1 Wong Setengah Liter

"Dasar wong setengah liter!" gerutu Saras.

Saraswati seorang gadis cantik kembang desa. Orang-orang biasanya memanggil dia Saras. Bapaknya suka mabuk-mabukan dan main perempuan membuat Saras takut membuka hati untuk laki-laki. Walau banyak laki-laki di desa itu yang mencoba mendekati Saras, dan ingin melamar, tapi Saras menolak mereka semua.

Suatu hari ada seorang laki-laki yang datang membawa sebuah lamaran pada Saras, ia datang bersama para pengawalnya ke rumah Saras, laki-laki itu bernama Broto. Dia laki-laki yang sangat berpengaruh di desa itu. Dia sudah mempunyai istri tapi ingin menambah istri lagi. Saras, melihatnya aja sudah muak.

"Aku rasakan pingin muntah lihat dia," gumamnya sambil menoleh ke samping.

Broto berumur kira-kira sekitar 45 tahun, usianya sama dengan usia bapaknya. Wajah Broto brewokan dan juga bermata tajam seperti burung elang.

Dia datang, untuk menjadikan Saras istrinya, dia bilang kalau bapaknya punya hutang padanya, bapaknya Saras kalah judi taruhan pemilihan desa, jadi bapaknya berhutang banyak pada Broto.

Walau Saraswati tidak paham dan tidak tahu menahu tentang hutang bapaknya, tapi ia sekarang yang harus menanggung akibatnya. Sekarang Saras harus menjadi jaminan hutang bapaknya.

"Sungguh, Bapak itu tidak tahu diri. Dia tidak tahu, arti kehormatan seorang anak gadis. Kenapa bapakku begitu mudah mau menyerahkanku, kepada laki-laki seperti Broto itu. Broto si bandot tua itu, gila perempuan. Broto juga gila harta. Broto itu, seorang rentenir yang sangat kejam. Ya, Allah bapak," keluh Saras saat bicara dengan bapaknya.

"Bagaimana lagi, Nduk! Kamu harus mau jadi istrinya, kalau tidak, nasib kita akan bertambah susah," kilah bapaknya.

"Broto itu selalu mengejar anak-anak gadis belia untuk dijadikan istrinya, dia itu seperti laki-laki pengejar gadis perawan. Setiap orang tua yang tidak bisa membayar hutang padanya, Broto akan berbuat jahat pada keluarga itu, Pak!" protes Saras.

"Makanya kamu harus nurut sama bapak, kamu harus mau jadi istri Broto, biar hutang bapak lunas!" tekan bapaknya.

"Bapak kejam! Bapak yang melakukan kesalahan, kenapa aku yang di korbankan! Bapak pasti mabuk, jadi bapak asal bicara," jawab Saras ketus.

"Bapak tidak mabuk, Bapak waras. Kamu temui Broto di luar itu. Sana pergilah!"

"Aku tidak mau!" balas Saras.

"Jangan membantah kalau tidak ingin melihat ibumu aku hajar sampai babak belur!" ancam bapaknya yang jahat itu.

Bapaknya memang jahat setiap kali anak-anaknya menolak perintahnya, maka ibunya yang jadi korban tangan dinginnya.

Dengan terpaksa Saras keluar, dilihatnya Broto duduk di ruang tamu rumah Saraswati yang miskin itu. Saras orang miskin di ruang tamu hanya ada bangku bambu yang telah usang, dan di atas meja bambu hanya ada kendi dari tanah liat untuk minum para tamu yang datang.

Broto memang biasa datang ke rumah orang yang punya hutang padanya, dia akan datang dengan pengawalnya yang berbadan besar, dan sangat garang. Kalau, tidak bisa membayar hutang, rumah mereka akan disita atau anak gadisnya, akan dijadikan jaminan hutang keluarga itu.

Broto tersenyum melihat Saraswati yang masih muda belia dan juga sangat cantik, dengan mata yang jelatatan dan penuh gairah, dia memandang wajah dan juga tubuh indah Saras.

Melihat pandangan mata Broto yang nakal itu, Saraswati bergidik ngeri, "Hiii, geli sekali aku melihatnya. Aku disuruh menikah dengannya? Huh! Lebih baik aku mati saja!" gumam Saras.

Broto dengan suara yang serak mulai berbicara, "Eehem! Aku datang untuk menjemput anakmu!" ucap Broto dengan wajah sangarnya itu, dia memandang bapaknya Saras dengan tajam.

"Aku tidak mau!" seru Saras.

"Wong ayu, jangan buru-buru bicara kasar seperti itu, hehehe, aku akan membuat hidupmu bahagia dengan berlimpah harta. Hehehe!" suara Broto membuat Saras merinding ngeri.

"Amit-amit jabang bayik!" guman Saras.

"Wong ayu, aku tidak akan memaksa, tapi ingat baik-baik, kalau bapakmu tidak bisa bayar hutangnya, maka kamu harus jadi istriku, atau adik-adikmu aku jual, hahaha!!" tawa Broto membuat Saraswati merinding ngeri.

"Untung adik-adikku tidak di rumah, kalau sampai mereka mendengar ocehan Broto, hati mereka pasti akan sedih," gumam Saraswati.

Ibunya Saraswati hanya diam dan menangis, hatinya sangat hancur mendengar ucapan Broto. Dia sangat kecewa dengan suaminya. Hatinya hancur melihat anak gadisnya jadi korban dari kekejaman suaminya.

"Kang, tega sekali kamu pada anak-anakmu, kamu sudah memperlakukan diriku dengan kasar dan menyakiti hatiku, tapi aku diam. Kamu main perempuan dan berjudi, tapi aku tetap diam. Aku kali ini tidak memaafkan kamu. Kamu sudah kelewatan Kang! Kamu sudah keterlaluan, bagaimana mungkin kamu jual anakmu pada orang yang seperti Broto ini?" lirih ibunya Saras bersuara di sela isak tangisnya yang tersedu-sedu.

Bapaknya Saraswati menunduk, dia terlihat sangat takut saat melihat Broto menatapnya, dengan nada hormat ia berkata, "Mohon maaf juragan, mohon kasih waktu satu bulan lagi. Anak dan istriku biar berpikir jernih dulu."

Broto manggut-manggut lalu menatap Saraswati, "Saras wong ayu," ucapnya sambil memegang jenggotnya yang lebat.

Saraswati semakin bergidik ngeri melihat sikap Broto yang semakin aneh. Saraswati tertunduk dalam-dalam, dia menyembunyikan wajahnya di balik punggung ibunya.

Melihat Saraswati yang ketakutan itu, ibu Saraswati memegang tangan dingin anaknya itu, mata wanita itu berderai air mata, wajahnya sendu kelabu bagai awan mendung yang menggandung sebelum hujan.

"Juragan, tolong berikan kami waktu! Tolong kasihani kami, juragan!" ucap ibu Saraswati di iringi derai air mata yang menetes di pipinya yang kusam.

"Saraswati, bapakmu itu punya utang padaku. Dia bilang, kalau kamu yang akan di jadikan jaminan, bila hutang bapakmu tidak bisa bayar. Jadi aku setuju, bila kamu jadi istriku sebagai imbalan untuk melunasi semua hutang-hutang bapakmu. Lagi pula aku, sangat suka sama kamu wong ayu, hehehe," ucapnya sambil tertawa lebar.

"Sungguh menjijikkan!" umpat Saraswati dalam hati.

Saras dengan sedikit keberanian dia menatap Broto dan berkata, "Aku tidak mau menjadi istrimu, aku tidak mau membayar hutang bapakku. Dengar, aku tidak ada sangkut pautnya dengan hutang bapakku. Jadi, jangan pernah meminta aku menjadi istrimu!"

"Aduhai anak cantik seng ayu dewe, aku suka kamu, wong ayu!" tawa Broto terdengar menyakitkan di telinga Saras.

"Aku, membencimu!" ketus Saras.

"Hahahah!" tawa keras Broto memenuhi ruangan itu.

Saras semakin bergidik ngeri mendengar suara Broto, 'Ingin rasanya aku bungkam mulut kotornya itu!' batin Saraswati.

Broto yang tampangnya sangar dan brewokan itu semakin membuat Saras muak dan ingin menjambak jenggot Broto yang panjang, terlebih saat tertawa giginya yang kuning terpampang jelas.

"Nih orang apa gak pernah gosok gigi ya? Hiii, kenapa giginya kuning kayak gitu, mana suka merokok pakai cerutu yang baunya bikin aku mual," gerutu Saras sambil menutup mulutnya dengan tangannya.

"Wong ayu, tak usah malu-malu, nanti juga kamu akan suka padaku. Hehehe!" ucap Broto.

Saras perutnya semakin mual mendengar ucapan Broto, tapi ia tetap mencoba tenang dan elegan melihat Broto yang semakin nafsu melihat dirinya.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter