4 Selective Mutism

Zaky sudah didepan cermin satu jam lamanya. Tanpa raut wajah yang jelas. Dia menatap pantulan wajahnya serius. Seolah menyelidiki keganjilan yang terjadi. Entah apa.. Ia masih terlilit handuk putih. Harusnya itu yang aneh. Kenapa ia mau saja berlama lama mengamati wajahnya.

"Oke fix. Dunia ini memang jahat. Mukaku yang bersinar ternyata hanya dalam mimpi." akhirnya Zaky membuka suara. Menggerakakan kepala kekanan dan kekiri. Melihat wajahnya dari berbagai sisi. Ya tentu saja tidak berubah. Sebentar kemudian ia menggerutu kesal.

"Aissh...mimpi sialan.. nyatanya aku malah menyesal telah bermimpi. lain kali jadilah yang dimimpi itu kenyataan." umpat Zaky. Bola mata beralih ke matanya sendiri dicermin. Seketika ia menatap tajam.

"Apa hah?! kenapa kamu punya wajah konyol seperti itu hah."  teriak Zaky. Pada pantulan dirinya sendiri. ia mendecih sebal.

"Aku rasa ada yang salah dengan cermin ini. harusnya aku tampak lebih tampan bukan?! apa harus aku pecah dulu?. pasti ada dibaliknya." Zaky mengepalkan kedua tangannya layaknya atlet yang siap bertarung di arena ring tinju. Badan Zaky maju mundur dengan punggung agak membungkuk.

Jika saja Yumna tidak terbangun. Gadis itu pasti melihat karakter asli Zaky dimimpi. Sayangnya keburuntungan ada dipihak Zaky sekarang. Gadis itu akan terus berpikir  bahwa Zaky bisa sekharismatik itu. Entah kebetulan macam ini ... Yang pasti dua orang ini mengalami  mimpi yang sama persis. Bedanya Yumna lebih dulu tersadar dari buaian tidur. Sedangkan Zaky?... Ternyata setelah kiss scene yang batal itu. Yumna lantas pergi meninggalkan rumah pohon. Zaky mecoba mencari couplenya itu kemana mana. Tapi dia malah bertemu banyak cewek dan dikerubutin disitu. Sok tampan sekali dia. Dia juga merasa wajahnya bercahaya seolah disorot cahaya mentari dari langit. Sejenak dia lupa dengan Yumna dan malah sibuk berfoto ria bersama fans dadakannya itu. Jangan salah paham! Dia memang suka selfie. Terlebih dengan hasil yang maksimal karena wajahnya jauh dari kata normal. terlalu tampan.

"Zaky... Zak...."

Tok..tok..

Zaky mendadak menghentikan aktivitas gilanya. Ia memutar bola mata. Dengan langkah gontai meraih gagang pintu.

Ceklek...

"Kamu mesti nemenin aku belanja."

Sebuah tangan langsung menarik Zaky keluar. Bahkan orang itu belum melihat penampilan absurd Zaky. Rambut berantakan dan hanya sehelai handuk yang melapisi tubuh polosnya.

"Oke...jarang jarang kan orang lihat perut sixpack milikku" celetuk Zaky.

Diva tertegun. Apa maksud adiknya kali ini. Ia menoleh memastikan.

"met pagi kakakku yang jelek" Zaky melambaikan tangan. Dengan cengiran khas Zaky.

"Astaghfirullah." reflek Diva menepis tangan Zaky.

"Dari tadi kamu ngapaian aja sih?! Aku sudah nunggu dua jam! Malah masih pakai handuk begini." Diva hanya bisa menghentakan kaki dan menahan nafsunya untuk mencabik cabik Zaky. Giginya pun sudah bergemelutuk menyatu keras. Saking gregetannya. Zaky menatap ngeri. Badannya jadi condong kebelakang. Takut dapat serangan tiba tiba. Meski begitu ia cukup beruntung memiliki kakak perempuan yang sabar.

"Aku selesai mandi kok." ucap Zaky membela diri. Suaranya menciut mendapati tatapan membunuh dari Diva.

Diva menghela nafas. Ia berusaha menurunkan kadar emosi. Ia sempat berpikir adiknya membual. Sebab dilihat dari badan Zaky yang sudah kering. Ia jadi ragu. Tapi rambut anak itu memang lumayan basah dan berantakan.

"Kamu itu bukan anak gadis. Kenapa takaran mandi sampai 2 jam huh?!. Hmm aku curiga kamu kelainan." Diva memicingkan mata.

"Hey.. aku normal!!" Zaky bertolak pinggang. "aku mandi sejam. Terus satu jam lagi. aku meriksa itu cermin kayanya gak beres." ucap Zaky seraya menunjuk kamar.

"Tuhh kan...mulai gak jelas..." Diva berlalu pergi menuruni tangga. "aku kasih waktu 10 menit buat siap siap. Ntar kita belanja sekalian sarapan." Lanjutnya.

"Beli ramen." Pinta Zaky antusias.

"iya...makanya cepetan" Teriak Diva.

***

"adik kamu mana div??"

"nooh diblakang kamu... Biar gak ganggu" Diva fokus menikmati ice cream kacang merah yang baru tiba. Wanita didepannya adalah Key. Sahabat dibangku perkuliahan yang fanatik sekali dengan semua hal berbau korea. itulah sebabnya kenapa mereka di sini sekarang. Restoran dengan menu korean food semua.

Setiap keduanya bertemu. hal yang pertama dicari oleh Key pasti adalah Zaky. Menurut Key, Zaky cukup mirip dengan artis korea bernama Suho member boyband terkenal, yakni EXO. Jika Diva mengingat itu, ia selalu tak bisa menahan tawa. Baginya Key terlalu banyak halusinasi dengan idolanya. itu membuat Key banyak mengada ngada..

"Eh kenapa tak disini saja...lumayan kan mataku bisa cuci mata hehe"

"Ahh... Mataku sudah cukup perih melihatnya tiap hari" Aku Diva. "hmm... Mood aku membaik gara gara makan es krim ni" lanjutnya tersenyum.

"Lagian kamu selalu nolak sih kalau aku ajak ke tempat kayak gini..enaak kan"

"Ya kebetulan itu anak lagi pengin ramen dan kamu juga ngajak ketemuannya disini. Ya oke deh." Papar Diva.

"Div pindah bareng adik kamu yuk."

"Gak mau Key ihh." Diva menahan tangan temannya yang sudah mau beranjak.

Key jadi urung pergi. Dia terenyuh juga melihat tatapan memohon Diva. Ya.. Diva memang pintar mengambil hati orang lain.  Hhh..Bagaimana pun bahasan kali ini akan cukup serius. Dan Zaky bisa saja menghancurkan suasana. Diva meyakini kalau Zaky memang terlahir sebagai perusuh. Yaa... Bocah itu cuma beruntung punya paras tampan. Sampai sampai teman Diva pun banyak yang menawarkan diri menjadi adik iparnya. Aissh mereka benar benar lupa umur. Apa sekarang lagi trend dapet brondong... Huh yang benar saja.

"Baik Dokter Diva... Sebenernya apa yang akan kita bicarakan. Sepertinya ini masalah penting." Key memperbaiki posisi duduknya. Raut mukanya berubah serius. Sengaja menciptakan suasana lebih formal.

Diva memicingkan mata.

"kamu ngejek aku hah" seru Diva tapi mukanya terlalu datar. Key tergelak dan langsung menghempaskan diri kesandaran kursi.

"Aku menyerah." Key mengangkat tangan.

"Apaan sih...serius... Langsung keinti saja" jelas Diva. Matanya sebentar mengecek keberadaan Zaky. Bocah itu sedang memesan sesuatu lagi. Dimeja sudah ada satu mangkuk kosong. 'Dia makannya banyak tapi kok badannya segitu gitu aja. Bikin dia gemuk coba ah. Bikin iri saja' Batin Diva.

Sementara itu Key semakin tak habis pikir dengan wanita satu ini. Diajak ngomong malah ngelamun. Iapun berinisiatif meremas tissue. Dan berniat mengejutkan Diva. Sekali tembakan. Puk! Bola tissue itu langsung mengenai sasaran.

"Aduh!" seru Diva terbuyar dari lamunan. "Kamu jahat banget sih..masa tissue bekas dilempar keaku. Emang aku tong sampah apa?!" Diva melempar balik benda kecil itu.

"Dari tadi aku juga mau keinti. Tapi kamu bilang aku mengejek... habis tu kamunya malah ngelamun..huh gimana sih?! aku tuh rela luangin waktuku buat ketemu sahabat aku yang baik ini. Padahal tadinya aku mau ketemu calon suami. Kurang  baik apa coba aku ini?! " Key menggerutu kesal sambil berkali kali menyendok es krim ke mulut. "lagian itu juga tissue bersih kali. aku remes biar kena... Mana nyampe kalau gak digituin." lanjutnya.

"oh iya...jadi gini... aku butuh bantuan kamu buat ngobatin penderita mutisme selektif... seinget aku.. itu judul skripsi kamu." ucap Diva mulai serius. Key menatap datar. Bahkan Diva belum minta maaf. Tapi dia sudah bicara se lancar itu seolah tak ada salah. Key menghela nafas pasrah. Ia sudah paham dengan tabiat sahabatnya satu ini. Memang sering watados. wajah tanpa dosa.

"Anak siapa yang mau kamu obatin??"

"Yumna..anak kak Citra."

"Oh yang pernah kamu ceritain itu." ujar Key santai. Dia sedikit mengingat ingat.

"Iya....makanya...."

"Wait wait..." sela Key. "Bukannya anak temen kamu itu udah gede ya"

"Nah iya. Kelas 1 SMA."

"Darimana kamu tahu dia mutisme selektif?? Gak mungkin deh. Kebanyakan penderitanya itu anak anak. Yang remaja dan dewasa gak ada deh kayanya. Jarang... Hmm gak ada ahh.. aku gak percaya."

"Ihh serius... Dia cuma bisa bicara dilingkup tertentu. Gitu kan?..."

"Iya... Tapi menurut pemerintah inggris...diperkirakan 7 dari 1000 anak anak menderita SM (selective mutism), dan di kalangan dewasa satu dari 2400."

"Trus Yumna masuk kalangan apa? Dewasa?"

Key tampak mulai sibuk berpikir. Tangan juga turut sibuk mengaduk es krim. Apa itu berpengaruh?? Entah..

"Oh iya...dia masuk kategori remaja. 1 dari....." ucapan Key menggantung. Diva setia menunggu sambil menopang dagu.

"1 dari 10 orang?" tebak Diva.

Key menggeleng keras. Matanya menerawang kemeja didepannya. Tatapan itu nampak kosong. Apa ada jawaban disitu??. Parahnya sekarang Diva dengan polos juga ikut mengamati meja itu. Hhh dimana gadis yang pintar itu?. Mereka berdua jadi tampak bodoh jika bertemu.

"50." tebak Diva lagi.

"bukan."

"60."

"salah."

"70."

"Issh bukan itu juga."

"Issh.. kamu tau itu salah tapi gak tau yang bener apa..." 

"Bentar..." Key terdiam sesaat. Dan si pendengar mulai malas memperhatikan narasumbernya.

"Oh iya....1 dari....1000 remaja menderita mutisme selektif. Iya itu." Key menghembuskan nafas lega. "ini harus cepat cepat diobatin sebelum dia masuk ke tahap SM dewasa. Karena SM dewasa parah banget. SM remaja juga hampir sama siih. SM dewasa itu susah diobatin. Malah lebih cenderung mustahil sembuh. dikalangan dokter banyak yang gak percaya dan kebanyakan mesti googling dulu pas ditanya soal ini. Jadi pengobatan untuk selain penderita SM anak anak..... Jarang banget ada...bahkan gak ada... Dan kalaupun ada...mereka jarang direspon sama pihak medis"

"Separah itu??"

"Iya... kenapa kamu yakin anak itu SM? Dan kenapa baru sekarang niat ngobatin? Ibunya juga lulusan psikolog bukan? Emang kamu dibayar berapa?" cerocos Key. Diva mendecih sebal. Kenapa soal bayaran sampai juga disebut key. Baginya itu tak penting. Yaa... Key berpredikat cewek super bawel. Sebab itulah kosa kata tak penting pun bisa keluar dari mulutnya. Hmm makanya.. Justru  kata kata singkat malah lebih mengejutkan Diva jika Key yang mengatakannya.

"Dia dulu normal pas SD. Gak tau kenapa tiba tiba dia jadi bisu. Tadinya Aku kira, mungkin pita suaranya rusak atau trauma berbicara kesemua orang. Jadi aku niat mau ngilangin traumanya, cause pita suara Yumna ternyata katanya baik baik saja. Tapi habis Zaky bilang kalau dia denger suara anak itu. Aku jadi berubah pikiran. Dan langsung keinget sama kamu." Diva menjelaskan panjang lebar. Yang pasti beberapa bagian ada yang sengaja disembunyikan.

Key jadi menyimpulkan ada hal aneh disini. Keadaan ini cukup ganjil. Bagaimana mungkin seorang anak menjadi SM selama bertahun tahun. Bahkan sampai sebesar itu. Padahal disisi lain ibunya merupakan lulusan terbaik jurusan psikologi. Harusnya masalah seperti ini bisa diatasi dengan mudah. Dan Anaknya tidak akan menderita sejauh ini.

"Keluarga itu pasti sedikit berbeda. Kayaknya ada batas yang jauh antara ibu dan anak" Ucap Key akhirnya.

"Ko kamu tahu??" celetuk Diva spontan. "eh" reflek dia menutup mulutnya.

"Please deh Div.... Kebaca kali dari semua yang kamu ceritain".

Diva tertegun beberapa saat. Ia baru sadar telah menceritakan soal Citra dan Yumna terlalu detail. Aissh... Kenapa dia malah membuka topik bahaya. Lidah memang sangat licin. Harusnya ia bisa saja mengatakan kalau ibu dan anak itu sudah lama tak bersama.

"Aku cerita apa emang??" Diva pura pura tak peduli dengan topik yang ingin diangkat Key. Temannya itu terlihat sudah sangat antusias untuk membicarakan orang lain. Diva sangat risih dengan hobi key yang ini. Lagipula Itu soal keluarga citra. Tidak baik jika semua orang tau. Diva mendengus kesal. Apalagi Key mulai membuka mulutnya lagi. Pasti dia akan bahas itu lagi.

"Cerita kalau....."

"Stop deh... aku cuman minta bantuan buat sembuhin Yumna. Bukan bahas keluarganya."

"Lurus banget hidup kamu." Key seketika kehilangan semangat. Ia memasang wajah cemberut. Ia kadang salut dengan sikap Diva. Tapi kali ini ia yakin ada yang disembunyikan. Tampak dari gerakan mata, alis dan cara dia mengalihkan topik. Namun sebenarnya tidak begitu penting mendesak dia untuk jujur. Jika ia mencoba menginterogasi... Itu tidak akan merubah apapun. Sebab bagaimanapun Diva typikal orang yang susah dibujuk. Berbeda dengannya. Jadi, Key akan menunggu saja. Semua akan jelas pada waktunya.

"Mau bantu aku kan?? Ini soal hidup... dan mati." pinta Diva penuh harap. Dalam sekejap ekspresi yang tadi cuek dan datar mendadak sedih dengan mata berair. Tentu karena dia teringat sesuatu yang hanya dia yang tau. Key menyadari ada kesedihan yang dalam di hati Diva. Dia tak pernah seemosional ini. Key faham itu. Perasaanya ikut tersentuh untuk sekedar menatap Diva.

"Iya deh iya... Jangan sedih donk... Aku gak tau sebenernya masalah kamu itu apa... Dan tenang aja...aku gak minta kamu buat cerita sekarang.. Tapi intinya aku bakal tetap bantu kamu." Key tersenyum manis. Senyum yang membuat Diva bernapas lega. Detik ini Ia baru saja bikin baper Key. Sejenak menghilangkan kesan bar bar dari seorang Key. Diva bisa mendengar dengan jelas. Key bahkan bisa berkata selembut barusan. Sedikit menggelikan menghadapi Key yang jadi mellow begini. Kalau hatinya tidak sedang seburuk sekarang. Mungkin ia sudah mentertawakan hal ini dari tadi.

"Makasih... kamu emang sahabatku yang paling baik, paling rajin, dan paling b....." Diva agak menggantung kata katanya. Bukan sengaja.. Dia memang bingung untuk sekedar menyebut hal baik apa yang akan dijawabnya mengenai Key. Hampir saja dia menyebut kata 'bawel' tadi. Hhh sudah barang pasti Key akan kesal jika disebut seperti itu.

"Paling b b?? beautiful!! Ya kan" seru Key percaya diri. Perempuan itu mengedipkan sebelah mata.

"y..ya.....iyalah cantik...hhh" Diva menarik senyum terpaksa. Diikuti tawa yang terdengar sumbang. Apapun yang penting dia bahagia. haha. "Tapi kamu gak perlu kasih wings ke aku.. aku gak bakal tertarik sama cewek." Diva bergidik melihat Key kembali mengedipkan sebelah matanya.

"ihh..aku juga bukan pecinta segender kali..hidiih." protes Key. "aku maunya adik kamu...hehe." ucapnya lagi. Key terkekeh. Diva memutar bola matanya jengah.

"Besok kerumah aku ya..ntar aku shareloc."

"Oke siap kaka ipar."

"Mau aku sumpelin beling?" Diva berdiri dan menyodorkan gelas eskrim.

"yeeh..emang aku pemain kuda lumping kesurupan." ucap Key sewot

"Mirip sih" tukas Diva. Key seketika melotot. Namun mendadak muncul Zaky ditengah tengah mereka.

"kak udahan?? Tinggal bayar noh.... aku keluar dulu ya...janji mau traktir kan." dalam sekian detik Zaky keluar dari restoran korean food itu.

"Woy siapa bilang mau traktirin kamu!" teriak Diva. Semua pengunjung restoran menoleh. Bukannya Diva yang malu, malah Key yang merasa mendapat tatapan tak suka dari semua orang. Diva langsung keluar menyusul Zaky.

Seorang pelayan entah sejak kapan sudah berada disamping Key. Sehingga saat Key mau beranjak dari duduknya, ia langsung terkejut melihat pelayan pria itu tepat didepannya.

"Maaf.... ini tip kalian." ucap pelayan itu dengan sopan.

"Astaga.." Sumpah demi apapun Key sangat ingin menelan kakak-beradik itu. Terutama si Zaky. Untuk sekarang kadar ketampanan Zaky menjadi turun 30 %. Mana ada cewek yang bayarin cowok. Aishh.. Apalagi pesanan makanan Zaky. Hmm dia minta dibunuh nih..

Pengunjung lain mulai membicarakan Key dari belakang.

"dia gak bisa bayar tuh kayanya"

"kasian ya dia.. Kayanya dia dimanfaatin"

"gak punya duit ngapain makan disini"

Telinga Key mulai terasa panas dengan bisikan bisikan yang sampai ketelinganya. Haduhh malu banget.

"Bagaimana kak, mau pake cash atau..."

"Iya aku bisa bayar....please diam" sergah Key. Ia tak mau berlama lama ditempat ini. Sudah terlalu banyak pasang mata yang menatapnya. Ia benar benar sangat malu.

Setelah masalah pembayaran itu selesei.

Key segera mencari dua manusia menyebalkan itu. Ia masih berdiri didepan restoran. Terlihat dari jauh Diva dan Zaky sedang cek cok mulut. Sepertinya Diva sedang membujuk Zaky.

Dengan highheels yang dipakai. Key cukup susah berlari kecil menghampiri keduanya.

"aku gak mau bayarin kamu!." seru Diva

"Yang ngiyain mau beli ramen siapa?? Kan kamu tadi yang ngajak aku kesini... Lagian aku juga gak bawa duit." ujar Zaky santai.

"Tahu diri gak bawa duit.. tapi makannya banyak banget.. Gak tau diri...kalau banyak begitu aku gak mau bayarinlah!..."

"Apa sih apa?." Key sudah ditengah tengah mereka. dia berusaha menahan emosi.

"Dia nih aku suruh bayar sendiri gak mau." ucap Diva

"Udah lah biarin... Kita gak dikejar ini." Zaky  mengamati restoran tadi. Ya tentu saja tak akan ada pelayan yang mengejar.

"Sama aja lah kalian berdua. Kalian jahat... aku yang bayarin semua." Akhirnya Key mengaku.

"Waah kita ditraktir kak." celetuk Zaky kegirangan.

"Diem kamu... Tagihan kamu gede banget. Masa cewek yang bayarin. Jadi cowok pelit banget. Ketampanan lo sekarang turun." cerca Key.

Sepasang sejoli lewat dan berkomentar. "Ganteng ganteng kok pelit. Kamu jangan begitu ya yang".

Zaky cuma bisa melongo tak percaya. Ia kembali ingat mimpi semalam. "Woy ketampanan gue turun bukan karena gak bisa bayar makan. tapi ketinggalan dimimpi." oceh Zaky. Ia masih merasa mimpi itu benar benar nyata. Hhh Diva jadi semakin muak dengan adiknya itu.

"Sabar Key..nanti aku ganti..."

"Bukan duitnya...tapi malunya... kamu tahu kan tadi cowoknya ganteng ganteng banget.. Dan aku malah dikira gak bisa bayar huaaaaaa"

"Ya aku mesti gimana..." Diva sungguh bingung menyikapi Key yang Mendramatisir.

"Booking restoran itu..ntar gue ikut makan makannya." celetuk Zaky masih dengan muka tanpa dosa.

"adik kamu udah gila ya div??"

"iya dari lahir dia dah gila.. aku saksinya..."

"sesungguhnya orang yang gila adalah orang yang mengatakan orang lain gila dan dirinya tidak gila. Seperti....." kedua jari telunjuk Zaky mengarah ke Diva dan Key.

Kemarahan kedua perempuan itupun mendadak sampai ke ubun ubun. Dalam sekejap mungkin Zaky bisa mati mendapat amukan dari dua makhluk bernama wanita itu. Namun dewi fortuna masih berpihak padanya. Tiba tiba ada taxi lewat. Dan dengan gerakan cepat ia sudah masuk dan melambai dari dalam mobil. Sesekali ia memberi fly kiss untuk kakaknya Diva

"see you my ugly sister" Teriak Zaky.

"Sabar div... kamu bisa bales dia entar." Key menepuk punggung Diva menenangkan.

"yeee.... aku malah seneng tau dia cabut... Sekarang kita mau kemana.... Barang belanjaan aku masih dimobil kamu kan?" pandangan Diva beralih kederetan mobil di parkiran.

"Temenin gue nonton drakor..." Key nyengir.

***

avataravatar
Next chapter