setelah lama tak mendengar suara itu selama 6 tahun. Sejak meri melanjutkan study nya diluar negeri, meri dipercayakan kepada kakak keduanya yang merintis bisnis diluar negri. Dan selama 6 tahun itu nya tak pernah menjenguknya karena sibuk dengan kedua adiknya yang masih bersekolah dijenjang SD dan SMP di Indonesia.

Meri beranjak dari tempat tidurnya dan segara membuka pintu itu sang ibu.

*cekrek* suara pintu terbuka.

"ada apa bu?" meri yang masih malas-malasan terpaksa bangun hanya untuk menyapa ibunya yang memandangnya dengan senyuman setengah jahil.

"ya ampun, putri kecil ibu baru bangun" suara lembut ibu meri sambil mengacak rambut meri sambil menerobis masuk ke dalam kamar. "meri, paman anton dan istrinya akan datang. Bersiaplah" ucap sang ibu sambil meletakkan secangkir susu di meja nakas samping tempat tidur meri.

"ibu, aku merindukanmu. Tak bisakah hari ini kita berdua saja pergi menghabiskan waktu? Aku ingin berbelanja, berwisata, atau sekedar jalan jalan denganmu. Tidakkah ibu juga merindukanku?" pinta meri sambil memeluk ibunya dari belakang saat ibunya sudah hampir menggapai daun pintu." aku merindukanmu lebih dari siapapun dirumah ini. Apa ibu tahu kenapa? " lanjut meri dan merebahkan dagu nya dipundak ibunya.

"kenapa? Apa karna kau tak belum punya kekasih yang bisa kau rindukan?" ejek ibunya dengan senyum manis yang tersungging dibibirnya.

"ibu, apa kau tak merasa bersalah mengatakan hal itu? Aku tak memiliki kekasih selama di luar negri itu karna aku tahu ibu akan cemburu kepadanya yang berhasil menggeser posisi ibu dihatiku. Lagi pula, aku tak menyukai pria bule. Aku lebih suka jika jodohku ternyata orang indo atau asli indonesia jika perlu" jawab meri yang terus mengeratkan pelukannya.. "huh, tubuh ibu rasanya semakin berisi. Jadi semakin enak dipeluk"

"meri, apa kau mengatakan ibu mu gendut?" ujar ibunya sambil melepaskan pelukan meri dan berbalik menatap nya.

Sontak suara tawa terdengar dari mulut kedua ibu dan anak itu.

*kring kring kring* suara telfon berbunyi.

"ibu akan mengangkat telfon, cepatlah bersiap siap" perintah ibu meri yang berbalik menuju lantai bawah untuk mengangkat telfon.

Meri bergegas menutup kembali pintu dan berbalik meminum susu yang dibawakan oleh sang ibu. "entah mengapa, susu buatan ibu selalu lebih enak dari siapapun. Tapi mengapa dia memilih mengerjakan semuanya sendiri padahal ayah bisa saja menyewakan pembantu untuknya" ujar meri sambil menatap cangkir susu yang telah kosong ditangannya.

Meri segera menuruni tangga untuk menghampiri ibunya setelah bersiap untuk pergi. Melihat ibunya yang asyik menerima telfon, memutuskan duduk disebalahnya sambil memberi kode dengan alisnya untum menanyakan siapa yang menjadi lawan telfon ibunya. Dan dibalas dengan bisikan dari ibunya yang mengatakan bahwa ith adalah paman anton.

"meri, anak paman anton ingin bicara." di iringi dengab tangan sang ibu yang menyodorkan telfon kepadanya

"ada apa?" sapa meri

"aku dengar kau baru pulang dari L. A, apa kabar mu baik" sapa seseorang di ujung telfon.

"iya, aku baru tiba kemarin. Kau dimana?" tanya meri dengan nada datar. Meri sebenarnya tak mengenal keluarga besar ibunya karena sejak ibu bercerai dari suami pertamanya, dia tak pernah bertemu dengan keluarganya. Hanya paman anton dan tante lusi yang ia tahu. Karna pernah bertemu dengannya sebelum ia ke L. A

"aku di makassar, apa kau tak ingin bertemu denganku?" balas orang diujung telfon

"aku memutuskan akan kuliah di makassar, mungkin kita akan bertemu. Tapi selama dua bulan ke depan aku masih harus disini untuk liburan dan beristirahat" jawab meri tegas

"baiklah, aku akan menunggu"

"ok" balas lusi yang kemudian menutup telfon

*to be continue*

avataravatar
Next chapter