26 PART 25 - CINTA YANG SAMA

Cinta Vano terhadap Dimas bagaikan malam yang tak akan pernah bertemu dengan siang. Cintanya begitu kuat, namun dinding penghalang itu masih begitu tebal. Meski, kini separuh jiwanya telah kembali, namun tetap saja semua terasa semu. Walau jarak tak lagi memisahkan, tapi cinta itu masih butuh waktu dan perjuangan.

Beberapa hari setelah interview, Dimas akhirnya diterima kerja di perusahaan yang sama dengan Vano. Penilaian yang dilakukan Vano bukan semata – mata karena ia mencintainya tapi lebih kepada kapasitas Dimas untuk mengemban pekerjaan ini. Dimas pun tak mau menyia-nyiakan kesempatan yang telah diberikan Vano kepada dirinya. Ia berjanji akan bekerja dengan semaksimal mungkin.

Hari – hari Vano yang dulu sepi bagaikan malam tanpa bintang, kini seperti musim semi. Paginya tak lagi hampa. Setiap kali ia datang ke kantor matanya selalu melirik ke arah pujaan hatinya tersebut. Vano benar – benar bahagia. Hidupnya seakan memulai lembaran baru lagi. Kepedihan, kesedihan dan kemurungan, kini tinggal menjadi cerita masa lalu. Ia berharap semua ini bukanlah mimpi di siang bolong.

Karena terlalu menyakitkan jika pada akhirnya kebahagiaan yang baru saja ia rasakan lenyap begitu saja. Bahkan kebahagiaan Vano membuat terheran – heran para karyawan lain. Karena tak biasanya Vano menunjukan rasa bahagianya yang begitu mendalam. Maklum saja, bertemu dengan cinta dari masa lalunya adalah sebuah anugrah yang tak ternilai harganya.

Jelas saja kebahagiaan itu seolah tak bisa ia tutupi. Senyuman manis yang selalu ia tampakan setiap pagi seolah bertanda bahwa hidupnya kini dimulai dengan harapan. Meski…harapan itu masih terasa semu

Walaupun pada akhirnya cinta lamanya telah kembali, namun Dimas belum bisa membuka hatinya. Ia masih sangat trauma dengan cinta masa lalunya yang begitu kelam. Bukan hanya haram tapi juga menyedihkan. Bagaimana bisa seorang anak menjalin kasih dengan ayahnya sendiri. Sungguh ironi dan juga penuh dengan tanda tanya.

….

Walau sebenarnya Dimas tahu bahwa perasaan Vano kepada dirinya belum berubah, namun ia tak ingin memberi harapan palsu. Bagi dirinya lebih baik berkata jujur sekalipun itu menyakitkan daripada harus berbohong dengan alasan kebaikan. Baginya tidak ada kebohongan untuk kebaikan. Semua harus dilakukan dengan benar, termasuk cintanya kepada Vano.

….

Tapi meski begitu Vano tetap sabar dan menanti cintanya. Terlebih lagi saat ini perlakuan Dimas kepada dirinya sedikit berubah, tak seperti pertama kali ia mengenal dirinya. Dimas jauh lebih lembut dan memahaminya. Bahkan terkadang Dimas tidak sungkan untuk memeluk dirinya. Sungguh asmara semu yang begitu romantis.

….

Hari demi hari cintanya semakin besar, bahkan melebihi luasnya samudra dan langit biru. Tapi sosok nahkoda yang ingin berlayar mengarungi lautan bersama dirinya seolah belum siap. Ia masih menanti sebuah jawaban yang penuh misteri. Teka – teki cinta mereka memang sedikit demi sedikit mulai membentuk sebuah gambar indah. Tapi, semua itu berubah takala badai datang menghampiri cinta semu yang sedang mereka jalani.

….

Malam itu Vano mengantarkan Dimas sampai di depan rumahnya. Disaat yang bersamaan Chris juga baru saja pulang dan tak sengaja berpapasan dengan mereka di depan gerbang. Dua hati yang berbeda namun memiliki cinta yang sama. Dua orang yang memiliki karakter berbeda tapi hatinya hanya untuk seorang semata.

"Chris, kenalkan ini Vano" Dimas mencoba bersikap ramah, meski dirinya terlihat sedikit canggung.

Vano lalu mengulurkan tangannya, namun Chris hanya terdiam dan menatapnya. Tatapannya begitu menakutkan, begitu tajam dan buas. Ia seolah tidak rela jika orang yang ia cintai kini berlabuh ke hati yang berbeda.

"Hay Van" Chris mencoba bersikap ramah dan membalas salam tersebut dengan senyuman.

Vano yang melihat Chris menjadi tidak nyaman. Ia lalu memutuskan untuk segera pulang. Namun Dimas mengajaknya untuk makan malam bersama dirumahnya. Mendengar ucapanya Dimas tersebut, Chris seolah tak bisa lagi menutupi kejengkelannya. Ia bergegas masuk dan seakan tidak memperdulikan mereka.

….

Berbagai hidangan makan malam sederhana telah disiapkan oleh Kak Jen. Mulai dari ayam goreng, tumis kangkung, tempe goreng dan sayur bayam.

"Aku jadi merasa gak enak nih sama Kak Jen" Ujar Vano

"Udah gak apa – apa, lagi pula makin rame yang makan makin cepat habis kan"

Dimas menuangkan hidangan tersebut ke piring Vano. Ia melayani Vano layaknya seorang kekasih. Chris yang melihat hal itu pun semakin tak bisa menahan rasa cemburunya.

"Aku mau ke kamar ajah" Chris berjalan menuju kamarnya

"Kamu gak mau makan dulu Chris?" Tanya Kak Jen

Chris membalikan badannya dan menatap sinis Vano yang duduk disamping Dimas. "Udah kenyang!!!"

Setelah melihat kejadian tersebut Vano semakin yakin bahwa ada yang aneh dengan sikap Chris. Meski ia tak bisa menduga begitu cepat namun hatinya seolah berbisik kepada dirinya. Hatinya seakan memberikan sebuah jawaban bahwasanya Chris merasa cemburu dengan dirinya

Padahal hubungan diantara mereka hanya sebatas rekan saja,untuk apa Chris merasa cemburu. Bukankah selama ini Chris juga tidak pernah mengutarakan perasannya, lalu mengapa kini ia merasa marah dan kesal ketika ada orang lain yang mencoba masuk dan merebut cintanya.

Apakah Vano salah jika mencintai Dimas. Apakah Vano berdosa jika pada akhirnya ia memilih Dimas sebagai pelabuhan terakhir hati dan cintanya.

….

Setelah selesai makan malam, Dimas mengatarkan Vano sampai depan gerbang.

"Makasih ya Dim"

"Makasih untuk apa?"

"Untuk makan malam ini" Air matanya mulai berkaca - kaca. "Aku pulang dulu ya" Vano lalu berjalan perlahan – lahan menuju mobilnya. Namun ia menghentikan langkah kakinya. Ia membalikan badannya dan berlari ke arah Dimas. Ia memeluk pria yang ada dihadapannya tersebut sembari menitikin air mata. Tangis bahagia itu seolah mewarnai hubungan semu diantara mereka. Hubungan yang dulu penuh dengan ketidakpastian, kini seperti berlabuh ke sebuah titik yang sama.

Harapan yang dulu hanyalah sebuah khayalan, kini sedikit demi sedikit berubah menjadi kenyataan. Meski kenyataan itu belum tentu berakhir dengan bahagia.

Dinding tebal itu masih menghalangi perasaannya dan juga bayangan dari orang lain. Vano kini tak hanya berjuang untuk menghancurkan dinding tebal itu tapi juga mengalahkan orang lain yang berusaha merebut cintanya.

Lalu kemanakah cinta Dimas akan berlabuh….apakah kepada dirinya ataukah Chris.

Pada akhirnya cinta yang tulus itu tidak hanya sekedar tentang bagaimana kita menjabarkan perasaan dengan bukti nyata, melainkan juga dengan keikhlasan. Percuma saja kau mencintai seseorang jika pada akhirnya ia sama sekali tak menaruh harapan pada dirimu.

Air mata menetes membasahi pipihnya. Takala ia melihat orang yang ia cintai sedang berpelukan dihadapannya.

Chris tak sengaja melihat mereka berpelukan layaknya sepasang kekasih yang sedang dimabuk rindu.

Apakah Chris hanya akan menjadi korban dari perasaannya yang tak juga dijabarkan. Ataukah pada akhirnya ia memilih untuk terus melangkah maju dan merebut kebahagiaan yang kini tengah dirasakan oleh Vano…

Bersambung…

avataravatar
Next chapter