16 Tolak... Please tolak..

'Emang segitu abis ya?' batin Yumna heran.

Jam sudah menunjuk pukul sepuluh malam saat mereka keluar restoran. Yumna tak mau jauh jauh dari Diva. Berusaha mensejajari langkah psikiater itu. Dengan menunduk mengamati bayangan mereka. Yumna cukup tenang, mendapati bayangan yang bersandingan itu adalah miliknya dan Diva. Artinya Ia tidak sendiri. Ya,, Sepenuhnya Yumna telah percaya dengan Diva. Wanita ini bisa menjaganya.

Yumna sedikit khawatir tertinggal. Yang pasti Ia ingin Diva menyadari kehadirannya yang harus dilindungi. Bagaimanapun suasana malam tetap tampak mencekam.

"Taxi!.." pekik Diva. Namun kendaraan yang Ia kehendaki malah tak melambatkan lajunya sama sekali. Wanita itu sontak melontarkan sumpah serapah. ingin mengejar supir kurang ajar itu. Bagaimanapun ini sudah malam. Diva sangat paham dengan isi hati Yumna. Ia tak mungkin memperparahnya dengan mengajak gadis itu berjalan kaki malam malam begini. Ah yang benar saja. Mereka perempuan.. tak seharusnya begitu. Tentu saja bahaya. Aissh Sebenarnya, masalah utamanya adalah ponselnya sudah lowbatt dari sejam lalu. Kadang Zaky jadi dibutuhkan di saat saat seperti ini.

Yumna sungguh menjaga jaraknya agar tak lebih dari setengah meter dengan Diva. Ia bahkan mengikuti Diva yang bergerak kesana kemari memburu Taxi. Tak peduli dengan nafasnya yang mulai terengah engah.

Diva tersenyum lega saat sebuah Taxi berhenti di depannya. Namun..

"Maaf mba.. tapi saya udah ada penumpang.." ucap supir taxi ditambah senyum sopan. Diva terbelalak tak percaya. Jujur senyum orang itu lebih seperti ejekan dimatanya. Taxi itu lalu kembali melaju meninggalkan kemarahan Diva yang tertahan. Sabar Diva...Sabar... Ia sibuk menenangkan hatinya. meski rahangnya sudah mengatup keras.

"Dari kejadian barusan bisa diambil hikmahnya... bahwa sopan itu gak selamanya baik... kamu faham kan.. itu." ucap Diva penuh penekanan lalu menoleh pada Yumna. Gadis itu mengangguk saja. Tak ambil pusing dengan seruan Diva yang dikuasai emosi.

"Ngapain dateng kalau akhirnya pergi..huh.. berlagak baik sebelum akhirnya menolak juga. php itu sakit woy!."

Jalan masih ramai. Tapi entah kenapa sulit sekali mendapat kendaraan pulang. Yumna masih mendengar jelas hembusan nafas lelah Diva. Sayangnya Ia tak bisa membantu apapun. Untuk menguasai dirinya sendiri saja susah.

Yumna mengernyitkan dahi saat melihat seorang pria di dalam rumah makan seberang jalan. Pria yang beberapa saat lalu jadi sorotan semua orang saat ia dan Diva makan.

Apakah waktu mundur 30 menit? kenapa kejadian itu berulang?. Lamaran membosankan itu terjadi lagi. Hanya saja tempat dan wanitanya berbeda. Yumna yakin dia belum tidur. Dan tidak pingsan sekalipun. Tapi kenapa itu terjadi?lagi?. Ini aneh!. kaya mimpi. Restoran seberang jalan yang pengunjungnya lebih sepi sangat terlihat jelas dari luar. Terlebih dindingnya dari kaca pula.

Jelas sekali itu pria tadi. Ahh apa dia seserius itu?. Melamar dua wanita dalam selang waktu yang cukup singkat. Apa dia gila?!.

Pintu restoran seberang terbuka. Muncul pria berjas silver itu seorang diri. Kemana wanita yang dia lamar tadi? Harusnya mereka bergandengan. Ahh Yumna lupa. Ini bukan kejadian yang diulang sama. Faktanya hanya pria itu yang diposisi sama seperti beberapa menit lalu. Untungnya yang kedua ini Ia gagal. Mungkin... Terlihat dari rautnya yang berubah dingin saat keluar rumah makan itu.

"Hmm..kayanya kita harus nunggu disana..." Diva tanpa aba aba langsung menarik pergelangan Yumna dan menyebrang. Gadis itu cukup terkejut sebentar. Lamunannya tentang pria itu buyar seketika.

Dalam beberapa detik mereka sudah disisi jalan yang berbeda.

"Mas..." lirih seorang perempuan. kepekaan telinga Yumna membuatnya menoleh.

"Aku mau nikah sama mas... tapi kita perlu pendekatan dulu... kita kan baru ketemu.." ucap wanita dengan dress soft pink. 'Itu pasti korban keduanya yang tadi di dalem rumah makan' batin Yumna seraya mengawasi mereka tanpa ekspresi. Jika saja wanita itu tahu kebusukan pria gila itu huh!. Yumna enggan menyimak percakapan mereka. Namun Ia tetap saja bisa mendengarnya. Ya... Telinga Yumna terlampau peka melebihi siapapun. Bahkan untuk suara yang kecil sekalipun.

"Gimana mas...? tadi juga saya kan belum jawab. tapi mas malah pergi duluan."

"Maaf saya sibuk.. saya malas meladeni perempuan yang meremehkan keseriusan saya."

"Tapi mas..."

"Saya bukan seperti laki laki lain yang mengartikan diamnya perempuan sebagai tanda setuju. tapi sebaliknya."

Astaga! sombong sekali dia. bahkan setelah dikejar perempuan itu dia malah menolak mentah mentah. Harusnya dia yang mendapatkan perlakuan macam itu. Bukan sebaliknya. Dengan pedenya dia malah menjunjung tinggi kata 'serius'. keseriusan apa yang dia maksud huh?!. Dia jelas jelas sudah menyepelekan urusan pernikahan yang terbilang sakral. Dasar Playboy!. kurang ajar!.

Tap tap tap! langkah kaki sepatu pria terdengar menjauh. Yumna bisa menebak pasti pria itu memilih pergi. Yumna menghela nafas lega. Bagus! perempuan itu selamat dari perangkap Om Om hidung belang itu. Ya! Dia lebih pantas disebut itu.

"Mas..mas... saya mau kok mas..maaas..." jerit wanita itu frustasi. Dari nadanya jelas Ia sangat menyesal. Terdengar mesin mobil menyala. Deru mobil mendadak bersaing dengan suara lengkingan wanita itu.

"Dia kenapa?.." Diva menyipitkan mata. entah sejak kapan Ia menyadari cek cok singkat itu. Yang pasti sekarang Ia tengah berusaha mengenali sosok wanita yang berteriak itu. Nihil. Itu bukan siapa siapa. 'Dia teriak kesiapa sih? aneh!.' batin Diva.

Tin Tin!. Bunyi klakson mobil mengejutkan mereka. Perlahan kaca depan turun. Membuat Diva makin penasaran siapa pengemudinya. Sementara Yumna sibuk meyakinkan dirinya, 'Ini pasti mobil om om tadi kan...? iya..siapa lagi kalau bukan dia.' Yumna jadi enggan menghadapi lelaki sialan itu.

"Hai..selamat malam...." sapa pria itu. Nahh kan bener. Yumna melirik sedikit dan detik berikutanya langsung melengos.

"Malam.." Diva mengangguk hormat. Dia hanya menghargai sapaan orang.

"Kalian butuh tumpangan kan??.. malam begini pasti susah nyari taxi..."

"Ah engga..masih rame sih sebenernya..."

"Tapi makin malem kan makin susah..."

"Hehe...iya sih..." Diva menggaruk tengkuknya yang tak gatal. 'Ini cowok tadi bukan sih?' batinnya. 'eh iya...' Nyatanya Diva juga wanita normal. Ia jadi sedikit canggung di depan cowok tampan bersetelan rapi itu. Ah..persetan dengan calon istrinya yang bisa marah. Diva sudah terpana dengan aura laki laki itu. Benar benar membuatnya lupa diri.

"Naik..?." tawar pria itu lagi. Yumna terus berdoa dalam hati. 'tolak please..tolak...'

"Oke kalau kamu memaksa..." Diva membuka pintu tanpa ragu. Yumna yang masih tak percaya dengan keputusan Diva akhirnya ikut juga. Ia mana bisa menolak. 'Ya Tuhan apa rencanamu?.' Kenapa dari sekian banyak mobil. Kenapa harus mobil si om hidung belang ini yang mereka naiki. Yumna benar benar muak. Ia langsung berpaling saat pria itu memandangnya dari spion depan. Sikap dinginnya sangat terlihat. 'Ahh bodo amat!'

"Kenalin nama saya Tio. dan yang pasti bukan supir. hehe.."

"Nama saya Diva..." Ucap Diva antusias. Yumna memejamkan mata sesaat. Ia cukup gregetan dalam situasi ini. Jangan sampai Tio membidik Diva sebagai target korban selanjutnya.

"Hmm.. Ratu Diva, begitukah?."

"Ahh bukan...Tapi Diva Syakilla."

"Tapi kamu sudah menjadi ratu di hatiku." Tio mencuri pandang Diva dari spion depan. Sial! Yumna mengumpat dalam hati. Kenapa pria seperti itu punya mulut begitu manis?.

"Klasik!..haha...saya gak mempan dengan gombalan macam itu.." Ucap Diva percaya diri. "Lagi pula mau dikemanain calon istri kamu... saya bahkan sudah melihat sesi lamaran dadakan kamu di resto sebelumnya." Lanjut Diva. Yumna bersorak gembira dalam diam. Rasain!.

Tio malah tergelak beberapa saat. Sambil meraba saku jas.

"Ini..." Tio mengangkat kotak kecil berwarna merah. Siapapun mengenal Benda mungil itu. Pria itu membukanya dengan satu tangan. tak!

"Ini masih ada isinya... karena aku ngrasa belum cocok sama dia...jadi cincin ini balik ketempatnya..." Ujar Tio dan mengembalikan Kotak itu sakunya lagi. Yumna tak menggubris sama sekali. Ya! tentu saja lelaki itu masih punya cincin. Yumna yakin pasti dia punya stok cincin banyak. Atau mungkin memang punya toko cincin.

"Oh..." Diva hanya ber-oh ria. Diva cukup faham dengan sifat sifat orang. Dan dia merasa janggal dengan pria ini. Jikapun seseorang mendapatkan kegagalan dalam cinta. Tak mungkin secepat ini move on.

Menurut penelitian. Dibanding perempuan, laki laki lebih sulit untuk melupakan mantannya. Dengan kata lain, jika memang benar benar serius dengan hubungan sebelumnya, pasti bakal susah move on!.

"Oh iya... kemana jalannya...?"

"Lurus saja....nanti saya bilang berhenti kalau udah sampai.."

"Oke siap calon istri"

"Stop panggil saya begitu.."

"...Kenapa?."

"Karena saya gak suka."

Tio tersentak. Belum pernah Ia ditolak dengan cara seperti itu. Kebanyakan, penolakan wanita lain itu hanya diam dan berujung mengejarnya.

Detik berikutnya suasana jadi kosong tanpa obrolan. Hanya terdengar bisingnya mobil di jalanan. Yumna Sedikit tak percaya dengan ketegasan Diva. mengatakan dengan jelas bahwa Ia tak suka. Siapa sangka Tio seketika bungkam dari segala kata kata manisnya.

"Belok kanan..." ucap Diva. Tio tak banyak bicara. Ia sudah seperti supir pribadi sungguhan. Mereka memasuki komplek perumahan. Sedikit melambat saat melewati gerbang komplek. Pak Gani langsung mempersilakan ketika melihat ada Diva dan Yumna di belakang.

"Rumah kamu yang mana?.." Tio memperlambat laju mobil. Menoleh kekanan-kiri. Mengabsen rumah rumah itu satu persatu. padahal bentuknya sama semua. Tentu saja.

"Brenti.." Seru Diva.

Tio segera keluar dan membukakan pintu untuk Diva. Yumna makin mual saja melihat usaha pria itu.

"Makasih... " Diva keluar dan langsung berlalu melewati pria itu. Tio kaku dalam posisinya. ia lagi lagi di tolak.

"Desiii..... " Teriak Diva. Dalam beberapa detik Pintu Rumah Yumna terbuka. Dari sana muncul Desi berlari kecil lalu membuka gerbang.

Brugh!! sesuatu jatuh dari atas rumah Diva. entah dari atap atau balkon.

"Aaa!" pekik Desi reflek memeluk Yumna. Yumna jadi ikut kaget juga.

Sementara itu Diva menatap datar bayangan hitam yang kian mendekat. Ia tahu siapa itu.

"Zak... jangan kebiasaan lompat dari atas gitu deh.. kalau tulang kamu patah....aku males bawa kedokter tulang.." Ucap Diva tampak jengah.

Sorot lampu jalan mulai menerangi wajah Zaky. Secara bersamaan semua orang menghela napas lega. Ya! untungnya bukan setan. Desi melepas pelukannya lantas meringis dan menunduk malu pada Yumna.

"Mau kemana coba?..dah kaya maling aja tau..! tuhh liat korban korban kamu..pada kaget semua...dodol!.." Diva menoyor Zaky saat cowok itu sudah dekat dengannya.

"Issh.... aku tu cuma khawatir.. ama kalian berdua... baik baik aja apa engga..." Zaky membela diri. Ia melempar senyum pada Yumna.

"Yumna masuk... dah malem... ada setan disini..." Ujar Diva yang langsung dibalas anggukan. Kedua perempuan itupun masuk.

"issh... Tega sumpah...." Zaky mulai mendramatisir. Tangannya menjulur kearah kepergian Yumna.

"Ekhem ekhem..." Tio berdehem Merasa tak dianggap. Bagaimanapun Ia memang manusia. Bukan makhluk tak kasat mata. Jangan bilang yang di maksud 'setan' tadi adalah dirinya. Ahh mana mungkin Diva separah itu.

"Oh iya makasih ya.....Tio...kalau gak ada kamu..mungkin kami berdua masih dipinggir jalan..." Diva tersenyum manis. Membekukan Tio seketika. Memunculkan hasrat untuk melakukan kebiasaan anehnya lagi. Ahh dia tak bisa menahannya.

"Tio...Tio..." Diva melambai lambaikan tangan di depan muka Tio. Tatapan pria itu tadinya tampak kosong. Dan sekarang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan. Apa maksudnya?. "Tio..!"

Dari awal Zaky cukup curiga dengan pria itu. Pasti dia ada maunya mengantar kakaknya cuma cuma. Kini malah dia berani menatap Diva seperti itu. Zaky termenung sesaat. 'Ahh jangan jangan dia lagi berfantasi nakal dengan kakak...' Zaky melirik sengit pada Tio. dan dalam hitungan detik dengan Amarahnya yang meledak, Ia mendorong pinggang pria itu dengan kakinya. "Jangan jadikan kakak saya sebagai bahan fantasi gila anda.." Gertak Zaky sangat geram.

"Zaky...." Pekik Diva. "Tio..." Ia menatap nanar pada Tio yang jelas jelas di tendang sangat keras oleh adiknya. Bagaimana bisa Zaky berkata seperti itu. Padahal Tio tak melakukan apapun. Terlebih lagi mereka belum juga berkenalan.

Tio terhempas dan berguling beberapa kali. Dengan susah payah Ia beringsut duduk. Matanya langsung tertuju pada Zaky. Ia memaksakan senyum. Namun nyeri disekujur tubuhnya lantas membuatnya meringis menahan sakit. Ia mendesis saat dirasa pingangnya sedikit ngilu.

"Kamu salah paham... saya justru punya niat baik ke kakak kamu..."

"Salah paham apa hah?! tampang anda itu cukup kriminal!." Zaky hampir saja menyerang pria itu lagi jika Diva tak mencekal lengannya.

"Saya ingin menjadikan kakak kamu sebagai istri saya..." Ucap Tio sungguh sungguh. Diva beralih menatap Zaky. Dia bimbang saat itu juga. Lelaki ini tak nampak buruk. Tapi mengingat pria itu sudah melamar wanita lain belum lama ini. hmm.. Itu memunculkan banyak keraguan di hatinya.

"A..apa buktinya...?!." ucap Zaky dengan nada naik. Meski awalnya Ia gagap juga. oh ayoolah..Jika pria ini serius. Artinya Zaky sudah salah sangka. Ia jadi takut juga.

"ini..." Tio menyodorkan kotak cincin itu lagi.

Zaky skakmat!.

avataravatar
Next chapter