5 04

pulanglah aku dengan kapal air, diperjalan rasanya membosankan dan memelelahkan karena tidak ada jaringan, dan teman untuk melewati waktu.

ada beberapa orang yang kasihan padaku dan mengajakku bergabung dengannya namun rasa was-was itu terus ada karena hingga kini tak seorang pun tahu bagaimana orang lain selain mereka sendiri.

1 hari 2  malam menyebrangi laut membuat khayalanku melayang jauh kala menggingat sekilas petuah mama, petuah mama masih segar dalam ingatan juga jelas tersimpan dalam otak hingaa kini hal itu yang kulakukan dan kupercaya benar.

FLASHBACK ON

mama kala pernah berkata "jangan terlalu percaya pada orang lain apa lagi orang baru, keluarga saja bisa menjerumuskan apa lagi mereka yang baru kau temui" nasehat mama lembut.

"kenapa?" tanyaku heran karena menurutku tidak baik asal curiga pada orang lain tapi mama menjawab

"kau tahu siapa yang mendorong nabi yusuf?" tanya mama menatap mataku intens

"....." jawabku menggeleng

"kakak-kakaknya"

"kau tahu siapa yang menentang nabi muhammad berdakwa untuk pertama kali?"

"..."sekali lagi aku menggeleng

"abu sofyan, abu lahap padahal mereka adalah keluarga dekat nabi muhammad" kata mama dengan tenang.

"jadi aku boleh percaya sama siapa?" tanyaku binggung dan mendengus keras.

"allah, cuma allah yang maha tahu, maha benar dan tidak akan menghiyanati dan meninggalkan kamu lia walau kamu dalam kondisi apa pun"

"iaa maa" kataku

"ingat jangan pernah lupa sholat, maka allah juga tidak akan lupa padamu"

"kata mama allah tidak meninggalkan aku walau gimana pun gimana sih?"

"gini deh,seandainya lia baik sama orang lain orang lain baik ngak sama lia"

"iya dong lia masih waras tuk tidak jahat sama orang"

"nah allah juga gitu, allah membuka rezeky, rahmad dan hidayanya untuk mereka selalu bersimpuh dan mengibah padanya" jelas mama dengan sabar

"ya ma" kataku akhirnya.

aku masih ingin menggenang masa indah akan masa kecilku tapi seseorang menepuk pundakku dan berkata

"jangan berkhayal, terus beristigfar agar tidak tersesat pada alam yang tak nampak" katanya dengan serius.

aku tak tahu maksud dari ucapannya namun dengan cenggiran canggung aku hanya menggiyakan dan membiarkannya berlalu begitu saja.

aku tak tahu siapa dia, dan rasanya baru kali ini aku melihatnya setelah menggelilinggi kapal sebanyak 5 kali saking binggungnya aku harus berbuat apa. waktu terus berlalu dengan sangat lambat walau begitu ternyata tibalah kami dipelabuhan.

suara ledakan (merupakan suara dari klakson kapal atau peluit kapal) berbunyi petanda kapal telah bersandar dan siap untuk menurunkan penumpang dan bawaan. aku akhirnya bersiap-siap turun membawa koper dan tas tetengan beserta sedikit buah tangan yang diberikan oleh beberapa masyarakt disana.

suasa pelabuhan begitu riuh, banyak penjajal jasa angkut menggerumuni namun semuanya kutolak karena uangku kurasa tidak cukup jika digunakan untuk membayar salah satu diantara mereka.

dengan menggunakan kendaraan umum akhirnya langkahku sampai rumah semakin dekat. namun kedatanganku ternyata tak terperkirakan oleh siapapun, sehingga ketika aku sudah tiba dirumah, suara tangisan anak kecillah yang pertama kali kudengar.

rumahku yang kumuh semakin terlihat jelek, tidak adanya keharmonisan dari dalam rumah makin menambah jika rumah ini penuh dengan derita dan memang nyatanya memang begitu. bapak dan mama  masih dengan permasalahannya, kini bukan permasalahan mama cemburu karena bapak adil atau tidak melainkan ternyata istri muda bapak adalah seorang bandar sabu-sabu dan telah ditahan dirutan.

pertama kali mendengar itu yang kukatakan adalah "kenapa pade bapak tidak ditangkap juga?"

mendengar perkataanku bapak berang dan berkata "anak setang memang ini, nu doakan ka dipenjara juga iyo? (kamu mendoakan agar aku juga dipenjara ya?)" kata bapak berang. namun dengan santai ku jawab

"iyo iya kudoakanko, kenapa memang kalo anak setang ka, na kalo saya setang kau bapaknya setang" jawabku tidak kalah nyolotnya dengan bapak.

tidak ada lagi kehormatan untuk bapak, entah jampi-jampi apa yang ditujukan ke mama oleh bapak sehingga dengan bodohnya mama percaya dengan lelaki macam bapak, saking bodohnya lagi mama menikah dengan dia.

aku masih demgan pikiran-pikiranku, sedangkan bapak, karena perkataan itu bapak sudah siap untuk mengangkat tangannya untuk memukuliku jika saja mama tidak angkat bicara. mama berkata

"berani ko pukul anakku, ku adukanko juga karena KDRT biar kau temani telangmu didalam" bentak mama lebih keras dari suara bapak, dan kala itu pertama kali aku melihat mama berteriak dan berkata kasar.

sungguh ini bukanlah  penyambutan pertama yang paling buruk dalam hidupku, hal buruk rasanya sudah melekat dalam takdir hingga membuatku tidak heran lagi. mama masih mencoba mengatur nafasnya dan menenangkan anak kecil yang semakin menangis keras itu tapi bapak malah berkata

"aga mu pau asu?" tanyanya sudah sangat marah. urat-urat tangan bapak juga sudah nampak dengan jelas.

"coba ni gare'e na muita to i anakmu ku patamari panti asuhan e" (coba saja, kalo kami berani kamu juga akan lihat anakmu masuk ke panti asuhan)" ancam mama dengan wajah santai.

melihat itu aku sadar semakin kesini ternyata mama berevolisi menjadi wanita tegar. setahuku mama yang kukenal semala ini adalah wanita yang lemah lembut, penyayang dan berlapang dada juga sabar namun dihadapanku kini adalah wanita pemberani dan pandai berkata kasar.

entah bapak mendapatkan kedarannya dari mana sehingga setelah menghembuskan nafas secara kuat bapak lalu meninggalkan kami begitu saja.

cek percek tenyata beberapa bulan lalu bapak memang lebih banyak dirumah karena bapak mendapatkan pekerjaan yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah sehingga ketika pulang bapak lebih memilih beristirahat dirumah.

semakin seringnya bapak alfa dirumah istri muda, istri muda ternyata dimanfaatkan hal tersebut untuk membawa masuk barang haram ke kontrakan mereka. sialnya si istri muda itu, bertimbal balik dengan keberuntungan kinerja polisi sehingga dengan sangat mudah dia dicyduk polisi di TKP.

sebenarnya bapak ada di tempat kejadian, itu pun bapak sampai ketika polisi sudah menggeledah seisi kontrakan. bapak juga sempat diperiksa sih, dan utungnya hasilnya negatif alias bapak tidak menggunakan sabu-sabu.

tuntutan wanita tidak ingin kusebutkan namanya ternyata sudah akan dibacakan 2 minggu lagi. barang bukti yang ditemukan ternyata lebih dari 1 ball beratnya, mama juga kurang menggerti katanya bagaimana bentuk benda itu.

sepengetahuanku, ada kemungkinan ponisnya kalo tidak seumur hidup ya hukuman mati. nah jika sudah seperti ini siapa yang menderita? anak merekakan?.

lihatlah entah kemana urat malu bapak dihadapan mama sehingga anaknya itu malah diserahkan ke mama untuk dirawat. ahahaha lucu ya? mereka yang  hehaheha mama yang rawat hasilnya.

seandainya aku yang ada diposisinya mama, maka aku akan menolak dengan lantang lalu jika pun aku harus merawatnya mungkin ratapan anak tiri yang terjadi, tapi mama, malah mama menyayanggi anak itu.

ketika kutanya mama malah berkata "menderita ki, bukan salahnya ini anak, bapakmu yang salah karena nafsunya ji na attuang (na utamakan)"

mendengar itu aku hanya semakin salut dengan mama. entah selapang apa hati mama sehingga anak dari orang yang menyakitinya pun dirawat dengan telaten, dimanja layaknya anak kandung.

anak itu namanya kanza, kanza kini tumbuh dan semakin cantik selama mama yang merawatnya. sepenggakuan kanza tidak pernah semanja ini, mama kandung kenza galak dan kalo pun kenza diberi makan paling mi dan telur terus jika kenza makan nasi itu pun jika bapak datang ke kontrakan mereka.

kontrakan saja sudah tidak jelas begitu apalagi rumah kami, ahahhahaha tempat ini bukan lagi tempat tinggal tapi lebih cocok disebut rumah duka ya duka yang terjadi tak kunjung berhenti menurutku.

avataravatar