1 Venus

Tamu-tamu undangan sudah mulai hidangan yang ada di atas meja-meja prasmanan. Sementara itu terlihat seorang gadis yang sangat cantik dalam balutan kebaya kuning sedang duduk dikursi taman yang ada disamping Gedung. Rambutnya yang hitam disanggul dengan indah, kulitnya putih halus, matanya yang bulat dengan bulu mata lentik menghiasi wajahnya yang berbentuk oval, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang merah merekah menambah kesan sempurna bagi siapa saja yang melihatnya.

Axelian Venus Wijaya, nama gadis yang baru saja mengikuti acara wisuda di Gedung itu.

" Venus!" seseorang memanggil dirinya sambil menyentuh pundaknya.

" Hei! " Jawab Venus sambil tersenyum, setelah melihat kearah datangnya suara. Semakin lengkap sudah kecantikannya dengan hiasan lesung pipit dikedua pipinya.

" Kenapa duduk sendirian disini?" tanya orang itu setelah duduk disamping Venus.

" Gak papa, Nin! Capek aja abis berdiri dan jalan kesana kemari. Tumit rasanya pegel. Pengen istirahat bentar sambil telpon ayah ibu tadi," Jawab Venus sambil mengurut-urut kakinya.

" Gimana kabar mereka? " Tanya Nina.

" Baik! Tadi ayah sama ibu nangis karena gak bisa datang. Aku bilang gak papa, keadaan yang tidak memungkinkan mereka untuk kesini, " Jelas Venus.

" Apa karena itu matamu terlihat semban?" Tanya Nina lagi. Venus mengangguk dan tidak terasa airmatanya mengalir dikedua matanya. Nina langsung memeluk sahabatnya itu, sambil mengelus-elus punggungnya, dia merasa bersalah pada Venus.

" Sorry ya Ven! Aku nggak bermaksud membuat kamu sedih!" ucap Nina. Venus melepaskan pelukan Nina dan menggelengkan kepalanya.

" Nggak, Nin! Aku aja yang baper. Harusnya aku tidak seperti ini, karena dari awal aku sudah tahu kalo mereka nggak bakal bisa datang," jelas Venus. Lalu mereka beranjak meninggalkan taman dan berjalan menuju ke dalam Gedung.

Venus dan Nina lalu makan sambil bersenda gurau dengan teman-temannya. Venus adalah seorang gadis yang sederhana, dia bisa kuliah karena mendapatkan beasiswa dari negara, meskipun dia bukan berasal dari kalangan atas, tapi sedikitpun dia tidak merasa minder terhadap teman-temannya yang kebanyakan anak orang kaya, termasuk Nina.

" Hai!" sapa seorang pria yang telah berdiri dihadapan Venus dengan senyuman mautnya. Tubuhnya tinggi, wajahnya tampan dengan hidung mancung dan bibir yang tipis.

" Hei, Ben!" jawab Venus dengan senyuman.

" Aku kesana dulu ya, Ven! " ucap Nina seakan tidak mau mengganggu. Venus mengangguk.

avataravatar
Next chapter