37 Mencari Jalan Lain

"Untuk apa kau ingin menjadi seperti ikan?" Tanya Pak tua Izack bingung.

"Umm… maksudku alat untuk bernafas di dalam air pak tua" Jack bingung bagaimana harus menjelaskannya karena mereka belum mengetahui kalau alat itu dapat dipakai dalam berbagai situasi selain menyelam seperti, dalam kabut beracun, saat berada di ruang tertutup, di bawah tanah, di gunung yang tinggi, di dalam gua dan lain-lain.

Jack tidak tahu peristiwa apa yang akan terjadi nanti, mungkin saja dengan alat itu akan dapat menolongnya dalam kondisi terdesak.

Jack hanya bisa meringis sambil mengusap bagian belakang kepalanya.

Setelah matahari terbenam, mereka pun keluar dari rumah makan itu menuju ke arah timur.

Saat sampai di rumah Tognur, suara palu yang menempa besi panas sudah tidak lagi terdengar. Ia terlihat sedang duduk di sebuah toko yang berada di depan rumahnya sambil menikmati daging bakar dan segelas kopi hangat.

Saat kami masuk ke toko itu ia berkata. "Duduklah." Tognuhr berdiri kemudian pergi ke belakang dan mengambil tiga gelas bir lalu menaruhnya di atas meja.

"Tiga hari yang lalu mereka datang ke sini menawarkan sebuah pekerjaan, tapi aku menolaknya mentah-mentah. Orang-orang berengsek itu merencanakan sesuatu yang buruk, jadi aku mengusir mereka." Ungkap Tognuhr.

"Setelah itu, kudengar mereka pergi ke tempat Udrorn. Heh, ia pasti kegirangan mendengar tawar mereka. Cuih, aku tidak menyukainya dari dulu. Selalu punya niat buruk di belakang setiap kelakuannya."

"Setahuku mereka sedang membuat sebuah alat untuk mengaktifkan sebuah artifak. Alat tersebut dapat mengumpulkan energi dari batu mana, kemudian mengalirkan energi mana ke dalam sebuah artifak lalu mengaktifkannya." Papar Tognuhr sambil mengaduk-aduk saus cabai di depannya.

'Kenapa dia tiba-tiba jadi pandai bicara. Tadi pagi dingin dan judes sekali saat kami ke sini. Orang yang aneh.' Batin Jack.

Pak tua Izack manggut-manggut saat mendengarnya, beberapa saat kemudian ia bertanya. "Apa kau tahu ke mana mereka membawa alat itu?"

Tognuhr menggelengkan kepalanya kemudian mulai memakan daging bakar dengan porsi super yang tersaji di atas meja.

Setelah berbincang-bincang selama kurang lebih dua jam, mereka pun kembali ke rumah kecil tempat berkumpulnya adventurer guild di kota Thurnalduhr. Mereka menceritakan hasil temuan hari ini kepada anggota yang berada di sana dan memutuskan untuk kembali ke Kota Alexandrium keesokan paginya untuk melapor kepada guild master Tigreal.

Siang itu di ruang pertemuan adventurer guild kota Alexandrium, Jack, Tarud dan Pak tua Izack melaporkan kejadian yang mereka alami di kota Thurnalduhr kepada guild master Tigreal dan asistennya Pascal.

"Hmm … Sudah sejauh itu …" ujar guild master Tigreal.

"Misi khusus kita kemarin juga tidak membuahkan hasil yang diharapkan, tidak ada petunjuk kemana mereka pergi atau dimana markas besar mereka. Anggota kita hanya menemukan sisa-sisa Shadowcifer yang masih berada di pegunungan Hermirath. Aku curiga mereka telah mengetahui rencana kita sebelum misi ini dimulai, maka dari itu kita harus lebih selektif dalam memilih orang-orang yang harus kita libatkan. Karena kalau sampai mereka berhasil membangkitkan Lucifer, situasinya akan semakin gawat." Ungkapnya.

Guild master tigreal menghela nafas lalu melanjutkan, "Wilmark juga tidak ditemukan, dalam waktu dekat kita akan mencoba untuk mengorek informasi dari orang-orang yang dekat dengannya."

"Istirahatlah dulu untuk beberapa hari, ada misi lain yang harus kalian kerjakan di pegunungan Hermirath."

Tigreal menengok ke samping kirinya dan berkata, "Pascal, kerahkan semua anggota pengintai kita untuk melacak keberadaan Udrorn dan mencari markas Shadowcifer, sekarang!"

"Baik Guild Master." Jawab Pascal.

Pak tua Izack kembali ke perpustakaan Alexandrium sedangkan Jack dan Tarud kembali ke workshop mereka.

Saat masuk ke area workshop Tarud berkata, "Tunggu sebentar Jack, akan kubuatkan alat yang kau inginkan."

"Apa aku boleh melihat saat kau membuatnya?" pinta Jack.

Tarud melihat Jack dengan tatapan kaget, ia pun menepuk pundaknya dan menjawab sambil tertawa. "Tentu saja."

Dengan tenang Tarud mulai melelehkan logam berbahan dasar Alumunium agar hasil akhirnya lebih ringan. Setelah mencetaknya, Tarud dengan teliti memasang batu zamrud yang diberikan oleh Jack. Kemudian mulai membuat regulator dan memastikan kalau tangki kecil seukuran kepalan tangan itu kedap udara dan kuat menahan tekanan oksigen dari dalam.

Jack tidak habis pikir, dengan tangan Tarud yang besarnya hampir dua kali tangannya, ia bisa membuat sebuah barang dengan detail dan kerumitan yang tinggi tanpa membuat kesalahan sedikitpun.

Sebenarnya dulu Jack pernah berencana untuk belajar menjadi seorang pandai besi saat pertama kali mengetahui kalau ia mempunyai sebuah sistem yang mirip dengan game RPG. Tapi setelah mengetahui banyaknya waktu dan biaya yang harus ia keluarkan, Jack menyerah. Ia lebih memilih untuk berteman dengan pandai besi yang dapat ia percaya untuk membuatkannya senjata.

Satu jam kemudian, sesuai janji Tarud menyelesaikan tabung oksigen mini yang hanya memerlukan suplai mana untuk mengisinya dengan oksigen. Ringan dan mudah digunakan. Dengan menggunakan alat ini ia dapat menyelam ke dasar sungai, danau maupun laut selama yang ia mau. Saat itu sebuah ide muncul di kepala Jack.

'Kalau ini juga termasuk alat sihir apa aku bisa menyerapnya dengan senjata slimeku?' pikirnya.

'Akan kucoba nanti.'

Jack mencoba alat tersebut dengan memasukkan kepalanya ke dalam sebuah kolam air yang biasa di gunakan untuk mendinginkan besi setelah selesai ditempa.

Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit berlalu sebelum Jack mengeluarkan kepalanya dari kolam tersebut. Ia tersenyum sambil mengacungkan jempolnya ke arah Tarud untuk mengatakan bahwa ia puas dengan hasilnya.

Setelah mengambil uang royalty sebesar lima belas koin emas dari Francis, Jack pergi ke perpustakaan untuk mengambil 9 botol mana potion dari Departemen Pengembangan Obat lalu mampir ke ruangan Pak tua Izack, tapi ia tidak menemukannya.

Menurut penuturan dari karyawan perpustakaan, ia sedang memaparkan hasil penelitiannya di aula lantai tiga. Karena tidak mau mengganggunya, Jack turun ke lantai satu untuk mencari buku tentang tumbuh-tumbuhan.

Jack bertanya pada pustakawan yang sedang berjaga di lantai satu sebelum berjalan menuju ke perpustakaan tengah untuk mencari buku yang ia inginkan. Di sana Jack menemukan dua buah buku yang memenuhi kriteria yang ia mau. Satu buku berjudul 'Tanaman Sihir' yang ditulis Pak tua Izac dan satu lagi berjudul 'Tanaman Ramuan Obat' yang diterbitkan oleh Departemen Pengembangan Obat.

'Aku heran, kapan Pak tua Izack punya waktu untuk meneliti dan menulis buku-bukunya.' Batin Jack sambil berjalan ke lantai dua untuk membaca kedua buku tersebut.

Setelah mengetahui proses dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat mana potion, Jack menyerah untuk membuatnya karena ia tidak punya waktu untuk mengumpulkan dan memproses bahan-bahan itu sendiri.

Karena tidak bisa mengandalkan mana potion untuk meningkatkan levelnya, ia ingin mencari alternatif lain untuk memberikan asupan mana kepada slime-slime miliknya. Setelah melakukan beberapa kali percobaan, Jack menemukan bahwa memberi mereka tumbuhan yang kaya akan energi mana adalah cara yang paling efektif.

Di percobaan pertama, Jack mencoba memberikan batu mana kepada slime peliharaannya. Hasilnya tidak sesuai harapan, proses penguraian batu itu sangat lama jika hanya dengan mengandalkan cairan asam yang dimiliki slime tersebut.

Setelah menggantinya dengan tanaman obat dengan banyak kandungan mana, slime tersebut mampu mengurainya hanya dalam waktu delapan jam. Untuk itu ia berusaha mencari tumbuhan yang memiliki kandungan mana tinggi tapi belum diketahui kegunaannya, sehingga ia dapat menerbitkan sebuah misi di adventurer guild untuk mencari dan mengumpulkan tanaman tersebut dengan bayaran yang murah.

Sudah satu setengah jam berlalu sejak Jack mulai membaca kedua buku tentang tanaman ber-mana itu. Dari kedua buku tersebut ia menemukan dua buah tumbuhan yang dapat ia gunakan. Pertama adalah Polkweed, tumbuhan jenis rumput-rumputan ini banyak dijumpai di padang rumput yang terbentang di sepanjang kerajaan Avantheim. Kelemahannya adalah, tanaman ini tumbuh berjauhan antara satu dengan yang lainnya, jadi untuk mengumpulkannya perlu waktu yang cukup banyak.

Yang kedua adalah bearberry. Tanaman merambat ini tumbuh subur di pinggir hutan dan beberapa tempat yang tidak terkena sinar matahari secara penuh setiap harinya. Memiliki duri seperti mawar dan buahnya berwarna biru bulat dan kecil seperti buah duku. Kelebihan tanaman ini adalah jumlahnya yang banyak dan bergerombol, tapi diperlukan alat khusus untuk memetiknya karena durinya yang tajam cukup mengganggu.

Setelah menulis nama dan ciri-ciri tumbuhan tersebut Jack mengembalikan buku itu lalu pergi ke adventure guild untuk mengajukan sebuah misi. Ia berencana untunk menghargai tiga karung kecil tanaman polkweed atau empat karung kecil tanaman bearberry cincang dengan satu koin perak. Tapi setelah dipikir lagi, Jack memutuskan untuk menawarkannya kepada anggota workshopnya terlebih dahulu. Selain tidak terlalu mencolok di mata publik, ia juga bisa menghemat biaya administrasi yang harus dibayarkan ketika mengajukan sebuah misi.

Jack pun kembali ke workshop dan menemui Géza, tukang kayu murid dari Mac Muiris. Selain menangani bagian perkayuan, ia juga bertugas untuk mencari bahan baku kertas. Karena itu Jack yakin ia dapat membantunya mencari tanaman tersebut dengan mudah.

"Selamat sore Jack." Sapa Géza saat melihat Jack berjalan ke arahnya.

"Sore. Bisa kita bicara sebentar?"

"Tentu saja kawan." Umur Géza tidak terpaut jauh dari Jack. Tahun ini ia baru genap berumur dua puluh empat tahun. Dengan wajah kalem dan mata sipit, banyak karyawan wanita yang jatuh hati kepadanya. Mereka pun pergi ke sebuah ruangan kecil tempat Géza biasa beristirahat.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanya Géza dengan lembut.

"Begini. Aku ingin mengumpulkan tanaman polkweed dan bearberry untuk sebuah percobaan. Apa kau bisa mencarikan orang untuk melakukannya, aku akan membayar satu koin perak setiap empat karung kecil bearberry atau tiga karung kecil polkweed. Bagaimana?" ungkap Jack.

"Kurasa bayarannya terlalu tinggi, polkweed dan bearberry bukan tanaman yang sulit untuk dicari." Kata Géza sambil menerka tujuan Jack mencari tanaman tersebut.

"Aku ingin tanaman tersebut dihaluskan terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam karung." Kata Jack, mencoba untuk memberitahukan spesifikasi yang ia mau.

Setelah berpikir sejenak, Géza menambahkan. "Hmm … masih terlalu tinggi Jack, satu koin perak kira-kira dapat membeli enam sampai tujuh karung bearberry."

"Tidak apa-apa, ini harga yang ingin kutawarkan kepada pekerja kita. Lebih cepat mereka dapat mengumpulkannya, lebih baik." Terang Jack.

"Baiklah kalau begitu, besok sore akan kuantarkan barangnya ke rumahmu. Berapa banyak yang kau butuhkan?" Akhirnya Géza menyetujui permintaan Jack. Hatinya merasa tersentuh melihat Jack yang juga memperhatikan kesejahteraan karyawannya.

Jack berpikir untuk beberapa saat sebelum menjawabnya. "Aku akan memberikan lima koin emas sebagai bayaran. Tapi kau tidak perlu mengantar semuanya besok, antarkan saja sebanyak yang mereka mampu."

"Oke, akan kuberitahukan kepada mereka nanti." Jawab Géza.

Setelah berbincang selama beberapa waktu dengan Géza, Jack pamit dan kembali ke rumahnya.

Ia mencoba menggunakan skill digest untuk menyerap tabung oksigen yang baru saja ia buat dan berhasil. Dengan ini ia menyimpulkan bahwa senjata slime-nya juga bisa menyerap benda selain senjata. Karena itu ia berencana untuk melakukan beberapa percobaan menggunakan barang lain yang mungkin dapat membantunya menyelesaikan sebuah misi.

'Aku mendapat 631 experience kemarin, masih butuh sekitar 2400 experience lagi untuk bisa naik level. Semoga dengan cara ini pendapatan experienceku akan lebih stabil.' Batin Jack sebelum berlatih menulis lingkaran sihir kemudian pergi tidur.

avataravatar
Next chapter