19 Senyum

_Zaky_

Mentari akhir akhir ini tak lagi bersaing dengan awan hitam. Ia bersinar dengan teriknya tanpa halangan. Lumayanlah, untuk Menghilangkan sisa musim hujan dengan cepat. Tanah yang semula lembab perlahan mengering. Hingga tercipta keretakan halus bak rambatan akar pohon.

Aku bingung harus bahagia atau sengsara. Rasanya langit sedang menghinaku. Hari hari tanpa Yumna bergulir tanpa hujan. Seolah Dunia tampak senang melihatku menahan diri untuk bertemu gadis itu. Entah ini kebetulan atau memang nasibku jelek. Terbukti giliran aku bersama Yumna waktu itu, Tiba tiba hujan deras malah turun dan sampai membuatnya sakit.

Aissh.. sial...! Benarkah aku terjebak dengan janji ku sendiri huh?!. cuaca benar benar menguji kesabaranku. Rasanya bisikan penggoda selalu terngiang ngiang dalam benak. 'ini lagi cerah lho.. bagus kalo buat jalan bareng ama Yumna'. kira kira begitulah bisikan syaithon yang selalu mengusik pendirianku. Sabar Zaky.. semua ada waktunya. dan itu bukan sekarang.

Ya... ini rencanaku sendiri. Sengaja berhenti melakukan pendekatan padanya hingga hari H tiba. yakni besok. Setelah lebih dari 9 tahun, akhirnya aku akan satu sekolah lagi dengan Yumna. wohhhoo!

Target! Yumna harus terkejut. Dalam artian senang. Tentu itu hal mudah. Ya. aku optimis.

Jangan menghitung sabarku. Penantianku bahkan sudah menabung kerinduan bertahun tahun. Jika rindu adalah uang, aku pasti sudah menjadi orang terkaya di dunia. Jadi jika sabar adalah barang yang diperjualbelikan, aku tak akan menjadi gelandangan karena tabungan kerindunaku telah cukup memperkaya diriku hingga tujuh turunan, tanjakan, bahkan tikungan hehe. Ahh sayangnya itu hanya jika, jika, dan jika. Sedikit kutipan puitis yang kuambil dari internet.

Aku bukan tipe pria melankolis didepan banyak orang. Namun beda lagi kalau sudah bahas cewek. Seolah jiwa pujanggaku bangkit dari peraduannya. Haha..

Kau tahu? Rindu yang paling berat adalah ketika dekat tapi tak bisa melihat. Rasanya dunia begitu kejam menyiksa manusia yang sedang rindu ini.

Hei! kenapa pula dunia yang disalahkan. Jelas jelas aku sendiri yang membangun dinding pembatas dengan rencana keren ini. Haha Ya ya aku paham.

Aku melirik jam berbentuk segitiga didinding. Jam delapan. Dia pasti belum tidur. Ahh apa yang bisa kulakukakan?. Aku akan tetap rebahan di sini. Sekalipun Yumna berdiri di balkon kamarnya. Ya.. tak masalah. Aku mengendikan bahu.

Cinta pertama memang merepotkan. Apalagi untuk seorang pria. Bahkan sekalipun sudah menikah dengan orang lain. Hal itu justru akan selalu diingat sebagai mantan terindah yang abadi. Meskipun tak pernah memiliki status apa apa dengan cinta pertamanya. Fakta!, kebanyakan diwarnai dengan kisah cinta sepihak. Beberapa kasus, sesorang selalu terlambat menyadari bahwa cinta itu penting diungkapkan.

Dan aku tak ingin merasakan penyesalan macam itu. Tekadku kuat!. Sekali aku jatuh cinta, maka orang itu resmi jadi jodohku. Cukuplah mencintai sekali, menikah sekali sampai mati. So, disinilah aku sekarang. dalam medan pertempuran melawan Gadis Autis. Ahh tidak... kata kak Diva dia Mutisme selektif. itu sedikit berbeda.

Hembusan angin malam membuatku terhenyak. Tirai yang menari lembut menarik perhatianku. Samar samar terlihat Yumna tengah berdiri diseberang sana. Aissh apalagi ini?!. Semesta sekali lagi menguji keteguhanku. Aku mendesis gusar.

Apa yang kau lakukan disitu Yumna?. Please... jangan menghancurkan rencanaku. Jiwa bucinku meronta ronta. Ribuan kata kata romantis yang jitu makin mengaduk aduk pikiranku. Ahh Rasanya kakiku makin gatal jika terus disini. Aish... tinggal besok! apa susahnya?!.

Aku kehilangan kendali. Perasaan rinduku telah mengambil alih. Membawaku mendekati bingkai jendela dengan paksa. Hei! jangan lupa janjimu?!. seruku pada diri sendiri. Cukup disini saja. Jangan keluar!. ya!. Aku masih bisa melihatnya. Mengintip dari celah yang kubuat.

Yumna tampak serius menekuni buku. Ya, aku tau itu memang hobinya. Dia selalu lebih cantik jika berdekatan dengan buku. Ahh bagaimana bisa?!. Seolah olah benda itu memberi aura kecantikan dewa-dewi padanya.

Entah apa yang dia baca. Jarak yang terlalu jauh membuatku sulit mengenali buku itu. Wajahnya yang tampak serius lambat laun berubah tanpa ekspresi. kadang alisnya bertaut. Dan lantas tersenyum memabukkan. Astaga! kenapa dia selalu menyembunyikan senyum manisnya itu. Buku itu tak akan tahu betapa beruntungnya mendapat Senyuman Yumna.

"Tetaplah seperti itu... " lirihku. Tiba tiba Yumna menghentikan aktifitasnya membaca. mengangkat wajahnya dan memandang lurus kedepan. Ah maksudku menghadapku. Eh! apa dia menyadari aku mengintip disini. Aku tergesa gesa menutup tirai. Sial! mustahil dia tau! gerutuku pelan. Dan tak mau menunggu lagi. Aku kembali memberanikan diri menjadi mata mata seorang gadis.

"Hmm...?." aku mengernyitkan dahi. Apa yang dia lakukan??. Yumna tampak memeluk bukunya makin erat. Dia mendongak dengan mata terpejam. Tiupan angin mempermainkan helaian rambut Yumna. Dia tersenyum samar. Namun begitupun sudah cukup menularkan energi positif kepadaku. Tanpa sadar aku tersenyum.

"Jangan tahan senyum kamu..." batinku seolah bisa ber telepati dengannya. Yumna mendadak membuka mata. Ahh.. aku jadi makin yakin dia bisa mendengarnya. hehe

Yumna mengehela nafas lega. Dia mengendikan bahu. Aku tebak, mungkin dia pikir 'Oke.. tak masalah..'. Detik berikutnya ia kembali memejamkan mata. Mendongak perlahan. Membiarkan terpaan angin yang berhembus halus menyentuh kulit wajahnya.

Untuk kesekian kali Yumna kembali tersenyum. dan lebih manis dari yang sebelumnya. Aku terkesiap. membenarkan posisi untuk mendapat sudut pandang yang lebih jelas. dan lebih puas.

Ahh... bagaimana aku bisa menunggu pagi?. Sekarang pun rasanya tak kuat. Tak tanggung tanggung. Aku langsung menyibakkan tirai yang kupegang sedari tadi. Memberi ruang yang lebih luas untukku mengamatinya. Ahh lupakan saja soal mata mata, haha. Aku yakin kali ini Yumna akan lebih lama dalam posisi itu. Jadi aku aman.

30 detik lewat. Mungkin akan lebih. Yes! aku sungguh beruntung hari ini. Ahh.. mimpi apa aku semalam?. Aku tak bisa diam. berjalan bolak balik dengan senyum yang sulit kulenyapkan. Perasaan apa ini?. Aku kembali memandangnya. benar saja. Dia masih tersenyum disana. Seolah tengah merasakan energi alam yang masuk kedalam dirinya. tampak sangat menghayati.

Aku merasakan kebahagian yang mengisi seluruh aliran darahku. Sampai sampai aku tak bisa mngendalikan diri sendiri. Yeay! Aku bahkan sampai melompat dan berseru gembira. Yes! yes!. Saat kesadaranku kembali, reflek aku menggaruk tengkukku yang tak gatal sama sekali. Aihh.. kenapa aku jadi salah tingkah seperti ini.. kadang aku mendadak canggung dan merasa wajahku memanas. Aku seperti orang yang tersipu malu. Aishh.. ada apa dengan ku?. haha. aku tertawa hambar. dan meraup wajah berusaha sadar.

Aku melihatnya lagi. Raut Yumna tampak makin membaik. senyum nya sudah berkembang sampai menampakkan deretan giginya. Ahh... kau memang selalu manis ..... dan..... cantik.

Apa yang dia pikirkan?. ahh andai saja aku bisa mendengar isi hatinya. Aku mendecih sebal. Kapan kau bisa menghilangkan kesan misteriusmu itu?. Kau lebih Seperti lautan yang dalam dan gelap. Ya! itu artinya aku pasti bertemu monkfish didasar laut. Hmm.. Monkfish jenis apa yang harus aku hadapi untuk memahamimu, Yumna.

Aishh.. otakku saja serumit ini. Siapapun tak akan membawa bawa monkfish dalam memikirkan gebetannya. Eh tapi mungkin orang lain akan memilih ikan badut yang lebih cute. haha. atau hiu, paus, dan oh iya.. ikan piranha. Ngeri juga ya. haha. abaikan.

Kurasa Yumna tak perlu berubah jadi power ranger. Ya maksudku.. Yumna yang ini pun sudah cukup membuatku kehilangan akal. Bagaimana jika dia berubah ramah dan memberikan senyum dengan mudah. "Gak seru lah!. Pejuang cinta macam apa aku?!" aku mencibir pelan.

Miaw...!miaw...guk guk guk....? Yumna sontak membuka mata ketika geraman bising kucing dan anjing yang menggema keseluruh pelosok negri. Eh pelosok perumahan maksudnya. Sumpah demi... demi apa? ah apalah itu. Pengen banget aku bunuh tu peliharaan orang. Gara gara itu aku lagi lagi harus sembunyi. Issh. aku mendesis sebal.

Sial! Yumna mungkin kehilangan mood. Dia menatap malas kebawah. Masih jelas terdengar ngeongan kucing yang tengah mengejar mangsa. Terbukti dari bunyi cicitan tikus yang bersahutan dengan gongongan anjing. Arghh... anjing siapa pula itu? ikut campur saja!. dasar anjing! kucing! tikus!. huh jadi ngabsen kan.

Yumna tampak menunggu. Dia pasti jengah mendengar kegaduhan itu. Perlahan dia berbalik. Ahh jangan! teriakku dalam hati. please balik.. balik...!.

Yumna tak mendengarku. Ya tentu saja. aku menggerutu sesal. tapi aku cukup lega. Untung saja aku bisa menahan diri. Hmm.. jika tidak, mungkin aku sudah melompat turun menghampirinya. Ya! aku sungguh ingin memeluk gadis yang menggemaskan itu.

Aku melihat pintu kamar Yumna untuk yang terakhir kali. "oke sekian untuk hari ini. Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya." Ucapku bermonolog sebelum menutup tirai.

Aku melompat ke atas kasur.

"see you tomorrow my crush." dan entah apa yang terjadi lagi. Mungkin aku sudah memasuki gerbang mimpi.

avataravatar
Next chapter