webnovel

Sebuah Syarat

Di belakang kelas, tampak Bulan dan Bintang sedang duduk sembari memakan snack, kedua raut wajah anak kembar itu seakan sedang tertempel kain kusut, lusuh dan tidak ada semangat hidup. Di dalam kelas, tampak teman-temannya sedang antusias mengikuti pelajaran B. Indonesia.

"Gimana nih Bul! Kenapa harus Bang Galaxi yang jadi guru pembimbingku, duh semakin susah inimah menghindar dari perjodohan, apalagi sampai Mamah dan Papah tahu kalo aku akan di bimbing oleh dia!" gerutu Bintang mengeluh.

"Kok kebetulan banget yah Bint, kemarin baru saja kita ketemu Bang Galaxi dan tahu kali dia itu adalah pria yang akan di jodohkan denganmu, lalu sekarang dengan anehnya dia malah datang kesekolah kita, alih-alih ingin jadi guru pembimbing kamu, seakan selangkah lebih cepat untuk menjadi pembimbing hidupmu," ujar Bulan.

Plak!

"Awch!" pekik Bulan.

Bintang menampar paha Bulan, sesaat Bulan asal celetuk aja kepadanya.

"Maaf Bintang… maaf! Sakit tahu," ujar Bulan menyesal karena sudah asal bicara pada kakaknya itu.

"Jangan mengadi-ngadi yah Bul kalo bicara, pokoknya bagaimana pun aku tidak mau di jodohkan dengan Bang Galaxi! Bodo amat, mau dia tampan kek! kaya kek! Keturunan orang Arab kek! Dosen terkenal kek! Terserah apa kata Mamah dan Papah! Aku gak mau di jodohkan!" gerutu Bintang emosi setelah pikirannya bertemu dengan titik buntu.

"Aku benci Bang Galaxi! Aku benci jodohku!" sambungnya sambil melemparkan snack yang sedang di makan oleh Bulan.

"Lah kok, kamu banting cemilan aku sih Bintang! Tega banget!" ujar Bulan kesal.

"Kasih solusi dong Bulan, jangan makan mulu… pulang sekolah aku akan ketemu Bang Galaxi, apa yang harus aku lakukan selama berduaan dengannya….," ujar Bintang kesal seraya meminta solusi kepada adiknya itu.

Bulan pun termenung sesaat, pikirannya terbang mencari solusi dan rencana terbaik agar kakaknya itu bisa melewati harinya dengan menghindari Galaxi.

"Ahaaa…. Aku punya ide, tapi apakah kamu mau ikuti ide aku ini Bintang, sedikit ekstrim sih! Tapi aku yakin cara ini akan sedikit berpeluang agar kamu bisa menghindari perjodohanmu dengan Bang Gala," ujar Bulan dengan tatapan serius.

Bulan pun langsung berbisik kepada Bintang, sehingga Bintang pun amat serius mendengarkan rencana dari adiknya itu. Di balik jendela, tampak seorang guru sedang melihat ke arah Bulan dan Bintang yang tengah keluar dari kelas di saat pelajaran sedang berlangsung.

"Bulan…. Bintang… Masuk!" teriak guru itu, seketika Bulan dan Bintang pun terbelalak kaget lalu beranjak dan segera masuk kedalam kelasnya.

***

Waktu menunjukkan pukul 4 sore, setelah sembahyang asar, Bintang dan Bulan pergi ke perpustakaan dimana Bintang akan bertemu dengan Galaxi, orang yang seketika ia benci itu.

"Kamu sudah siap Bint?" tanya Bulan sembari melihat kearah pintu perpustakaan, dimana di balik pintu itu sudah ada Galaxi.

Klek! Bintang menelan Salivanya.

"Bismillah, atas restu Mamah dan Papah! Aku tidak akan menerima dia jadi jodohku! Aku siap menjalankan rencana gilamu ini Bulan!" tukas Bintang penuh semangat.

"Bagus! Sekarang cepatlah temui dia, aku akan mengawasimu disini!" balas Bulan sembari mengunyah permen karet.

Bintang berjalan menuju perpustakaan itu, sembari terus menghela nafas panjang dan mengeluarkannya, oksigen dan karbondioksida berputar kencang kesana kemari di lubang hidung milik Bintang.

Tok tok tok!

"Aku masuk!" ujarnya mengetuk pintu sambil selonong masuk kedalam perpustakaan itu sebelum Galaxi mengizinkannya.

"Kamu sudah pulang? Silahkan duduk!" jawab Galaxi yang masih sibuk merapikan buku-buku di atas meja.

"Hah… ingat apa yang di katakan Bulan tadi dengan rencananya itu!"

"Pertama! Aku harus bersikap tidak sopan selama Bang Galaxi mengajarku, kedua! Aku harus sebisa mungkin membuat Bang Galaxi ilfil kepadaku, ketiga! Buat Bang Galaxi kesal sekesal kesalnya, supaya dia menyerah untuk menjadi guru pembimbingku! Terakhir buat kesepakatan dengannya, agar Bang Galaxi mau menunda perjodohanku ini, sembari aku berusaha membuatnya membenciku dan menyerah untuk menjadikanku sebagai calon istrinya," gumam Bintang di dalam hatinya sembari memasang raut wajah yang amat serius dengan tatapan mantap kearah Galaxi.

"Kamu mau berdiri saja selama bimbingan dengan saya?" tanya Galaxi sembari membentangkan kedua tangannya yang di sandarkan di atas meja.

"Beuh…. Ternyata kalo dilihat-lihat abangnya Kak Mars cakep juga yah! So cool dan Hot! Tidak! Bintang tidak boleh tergoda sedikitpun dengan Bang Galaxi. Ayo bintang kamu pasti bisa menjalankan rencana ini dengan baik!" gumam Bulan di balik jendela yang menguntit Bintang yang sedang berduaan dengan Galaxi di balik teropong kertasnya.

Dengan penuh keberanian yang berapi-api itu, Bintang akan memulai aksi dari rencana pertamanya, baju sekolanya ia keluarkan, rambut panjangnya ia ikat dengan asal bahkan poninya itu ia sengaja di buat tidak rapih. Bintang juga melepaskan dasinya itu dan ia ikat di kepalanya. Dan terakhir Bintang menggelung lengan bajunya seperti preman sekolahan.

Bruk!

Bintang pun duduk di atas meja yang betumpukan buku, sembari mengorek-ngorek lubang hidungnya serta mengunyah permen karet dengan suara caplak. Dalam bebrapa detik seketika Bintang terlihat seperti menjadi orang lain.

"Sore Pak!" ucapnya singkat tepat di hadapan Galaxi dan menatap laki-laki itu tanpa ragu.

Galaxi pun menatap balik Bintang beberapa detik, terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu yang melihat dengan penuh keanehan melihat sikap gadis bocil yang ada di hadapannya itu.

"Bagus Bintang! Itu baru saudara kembar aku!" ujar Bulan yang masih asyik menguntit.

Galaxi pun menghiraukan Bintang yang tengah berada di hadapannya itu dengan tidak sopan, lalu ia kembali memasukan tumpukan buku terakhir itu kedalam rak buku.

"Pak! Aku mau tanya, kenapa Bapak setuju saja dengan perjodohan ini, tidak kah Bapak memilih wanita yang lebih dewasa dan seumuran dengan Bapak?" celetuk Bintang dengan polosnya membahas perjodohan keduanya.

"Sekarang bukan waktunya untuk membahas perjodohan Bintang, saya di sini di tugaskan untuk mengajar kamu," jawab Galaxi santai lalu mengeluarkan modul di dalam tasanya.

Jleb!

"Jantungku seperti terkena semburan petir, perkataannya sungguh membuatku sedikit ingin berteriak dan memukul tulang pipinya yang panjang itu," gerutu Bintang kesal dengan jawaban santai yang dilontarkan Galaxi.

"Bapak! Tapi mohon maaf, dengan berat hati aku menolak di jodohkan dengan Bapak!" sambungnya menghiraukan peringatan Galaxi.

Sesaat Galaxi pun terhenti dari kesibukannya menyiapkan modul di atas mejanya, spidol yang baru saja di pegangnya itu pun ia taruh kembali. Pandangan tajam bagai elang itu tiba-tiba tersorot kearah mata Bintang.

Klek!

Bintang menelan Salivanya sesaat melihat Galaxi yang menatap mantap kearahnya, sembari mendongakkan wajahnya, Bintang berusaha keras untuk tetap bersikap tenang.

"Ba-bapak bisa minggir gak! Bau ketek!" seringai Bintang sembari turun dari atas meja itu dan duduk di kursi yang disediakan untuknya, sembari menyilangkan kedua kakinya Bintang mengeluarkan permen karet di mulutnya dan menempelkannya di pinggiran meja.

"Bintang! Saya menyetujui perjodohan ini bukan karena saya mau sama kamu, tapi ini adalah wasiat yang sangat berharga dari Kakek saya, jadi saya harap kamu tidak menghindari atu menolak perjodohan ini!" tukas Galaxi tegas mencoba untuk tetap bersikap baik kepada murid sekaligus calon istrinya itu.

"Kakek-kakek memang menyebalkan!" gumam Bintang.

"Apah? Kamu tadi bilang apa?" ujar Galaxi.

"Kecowa lewat pak! Kayaknya pengen kenalan sama bapak?" balas Bintang dengan polosnya lalu ia mengeluarkan secarik kertas yang sudah berlabelkan materai.

"Kalo alasan Bapak begitu, saya mau buat kesepakatan sama Bapak, lebih tepatnya ini adalah syarat untuk Bapak," tukas Bintang.

"Beri aku satu tahun sampai aku lulus sekolah, maka aku akan menerima Abang!" sambungnya dengan kalimat yang santai dengan sorotan mata tajam kearah Galaxi.

Next chapter